Thursday, June 06, 2019

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH SWT


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara makhluk-makhluk lainnya. Kemuliaan itu dikarenakan manusia oleh Allah dibekali dengan berbagai sarana untuk bisa bersaing dengan makhluk-makhluk lain. Sarana yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia adalah akal dan pikirannya. Dengan akal dan pikiran inilah manusia dapat mempelajari berbagai ilmu dan juga membekalinya dengan ajaran agama sehingga manusia dapat menjadi khalifah di muka bumi dan melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Karena itulah manusia wajib bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan akal kepadanya.
Syukur berarti berterima kasih dan memuji kepada yang telah memberi kenikmatan atau kebaikan. Orang yang bersyukur kepada Allah Swt. berarti orang yang berterima kasih kepada Allah Swt. dengan memuji-Nya atas kenikmatan yang telah diterimanya dari-Nya. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunyikannya.
Ada berbagai jenis syukur dan cara mensyukurinya. Dengan manusia bersyukur maka akan mendapat hikmah dan kenikmatan yang diberikan Allah Swt dalam kehidupanya jika manusia senantiasa melakukannya dalam setiap hari.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian bersyukur ?
2.      Bagaimana macam-macam bersyukur ?
3.      Bagaimana hadits mensyukuri nikmat Allah Swt?
4.      Bagaimana implementasi bersyukur dalam kehidupan ?
C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk menjelaskan pengertian bersyukur.
2.      Untuk menjelaskan macam-macam bersyukur.
3.      Untuk menjelaskan hadits mensyukuri nikmat Allah Swt.
4.      Untuk menjelaskan implementasi bersyukur dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Bersyukur
Syukur merupakan ajaran yang sangat penting bagi umat Islam, sehingga didalam al-Qur’an dan hadits syukur disebut secara beriringan dengan dzikir dan ibadah kepada Allah swt. Syukur dalam pengertiannya yang komprehensif mencakup perbuatan hati, lisan dan anggota-anggota tubuh yang lain. Namun banyak orang yang terpaku pada syukur dengan lisan saja, sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam tentang definisi syukur yang sesungguhnya agar manusia dapat mensyukuri nikmat Allah swt, dengan benar.[1]
Kata syukur menurut oleh Ida Fitria Shohibah dalam kamus kontemporer Arab-Indonesia ditulis dalam jurnal Fress Putri, berasal dari Bahasa arab dengan kata dasar “syakara” yang artinya berterima kasih, dari kalimat ini adalah  syukr, syukraan,  yang artinya rasa terima kasih. Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang telah dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunnyikna nikmat. Menurut sebagian ulama, syukur berasal dari kata “syakara” yang artinya membuka atau menampakkan. Jadi, syukur adalah menampakkan nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya, baik  dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya di jalan yang dikehendaki oleh Allah swt.[2]
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa syukur adalah berterimakasih kepada Allah swt, atas segala nikmat yang telah diberikan, yang dibuktikan baik dengan hati, lisan maupun perbuatan.
Dalam al-Quran Allah Swt memerintahkan kepada orang Islam agar selalu bersyukur. Dalam QS. Al-Ankabut:17 misalnya, Allah Swt memerintahkan kepada kita agar selalu mengingat-Nya dan bersyukur kepada-Nya

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ{17}
”Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan kembali” (17)[3]

Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa sesembahan selain Dia sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia sendiri, tetapi mereka berdusta dengan menganggapnya Tuhan yang sebenarnya. Mereka menganggap hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu sanggup memberi manfaat atau keuntungan kepada mereka. Ibrahim mencela dan mengecam anggapan mereka karena patung-patung itu sedikit pun tidak sanggup memberi rezeki kepada mereka. Rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu, dianjurkan kepada mereka supaya memohon rezeki dan penghasilan hanya kepada Allah, kemudian mensyukuri jika yang diminta itu telah dikabulkan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya.
Ayat ini ditutup dengan lafal “kepada-Nyalah kamu dikembalikan” artinya manusia harus bersipa-siap menemui Allah dengan beribadah dan bersyukur. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal ibadahnya dan semua kenikmatan yang mereka terima.[4]

B.       Macam-macam Bersyukur
Syukur berdasarkan caranya, menurut Abdul Qadir Isa yang dikutip oleh Abdul Mustakim, dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.    Al-Syukru bil lisan, bersyukur dengan ucapan misalnya dengan mengucap Alhamdulillah.
2.    Al-Syukru bil arkan, bersyukur dengan melakukan amal shlih dan berbagai macam perbuatan terpuji. Misalnya setiap malam rajin melakukan shalat tahajud, zakat, infak, shadaqah, menyantuni anak yatim piatu, dan sebagainya.
3.    Al-Syukru bil janan, bersyukur dengan hati yakni bersaksi bahwa setiap nikmat yang ada pada diri seseorang adalah anugerah dari Allah swt.[5]
Dijelaskan pula dalam Q.S Az-Zukhruf : 9-13

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ  {9}
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلاً لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ {10} وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ {11} وَالَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْفُلْكِ وَاْلأَنعَامِ مَاتَرْكَبُونَ {12} لِتَسْتَوُا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَاكُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ {13}
(9)Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Pastilah mereka akan menjawab, “Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.”(10) Yang menjadikan bumi sebagai tempat menetap bagimu dan Dia menjadikan jalan-jalan di atas bumi untukmu agar kamu dapat mendapat petunjuk. (11) Dan menurunkan air dari langit menurut ukuran (yang diperlukan) lalu dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). (12) Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan hewan ternak yang kamu tungganggi (13) Agar kamu duduk di atas panggungnya kemudian kamu ingat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan, “Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.[6]

Tafsiran dari ayat di atas ialah :
9)      Ayat ini ditujukan Allah kepada Rasul-Nya bahwa apabila dia bertanya kepada kaumnya yang musyrik, siapakah yang menjadikan alam semesta seperti langit, bumi dan lainya, mereka dengan tandas menjawab, bahwa semuanya itu diciptakan oleh Allah, Tuhan yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui segalanya, tidak satupun yang tersembunyi bagi-Nya.[7]
10)   Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan dan menyiapkan bagi makhluknya untuk tempat mereka menetap, berpijak dan mengayunkan kaki, diperlengkapi dengan jalan-jalan agar mereka dapat berkunjung dari satu tempat ke tenpat yang lain, baik yang dekat maupun yang jauh untuk kepentingan hidup dan penghidupan, kepentingan ekonomidan perdagangan, dan lian-lain.
11)   Allah menurunkan hujan dari langit sesuai dengan keperluan untuk menghidup-suburkan tumbuh-tumbuhan. Dia menurunkan hujan tidak lebih dari yang diperlukan sehingga tidak melimpah ruah malampaui batas dan akhirnya menjadi bencana. Dan tidak pula terlalu sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk kesuburan tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan kering layu, dan mengakibatkan timbulnya bencana kelapaan yang menimpa makhluk Allah di mana-mana. Dengan turunya hujan dari langit sesuai dengan kadar yang diperlukan maka hidup dan makmurlah negeri yang telah mati yang tidak ditumbuhi tanaman.[8]
12)   Diantara sifat Allah yang disebut dalam ayat ini ialah Dia-lah yang menciptakan semua makhluk bepasang-pasangan, laki-laki perempuan, jantan betina, baik dari jenis tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bunga-bungaan maupun jenis hewan dan manusia. Dia pula yang menjadikan kendaraan berupa perahu, kapal yang dapat dipergunakan untuk mengangkut manusia dan keperluan baran dagang di laut, dan binatang ternak yang dapat dipergunakaan sebagai alat pengangkutan di darat, dan lain-lain yang dapat menghubungkan satu tempat dengan tenpat yang lain, baik di darat maupun di laut dengan macam alat perhubungan.
13)   Allah menerangkan bahwa apabila manusia berada di atas punggung binatang, perahu, kapal, kereta api, pesawat terbang dan lain-lain hendaklah mengingat nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, hendaklah mengagungkan Allah dan menyucikan-Nya dari sifat yang tidak layak dituduhkan orang-orang musyrik kepada-Nya.[9]
Jadi dapat di simpulkan bahwa, orang musyrik apabila ditanyai tentang siapakah yang mencipkatan langit dan bumi akan menjawab dengan tandas bahwa yang menciptakan langit dan bumi ialah Allah, Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Allah menyebutkan beberapa macam dan nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada hambanya yaitu
a.       Menjadikan bumi sebagai hamparan.
b.      Menjadikan di bumi jalan untuk melancarkan perhubungan.
c.       Menurunkan hujan untuk menghidupkan bumi yang mati kering menjadi subur.
d.      Menjadikan makhluk berpasang-pasangan.
e.       Menciptakan alat pengangkut yang dapat membawa manusia ke tempat yang ditujunya.
Ketika manusia di atas kendaraan dengan perasaan lega, mereka akan bersyukur, mengenang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada mereka sambil mensyucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak wajar yang dituduhkan orang musyrik. Hanya kepada Allah manusia kemnali dan menerima balasan amal mereka.
C.      Hadits Mensyukuri Nikmat Allah Swt
Ada tiga keutamaan mensyukuri nikmat Allah yaitu sebagai berikut :
a.    Allah swt, tidak akan memberi azab kepada hamba-Nya yang bersyukur.
b.    Hamba yang pandai bersyukur berhak mendapat karunia-Nya.
c.    Tambahan nikmat dan karunia-Nya bergantung pada tingkatan kebersyukuran seorang hamba, dan tambahan nikmat dan karunia-Nya adalah tambahan yang tiada batas sebagaimana syukur sendiri tiada batas.[10]
Dalam hadits dijelaskan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ [رواه البخاري ومسلم]
 “Dari Abu Hurairah ra, Dia berkata: Rasulullah saw, bersabda: setiap anggota tubuh manusia dapat melakukan sedekah, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendara lalu enkau bantu dia untuk naik kendaraannya atau mengangkatkan barangnya dalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan dari jalan juga termasuk sedekah.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim).[11]

Kandungan hadits :
a.       Bersyukur kepada Allah swt, setiap hari atas kesehatan anggota badan.
b.      Allah swt, telah menjadikan sebagai rasa syukur terhadap nikmat-Nya setiap angota badan untuk menolong hamba-hamba Allah swt, bersedekah kepada mereka dengan memnggunakannya sesuai dengan kemaslahatannya.
c.       Termasuk sedekah adalah menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
d.      Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik.
e.       Anjuran untuk mendamaikan kedua belah pihak, tolong-menolong, mengucapkan kalimat yang baik, brjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari jalan.
f.        Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.
g.      Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan bumi.

D.      Implementasi bersyukur dalam kehidupan
Bersyukur adalah kewajiban setiap hamba kepada Dzat Sang Pemberi nikmat, Allah Swt. Orang yang mengingkarinya berarti ia telah mengufuri nikmat-Nya. Pertanyaannya adalah bagaimana cara mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang sangat banyak tersebut? Jawaban singkatnya adalah mulailah dari diri anda sendiri. Bersyukur di sini berarti memfokuskan pikiran dan perasaan pada hal-hal yang baik dalam hidup. Ketika kita bersyukur, sebetulnya endorfn (hormon yang membuat rasa senang dan bahagia) akan terus mengalir lebih lancar dalam tubuh. Menurut M. Quraish Shihab mengungkap tata cara syukur mencakup tiga sisi:
1.      Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah
2.      Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya
3.      Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.[12]
Dalam mensyukuri nikmat Allah, kita diberikan keteladanan oleh Rasulullah Saw sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
”Jika Rasulullah Saw melaksanakan salat, ia berdiri (lama sekali) sampai kedua kaki (telapak) nya pecah-pecah. Aisyah ra bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa engkau berbuat seperti ini padahal dosamu yang terdahulu dan yang akan datang telah diampuni? Lalu ia menjawab: Wahai Aisyah, apakah aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur” (HR. Muslim).
1.      Jawaban Rasulullah tersebut menjelaskan bahwa rasa syukur bisa dilakukan dengan cara salat yang khusuk dan berkualitas diiringi dengan kuantitas waktu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw
2.      Sujud syukur
Sujud syukur merupakan perilaku sujud sebanyak satu kali yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan saat mendapat nikmat/anugerah baru atau terhindari dari musibah. Sujud syukur kadangkala juga dilakukan secara praktis dari posisi berdiri langsung bersimpuh mencium tanah sebagai simbol atau tanda syukur kepada Allah Swt.
3.      Menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah (amar makruf nahi munkar)
4.      Melakukan ibadah apa saja yang diperintahkan oleh Allah
Berupa amal ibadah mahdhah (khusus) dalam rangka berhubungan baik dengan Allah sebagaimana termaktub dalam rukun Islam, maupun juga ibadah ghairu mahdhah (umum) dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam semesta.[13] Jadi jika Selama ini bentuk syukur kepada Allah selalu identik dengan pengucapan lafadz hamdalah, maka bentuk syukur yang hakiki yaitu delam bentuk ibadah dan taat akan segala perintah Allah, serta menjauhi segala laranganNya.


[1] A. Malik Madany, Syukur Dalam Perspektif Al-Qur’an, Az-Zarqa’, Vol. 7, No. 1, Juni 2015, hal. 1
[2] Fres Puti, Bab II Kajian Pustaka Syukur, Repository IAIN Tulungagung, 2018, hal. 19.
[3] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Waladar, 2006) hal.88
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, ( Jakarta : Lentera Abadi, 2010), hal. 378
[5] Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Jalan Menuju Revolusi Spiritual, (Yogyakarta: Krasi Wacana 2007), hal. 74-75.
[6] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., hal. 88
[7] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, ( Jakarta : Widya Cahaya, 2011), hal.89
[8] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., hal.91
[9] Departemen Agamab RI, Al-Qur’an dan ..., hal. 92
[10]Abu Fida’ Abdur Rafi’, Terapi Penyakit Korupsi, (Jakarta: Republika, 2004) hal.126-127
[11] Ahmad Hidayat Al Hafidz, Terjemah Hadits Arba’in Nawawi, (Sidoarjo: Pustaka Al-Hidayah, 2017), hal. 25.
[12] Choirul Mahfud, The Power Of Syukur Tafsir Konstektual Konsep Syukur dalam al Qur’an, Episteme, Vol. 9, No. 2, Desember 2014, hlm 394
[13] Choirul Mahfud, The Power Of..., hlm 396.

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer