BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara
makhluk-makhluk lainnya. Kemuliaan itu dikarenakan manusia oleh Allah dibekali
dengan berbagai sarana untuk bisa bersaing dengan makhluk-makhluk lain. Sarana
yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia adalah akal dan pikirannya.
Dengan akal dan pikiran inilah manusia dapat mempelajari berbagai ilmu dan juga
membekalinya dengan ajaran agama sehingga manusia dapat menjadi khalifah di
muka bumi dan melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Karena itulah manusia wajib
bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan akal kepadanya.
Syukur berarti berterima kasih dan memuji kepada yang telah memberi
kenikmatan atau kebaikan. Orang yang bersyukur kepada Allah Swt. berarti orang
yang berterima kasih kepada Allah Swt. dengan memuji-Nya atas kenikmatan yang
telah diterimanya dari-Nya. Hakikat syukur adalah menampakkan
nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunyikannya.
Ada berbagai jenis syukur dan cara mensyukurinya. Dengan manusia
bersyukur maka akan mendapat hikmah dan kenikmatan yang diberikan Allah Swt
dalam kehidupanya jika manusia senantiasa melakukannya dalam setiap hari.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian bersyukur ?
2.
Bagaimana
macam-macam bersyukur ?
3.
Bagaimana
hadits mensyukuri nikmat Allah Swt?
4.
Bagaimana
implementasi bersyukur dalam kehidupan ?
C.
Tujuan Pembahasan Masalah
1.
Untuk
menjelaskan pengertian bersyukur.
2.
Untuk
menjelaskan macam-macam bersyukur.
3.
Untuk
menjelaskan hadits mensyukuri nikmat Allah Swt.
4.
Untuk
menjelaskan implementasi bersyukur dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bersyukur
Syukur merupakan ajaran yang sangat
penting bagi umat Islam, sehingga didalam al-Qur’an dan hadits syukur disebut
secara beriringan dengan dzikir dan ibadah kepada Allah swt. Syukur dalam
pengertiannya yang komprehensif mencakup perbuatan hati, lisan dan
anggota-anggota tubuh yang lain. Namun banyak orang yang terpaku pada syukur
dengan lisan saja, sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam tentang definisi
syukur yang sesungguhnya agar manusia dapat mensyukuri nikmat Allah swt, dengan
benar.[1]
Kata syukur menurut oleh Ida Fitria
Shohibah dalam kamus kontemporer Arab-Indonesia ditulis dalam jurnal Fress
Putri, berasal dari Bahasa arab dengan kata dasar “syakara” yang artinya
berterima kasih, dari kalimat ini adalah syukr, syukraan, yang artinya rasa terima kasih. Secara bahasa
syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang telah
dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur adalah
menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunnyikna nikmat.
Menurut sebagian ulama, syukur berasal dari kata “syakara” yang artinya
membuka atau menampakkan. Jadi, syukur adalah menampakkan nikmat Allah yang
telah dikaruniakan kepadanya, baik
dengan cara menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya
di jalan yang dikehendaki oleh Allah swt.[2]
Dari beberapa definisi diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa syukur adalah berterimakasih kepada Allah swt, atas
segala nikmat yang telah diberikan, yang dibuktikan baik dengan hati, lisan
maupun perbuatan.
Dalam al-Quran
Allah Swt memerintahkan kepada orang Islam agar selalu bersyukur. Dalam QS.
Al-Ankabut:17 misalnya, Allah Swt memerintahkan kepada kita agar selalu mengingat-Nya
dan bersyukur kepada-Nya
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ
إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ
رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ
إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ{17}
”Sesungguhnya yang kamu sembah selain
Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang
kamu sembah selain Allah tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah
rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya
kepada-Nya kamu akan kembali” (17)[3]
Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa
sesembahan selain Dia sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia
sendiri, tetapi mereka berdusta dengan menganggapnya Tuhan yang sebenarnya.
Mereka menganggap hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu
sanggup memberi manfaat atau keuntungan kepada mereka. Ibrahim mencela dan
mengecam anggapan mereka karena patung-patung itu sedikit pun tidak sanggup
memberi rezeki kepada mereka. Rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya
dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu, dianjurkan kepada mereka supaya memohon
rezeki dan penghasilan hanya kepada Allah, kemudian mensyukuri jika yang
diminta itu telah dikabulkan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya.
Ayat ini ditutup dengan lafal
“kepada-Nyalah kamu dikembalikan” artinya manusia harus bersipa-siap menemui
Allah dengan beribadah dan bersyukur. Setiap manusia akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala amal ibadahnya dan semua kenikmatan yang mereka
terima.[4]
B.
Macam-macam Bersyukur
Syukur berdasarkan caranya, menurut
Abdul Qadir Isa yang dikutip oleh Abdul Mustakim, dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Al-Syukru bil lisan, bersyukur
dengan ucapan misalnya dengan mengucap Alhamdulillah.
2. Al-Syukru bil arkan, bersyukur
dengan melakukan amal shlih dan berbagai macam perbuatan terpuji. Misalnya
setiap malam rajin melakukan shalat tahajud, zakat, infak, shadaqah, menyantuni
anak yatim piatu, dan sebagainya.
3. Al-Syukru bil janan, bersyukur
dengan hati yakni bersaksi bahwa setiap nikmat yang ada pada diri seseorang
adalah anugerah dari Allah swt.[5]
Dijelaskan pula dalam Q.S Az-Zukhruf
: 9-13
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ
الْعَلِيمُ {9}
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ
اْلأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلاً لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ {10}
وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً
مَّيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ {11} وَالَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا
وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْفُلْكِ وَاْلأَنعَامِ مَاتَرْكَبُونَ {12} لِتَسْتَوُا
عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ
عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَاكُنَّا لَهُ
مُقْرِنِينَ {13}
(9)Dan
jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”
Pastilah mereka akan menjawab, “Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa, Maha
Mengetahui.”(10) Yang menjadikan bumi sebagai tempat menetap bagimu dan Dia
menjadikan jalan-jalan di atas bumi untukmu agar kamu dapat mendapat petunjuk.
(11) Dan menurunkan air dari langit menurut ukuran (yang diperlukan) lalu
dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu
akan dikeluarkan (dari kubur). (12) Dan yang menciptakan semua
berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan hewan ternak yang kamu
tungganggi (13) Agar kamu duduk di atas panggungnya kemudian kamu ingat Tuhanmu
apabila kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan, “Mahasuci
(Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya.[6]
Tafsiran dari
ayat di atas ialah :
9)
Ayat
ini ditujukan Allah kepada Rasul-Nya bahwa apabila dia bertanya kepada kaumnya yang
musyrik, siapakah yang menjadikan alam semesta seperti langit, bumi dan lainya,
mereka dengan tandas menjawab, bahwa semuanya itu diciptakan oleh Allah, Tuhan
yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui segalanya, tidak satupun yang tersembunyi
bagi-Nya.[7]
10)
Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan dan menyiapkan bagi makhluknya untuk tempat
mereka menetap, berpijak dan mengayunkan kaki, diperlengkapi dengan jalan-jalan
agar mereka dapat berkunjung dari satu tempat ke tenpat yang lain, baik yang
dekat maupun yang jauh untuk kepentingan hidup dan penghidupan, kepentingan
ekonomidan perdagangan, dan lian-lain.
11)
Allah menurunkan hujan dari langit sesuai
dengan keperluan untuk menghidup-suburkan tumbuh-tumbuhan. Dia menurunkan hujan
tidak lebih dari yang diperlukan sehingga tidak melimpah ruah malampaui batas
dan akhirnya menjadi bencana. Dan tidak pula terlalu sedikit sehingga tidak
mencukupi kebutuhan untuk kesuburan tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan kering
layu, dan mengakibatkan timbulnya bencana kelapaan yang menimpa makhluk Allah di
mana-mana. Dengan turunya hujan dari langit sesuai dengan kadar yang diperlukan
maka hidup dan makmurlah negeri yang telah mati yang tidak ditumbuhi tanaman.[8]
12)
Diantara sifat Allah yang disebut dalam ayat
ini ialah Dia-lah yang menciptakan semua makhluk bepasang-pasangan, laki-laki
perempuan, jantan betina, baik dari jenis tumbuh-tumbuhan, buah-buahan,
bunga-bungaan maupun jenis hewan dan manusia. Dia pula yang menjadikan
kendaraan berupa perahu, kapal yang dapat dipergunakan untuk mengangkut manusia
dan keperluan baran dagang di laut, dan binatang ternak yang dapat
dipergunakaan sebagai alat pengangkutan di darat, dan lain-lain yang dapat
menghubungkan satu tempat dengan tenpat yang lain, baik di darat maupun di laut
dengan macam alat perhubungan.
13)
Allah menerangkan bahwa apabila manusia berada
di atas punggung binatang, perahu, kapal, kereta api, pesawat terbang dan
lain-lain hendaklah mengingat nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada
mereka, hendaklah mengagungkan Allah dan menyucikan-Nya dari sifat yang tidak
layak dituduhkan orang-orang musyrik kepada-Nya.[9]
Jadi dapat di
simpulkan bahwa, orang musyrik apabila ditanyai tentang siapakah yang
mencipkatan langit dan bumi akan menjawab dengan tandas bahwa yang menciptakan
langit dan bumi ialah Allah, Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Allah
menyebutkan beberapa macam dan nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada hambanya
yaitu
a.
Menjadikan
bumi sebagai hamparan.
b.
Menjadikan
di bumi jalan untuk melancarkan perhubungan.
c.
Menurunkan
hujan untuk menghidupkan bumi yang mati kering menjadi subur.
d.
Menjadikan
makhluk berpasang-pasangan.
e.
Menciptakan
alat pengangkut yang dapat membawa manusia ke tempat yang ditujunya.
Ketika manusia
di atas kendaraan dengan perasaan lega, mereka akan bersyukur, mengenang nikmat
Allah yang dilimpahkan kepada mereka sambil mensyucikan Allah dari sifat-sifat
yang tidak wajar yang dituduhkan orang musyrik. Hanya kepada Allah manusia
kemnali dan menerima balasan amal mereka.
C.
Hadits Mensyukuri Nikmat Allah Swt
Ada tiga keutamaan mensyukuri nikmat
Allah yaitu sebagai berikut :
a. Allah
swt, tidak akan memberi azab kepada hamba-Nya yang bersyukur.
b. Hamba
yang pandai bersyukur berhak mendapat karunia-Nya.
c. Tambahan
nikmat dan karunia-Nya bergantung pada tingkatan kebersyukuran seorang hamba,
dan tambahan nikmat dan karunia-Nya adalah tambahan yang tiada batas
sebagaimana syukur sendiri tiada batas.[10]
Dalam hadits dijelaskan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ
النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ
بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ
عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ
الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ
وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ [رواه البخاري ومسلم]
“Dari Abu Hurairah ra, Dia berkata: Rasulullah
saw, bersabda: setiap anggota tubuh manusia dapat melakukan sedekah, setiap
hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang
bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendara lalu enkau
bantu dia untuk naik kendaraannya atau mengangkatkan barangnya dalah sedekah, ucapan
yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat
adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan dari jalan juga termasuk sedekah.” (HR. Imam Bukhari
dan Muslim).[11]
Kandungan hadits :
a.
Bersyukur kepada
Allah swt, setiap hari atas kesehatan anggota badan.
b.
Allah swt, telah
menjadikan sebagai rasa syukur terhadap nikmat-Nya setiap angota badan untuk
menolong hamba-hamba Allah swt, bersedekah kepada mereka dengan memnggunakannya
sesuai dengan kemaslahatannya.
c.
Termasuk sedekah adalah
menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru seharusnya
digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
d.
Jasad harus
dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah
melakukan perbuatan baik.
e.
Anjuran untuk
mendamaikan kedua belah pihak, tolong-menolong, mengucapkan kalimat yang baik,
brjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari jalan.
f.
Anjuran untuk
membersihkan sarana-sarana umum.
g.
Anjuran untuk
melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan bumi.
D.
Implementasi bersyukur dalam kehidupan
Bersyukur adalah kewajiban setiap hamba kepada Dzat Sang Pemberi nikmat, Allah Swt. Orang yang
mengingkarinya berarti ia telah mengufuri nikmat-Nya. Pertanyaannya
adalah bagaimana cara mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang sangat
banyak tersebut? Jawaban singkatnya adalah mulailah dari diri anda
sendiri. Bersyukur di sini berarti memfokuskan pikiran dan
perasaan pada hal-hal yang baik dalam hidup. Ketika kita bersyukur,
sebetulnya endorfn (hormon yang membuat rasa senang dan bahagia)
akan terus mengalir lebih lancar dalam tubuh. Menurut
M. Quraish Shihab mengungkap tata cara syukur mencakup tiga sisi:
1. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas
anugerah
2. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan
memuji pemberinya
3. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah
yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.[12]
Dalam
mensyukuri nikmat Allah, kita diberikan keteladanan oleh Rasulullah Saw
sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
”Jika
Rasulullah Saw melaksanakan salat, ia berdiri (lama sekali) sampai kedua kaki
(telapak) nya pecah-pecah. Aisyah ra bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa engkau
berbuat seperti ini padahal dosamu yang terdahulu dan yang akan datang telah
diampuni? Lalu ia menjawab: Wahai Aisyah, apakah aku tidak ingin menjadi
seorang hamba yang bersyukur” (HR.
Muslim).
1. Jawaban Rasulullah tersebut menjelaskan bahwa rasa
syukur bisa dilakukan dengan cara salat yang khusuk dan berkualitas diiringi
dengan kuantitas waktu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw
2. Sujud syukur
Sujud syukur merupakan perilaku sujud sebanyak satu
kali yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan saat
mendapat nikmat/anugerah baru atau terhindari dari musibah. Sujud syukur
kadangkala juga dilakukan secara praktis dari posisi berdiri langsung bersimpuh
mencium tanah sebagai simbol atau tanda syukur kepada Allah Swt.
3. Menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah (amar
makruf nahi munkar)
4. Melakukan ibadah apa saja yang diperintahkan oleh
Allah
Berupa amal ibadah mahdhah (khusus) dalam
rangka berhubungan baik dengan Allah sebagaimana termaktub dalam rukun Islam,
maupun juga ibadah ghairu mahdhah (umum) dalam hubungannya dengan sesama
manusia dan alam semesta.[13]
Jadi jika Selama ini bentuk syukur kepada Allah selalu identik dengan
pengucapan lafadz hamdalah, maka bentuk syukur yang hakiki yaitu delam bentuk
ibadah dan taat akan segala perintah Allah, serta menjauhi segala laranganNya.
[1] A. Malik
Madany, Syukur Dalam Perspektif Al-Qur’an, Az-Zarqa’, Vol. 7, No. 1, Juni
2015, hal. 1
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, ( Jakarta : Lentera
Abadi, 2010), hal. 378
[5] Abdul
Mustaqim, Akhlak Tasawuf Jalan Menuju Revolusi Spiritual, (Yogyakarta: Krasi
Wacana 2007), hal. 74-75.
[11] Ahmad Hidayat
Al Hafidz, Terjemah Hadits Arba’in Nawawi, (Sidoarjo: Pustaka
Al-Hidayah, 2017), hal. 25.
[12] Choirul
Mahfud, The Power Of Syukur Tafsir Konstektual Konsep Syukur dalam al Qur’an,
Episteme, Vol. 9, No. 2, Desember 2014, hlm 394