BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling
Mengacu dari Permendikbud No. 111
Tahun 2014, pada pasal 3,Layanan bimbingan dan konseling
merupakan layanan membantu konseli mencapai perkembangan optimal dan
kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.[1] Layanan
Bimbingan dan Konseling ini merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan
kepada siswa secara terus menerus agar tercapai kemandirian dalam pemahaman
diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan tuntunan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan adanya bimbingan
dan konseling diharapkan dapat memberikan solusi bagi peserta didik menjadi
lebih baik dari segi perilakunya.
B. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Layanan
Dasar Bimbingan
Pelayanan
Dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik atau
konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal dan
kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku
jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan.[2]
Layanan
ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang
normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya.
Tujuan layanan ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya membantu siswa agar ( 1)
memiliki kesadaran pemahaman tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, sosial-budaya, dan agama); (2) mampu mengembangkan keterampilan
untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku tepat
(memadai) bagi penyesuaian dirinya dengan lingkungannya; (3) mampu menangani
atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, serta mengembangkan dirinya dalam
rangka mencapai tujuan hidupnya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka kepada para siswa (yang berusia remaja, SLTP dan
SLTA) disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar dan karier, yang kesemuanya terkajt dengan pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci materi aspek-aspek tugas-tugas perkembangan itu
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1)
Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2) Pengembangan kemandirian emosional.
3) Pengembangan kemampuan individual (problem
solving/ decision making).
4)
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau keterampilan belajar
yang efektif.
5)
Pengembangan perilaku sosial yang bertanggung jawab (sikap altruis, sikap
toleran dalam suasana kehidupan yang heterogin: multi budaya, etnis, ras, dan
agama).
6) Pengembangan upaya pencapaian peran sosial sebagai
pria atau wanita.
7)
Pengembangan sikap penerimaan diri secara objektif dan pengembangannya secara
tepat.
8) Pengembangan sikap dan kemampuan untuk mencapai
kemandirian ekonomi.
9) Pengembangan sikap dan kemampuan mempersiapkan
karier di masa depan. '
10)
Pengembangan upaya pencapaian hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sebaya, baik pria maupun wanita.
11) Pengembangan sikap positif terhadap pernikahan dan
hidup berkeluarga.
Selanjutnya
dalam uraian berikut dikemukakan contoh materi layanan dasar bimbingan untuk
orang dewasa yaitu: (1) pengembangan tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan
secara lebih dewasa; (2) kiat-kiat membantu anak-anak dan pemuda khususnya anak
kandungnya sendiri agar berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia dan
bertanggung jawab; (3) pengembangan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang
sebaik-baiknya bersama orang dewasa lainnya; (4) kiat-kiat memelihara hubungan
diri sedernikian rupa dengan pasangannya yakni suami-istri sebagai seorang
pribadi yang utuh; (5) pengembangan kemampuan untuk menerima dan menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa
setengah baya; (6) pengembangan kemampuan untuk melaksanakan dan menampilkan
unjuk kerja yang lebih baik dalam profesi dan jabatan; (7) kiat-kiat
menyesuaikan diri dengan perikehidupan
orang-orang yang berusia lanjut khususnya dalam cara bersikap dan bertindak.[3]
2.
Layanan Responsif
Layanan responsif adalah pemberian
bantuan kepada pesertdidik/konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan
pertolongan dengan segera, agar peserta didik/konseli tidak mengalami hambatan
dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangannya.[4]
Layanan
ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada
saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangannya. Indikator
dari kegagalan itu berupa ketidak. mampuan untuk menyesuaikan diri atau
perilaku bermasalah, atau malasuai (maladjustment).
Layanan ini lebih bersifat
kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling
kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah bidang: (1)
pendidikan; (2) belajar; (3) sosial; (4) pribadi; (5) karir; (6) tata tertib di
sekolah (7) narkotika dan perjudian; (8) perilaku seksual; dan (9) kehidupan
lainnya.
Apabila
didasarkan kepada temuan penelitian di beberapa SMK di Jawa Barat yang di
lakukan Syamsu Yusuf LN 1998 yang dikutip dalam buku tentang tugas-tugas perkembangan siswa dan
ekspektasinya, serta masalah yang diduga sering dialami remaja, maka
aspek-aspek yang perlu mendapat layanan responsif itu adalah sebagai berikut.
1) Bidang Pribadi
a) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup:
( 1) kurang motivasi untuk
mempelajari agama;
(2) kurang memahami bahwa
agama sebagai pedoman hidup;
(3) kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi
Tuhan;
(4) masih merasa malas untuk
melaksanakan shalat;
(5) kurang memiliki kemampuan~
untuk bersabar dan bersyukur;
b) Perolehan sistem nilai, meliputi:
(1) masih memiliki kebiasaan
berbohong;
(2) masih memiliki kebiasaan mencontek;
(3) kurang berdisiplin (khususnya memelihara kebersihan).
c) Kemandirian emosional, meliputi:
(1) belum mampu membebaskan diri dari perasaan
atau perilaku kekanak-kanakan;
(2) belum
mampu menghormati orangtua atau orang lain secara ikhlas;
(3) masih
kurang mampu menghadapi atau mengatasi situasi frustrasi (stres) secara
positif.
d) Pengembangan keterampilan intelektual, meliputi:
(1) masih kurang mampu
mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang;
(2) masih suka melakukan
sesuatu tanpa mempertimbangkan baik~buruknya, rugi-untungnya;
e) Menerima diri dan mengembangkannya secara efektif,
meliputi:
(1) kurang merasa bangga
dengan keadaan diri sendiri;
(2) merasa rendah diri,
apabila bergaul dengan orang lain yang mempunyai kelebihan (seperti teman yang
lebih cantik/ cakep). ‘
2) Bidang Sosial
a) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab,
meliputi:
(1) kurang menyenangi kritikan
orang lain;
(2) kurang memahami tatakrama (etika)
pergaulan;
(3) kurang berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, baik di sekolah maupun di masyarakat.
b) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman
sebaya, meliputi:
(1) Inerasa
malu untuk berteman dengan lawan jenis;
(2) merasa
tidak senang kepada teman yang suka mengkritik;
c) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga,
meliputi:
(1) sikap yang kurang positif terhadap
pernikahan;
(2) sikap yang kurang positif
terhadap hidup berkeluarga.
3) Bidang belajar
(a) kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik;
(b) kurang memahami cara belaj
ar yang efektif;
(c) kurang memahami cara
mengatasi kesulitan belajar;
(d) kurang memahami cara
membaca buku yang efektif;
e) kurang memahami cara
membagi waktu belajar;
(f) kurang menyenangi
pelajaran-pelajaran tertentu.
4) Bidang Karier
(a) kurang memahami cara
memilih program studi yang coco]t dengan kemampuan dan minat;
(b) kurang mempunyai motivasi
untuk mencari informasi tentang dunia kerja;
(c) masih bingung untuk
memilih pekerjaan;.
(d) masih kurang mampu memilih
pekerjaan yang sesuai dengalI kemampuan dan minat;
(e) merasa cemas untuk
mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah.
(f) belum memiliki pilihan
perguruan tinggi tertentu, jika setela}; tamat tidak masuk dunia kerja.
Masalah lain adalah informasi
tentang bahayanya obat-obat terlarang, minuman keras, narkotika, extacy, dan
putau. [5]
3. Layanan Perencanaan Individual
Layanan peminatan dan perencaan
Individual merupakan suatu layanan yang secara spesifik termasuk baru dari segi
istilah. Dahulu, nama komponen ini ialah layanan perencanaan individual.
Istilah yang ditambahkan ke dalam komponen ini ialah “peminatan”. Layanan ini
bermaksud membantu peserta didik agar mampu merencanakan masa depannya, dan
melihat sertamengembangkan secara mandiri potensi dari minat-minat yang dimiliki.[6]
Dapat
juga dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa
agar (a) memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau
pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karier; (b) dapat belajar memantau dan memahami
perkembangan dirinya, dan (c) dapat melakukan kegiatan atau tindakan
berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara
proaktif.
Teknik bimbingannya adalah
konsultasi dan konseling. Isi layanan perencanaan individual adalah: (1) bidang
pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan
program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat, dan karakteristik kepribadian
lainnya; (2) bidang karir dengan tOpik-topik mengidentifikasi kesempatan karir
yang ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap yang positif terhadap
dunia jierja, dan merencanakan kehidupan karirnya; (3) bidang sosialfribadi
dengan topik-topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan~keterampilan
sosial yang tepat, pelajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar
memahami perasaan orang lain.
Adapun kegiatan layanannya adalah sebagai berikut.
1) Siswa menganalisis kekuatan
dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangannya, atau aspek~aspek pribadi, sosial, belajar, atau karier.
2) Merumuskan tujuan, dan
perencanaan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya,
atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya.
3) Melakukan kegiatan yang
sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan.
4) Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya. [7]
4.
Layanan Dukungan Sistem
Layanan dukungan sistem secara khusus
dimaksudkan bagi pengembangan kualitas layanan BK itu sendiri. Termasuk di
dalamnya kegiatan manajemen BK, tata kelola BK, pengembangan riset,
pengembangan kualitas penyelenggara BK, dan pengembangan profesionalitas.[8]
Dukungan sistem ini meliputi dua aspek
yaitu; (1) pemberian layanan, dan (2) kegiatan manajemen. '
1)
Pemberian Layanan, mpnyangkut kogiatan guru pembimbing yang meliputi:
a)
konsultasi dengan guru-guru.
b)
menyelenggarakan program kerjasama dengan orangtua/ masyarakat.
c)
berpartisipasi dalam merencanakan kcgiatan-kegiatan sekolah,
d)
bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa
e) melakukan penelitian tentang
masalah-masalah yang bérkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.
2)
Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen ini merupakan berbagai
upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan
konseling melalui kegiatan-kegiatan pengem. bangan program, pengembangan staf,
pemanfaatan sumber daya, dan pengembangan penataan kebijaksanaan.
a)
Pengembangan Program
Pengembangan
program ini hendaknya diselaraskan dengan hasil kajian atau analisis tentang
tujuan dan program sekolah; kondisi objektif pencapaian tugas-tugas
perkembangan siswa, atau kebutuhan dan masalah siswa; kondisi objektif
lingkungan perkembangan siswa; implementasi aktual layanan BK di SMK; dan
perkembangan masyarakat (sosial budaya, dan dunia industri atau perusahaan).
Berdasarkan pertimbangan ini, maka seyogianya
program BK itu bersifat fleksibel (tilikan kontekstual), namun tetap idealis.
Dalam mengembangkan program ini perlu dilakukan hal-hal berikut.
(1)
Merumuskan tujuan layanan BK yang berorientasi kepada pengembangan tugas-tugas
perkembangan siswa.
(2)
Mengintegrasikan program BK kepada program pendidikan di SMK secara
keseluruhan, baik dalam pelaksanaan program intrakurikuler, ekstrakurikuler,
maupun kegiatan pendidikan lainnya.
(3)
Menata struktur organisasi dan mekanisme kerja personel yang memungkinkan
terjadinya koordinasi, komunikasi, dan jalinan kerjasama di antara mereka,
sehingga program layanan BK tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dan
eflsien.
(4)
Merumuskan bidang isi bimbingan, atau topik-topik bimbingan yang relevan dcngan
pengembangan tugas-tugas perkembangan siswa.
(5)
Merumuskan jenis layanan bimbingan yang menunjang peluncuran komponenn program
layanan, baik program Iayanan dasar bimbingan, layanan responsif, maupun
layanan perencanaan individual.
(6)
Rekrutmen petugas bimbingan yang profesional (jika memung~ kinkan), yang jumlahnya
memadai dengan banyaknya siswa.
(7)
Melengkapi sarana yang memadai, seperti: alabalat pengumpul data, alat-alat
penyimpan data, dan perlengkapan administrasi; prasarana yang memadai pula,
seperti: ruangan bimbingan, yang-meliputi ruang kerja guru pembimbing, ruang
konseling, ruang bimbingan kelompok, ruang dokumentasi, ruang tamu, ruang
perpustakaan khusus; dan biaya atau budget untuk keperluan surat menyurat, home
visit, penataran, penelitian, atau keperluan lain yang menunjang pencapaian
tujuan BK.
(8)
Mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.
b)
Pengembangan Staf
Agar
para pembimbing atau personel sekolah lainnya mampu memberikan layanan
bimbingan secara bermutu, maka kepada mereka perlu diberikan penambahan,
perluasan, atau pendalaman tentang konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan
tertentu tentang bimbingan, sesuai dengan deskripsi pekerjaan (kinerja)
masing-masing. Bentuk pengembangan staf itu bisa dilaksanakan inelalui seminar,
penataran, atau lokakarya.
Melalui
kegiatan pengembangan' ini diharapkan para personel sekolah memiliki kompetisi
atau
kemampuan
sesuai dengan deskripsi kerja (kinerja) masing-masing. Kinerja bagi
masing-masing personel itu adalah sebagai berikut.
(1)
Kepala Sekolah
(a) Mengkoordinasikan semua kegiatan pendidikan
yang diproga 'ramkan sekolah, sehingga kegiatan-kegiatan itu, baik bimbingan,
maupun pelatihan dalam pelaksanaannya menjadi satu kesatuan yang terpadu,
harmonis dan dinamis.
(b)
Menyediakan sarana-prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan lainnya bagi
terlaksananya program bimbingan dan konseling yang efektif dun efisien.
(c)
Melakukan pengawasan. dan pembinaan terhadap guru pembimbing dalam melaksanakan
kegiatan perencanaan, pelaksanaa,
evaluasi, dan tindak lanjut layanan bimbingan.
d)
Menarapkan kebijakan yang menunjang terciptanya iklim pondidikan di sekolah
yang kondusif bagi perkembangan siswa secara optimal.
(e)
Mamahami kedudukan program bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen
penting pendidikan yang harus dilaksanakan di sekolah.
f)
Memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa
(2)
Guru Mata Pelajaran
(a)
Memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugas-tugas
perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan layanan bimbingan.
(b)
Memahami keragaman karakteristik siswa dalam aspek. aspek flsik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar,
temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah tersinggung), dan
karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab). .
(c)
Menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang gagal dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. ‘
(d)
Menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi kelancaran
belajar siswa, seperti: bersikap ramah, bersikap respek terhadap siswa,
bersikap adil (tidak menganaktirikan/menganakemaskan 'anak), menghargai pendapat
atau hasil karya siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau
mengemukakan pendapat, bergairah dalam mengaj ar, dan berdisiplin.
(e)
Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
(f)
Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan Iayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing.
(g)
Bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka membantu siswa.Memberikan
informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati
siswa.
(h)
Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan
informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja,
suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja).
(i)
Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun
moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi
siswa.
j)
Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya secara efektif .
(3)
Guru Pembimbing (Konselor)
(a)
Memahami konsepkonsep bimbingan dan konseling, serta ilmu bantu lainnya.
(b)
Memahami karakteristik pribadi siswa, khususnya tugas~ tugas perkembangan siswa
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
(c)
Mensosialisasikan (memasyarakatkan) program layanan bimbingan dan konseling.
(d)
Merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling.
(e)
Melaksanakan program layanan bimbingan, yaitu: layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan sistem. Dalam
hal ini, guru pembimbing dituntut untuk memiliki pemahaman dan keterampilan
dalam melaksanakan layanan-layanan: orientasi, informasi, bimbingan kelompok,
konseling individual maupun kelompok, pembelajaran, penempatan, dan referal.
(f)
Mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa, baik dalam
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier).
(g)
Menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi. Kegiatan tindak Ianjut ini mungkin
bisa berbentuk: usaha' perbaikan/penyempurnaan program, peningkatan kualitas
layanan, penambahan fasilitas, dan penyampaian informasi hasil evaluasi kepada
pihak terkait di sekolah
(h)
Menjadi konsultan bagi guru dan orangtua siswa. Sebagai konsultan dia berperan
untuk menolong mereka, melalui pemberian informasi, konsultasi, atau dialog
tentang hal ihwal siswa. Dengan kegiatan ini, guru dan orangtua diharapkan
dapat membantu siswa dalam rangka mengembangkan dirinya secar a Optimal.
Konsultasi dengan gum dapat menyangkut: motivasi belajar siswa, tingkah lak‘
siswa, kebiasaan belajar siswa, dan pengelolaan kelas.
(i)
Bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait.
c)
Pemanfaatan Sumber Daya Masyarakat
Aspek
ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2)
instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti IPBI (Ikatan Petugas bimbingan
Indonesia) sekarang ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4)
para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog,
psikiater,'dokter, dan orangtua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling). Bagi SMK kerjasama ini terutama dengan pihak industri ata'u
perusahaan (dalam rangka pelaksanaan PSG), dan juga dengan Depnaker (dalam
rangka analisis bursa kelja/lapangan pekeljaan).
d)
Pengembangan atau Penentuan Kebijakan
Pelaksanaan
layanan BK di sekolah perlu didukung oleh kebijakan kepala sekalah secara
jelas. Kebijakan yang diluncurkan itu hendaknya dapat memfasilitasi (mémberi
kemudahan dan peluang) bagi kelancaran implementasi program. Kebijakan yang
perlu ditata itu, di antaranya menyangkut aspek-aspek (1) struktur organisasi,
(2) rekrutment dan Pengembangan staf bimbingan, (3) penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai, (4) pengalokasian biaya OPGTRSional BK, dan (5)
Penjadwalan waktu khusus untuk masuk kelas bagi guru pembimbing, sebagai wahana
untuk pelaksanaan program yang berSifat klasikal, (6) menjalin kerjasama dengan
pihak-pihak terkait.[9]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
- Layanan
Bimbingan dan Konseling ini merupakan proses pemberian bantuan yang
diberikan kepada siswa secara terus menerus agar tercapai kemandiriaada
dalam pemahaman diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya sesuai
dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat memberikan solusi
bagi peserta didik menjadi lebih baik dari segi perilakunya.
- Jenis-jenis
layanan bimbingan dan konseling antara lain ada layanan dasar bimbingan
yang bertujuan membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hdimiliki.
Selanjutnya layanan responsif, layanan ini bertujuan untuk membantu
siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa
yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidak. mampuan untuk
menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah, atau malasuai
(maladjustment). Kemudian layanan
perencanaan individual. Layanan ini bermaksud membantu peserta didik agar
mampu merencanakan masa depannya, dan melihat sertamengembangkan secara
mandiri potensi dari minat-minat yang dimiliki. Dan yang terakhir adalah
layanan dukungan sistem. dukungan sistem secara khusus
dimaksudkan bagi pengembangan kualitas layanan BK itu sendiri. Termasuk di
dalamnya kegiatan manajemen BK, tata kelola BK, pengembangan riset,
pengembangan kualitas penyelenggara BK, dan pengembangan profesionalitas
B. Saran
Sebagai
calon guru sebaiknya kita menegerti
serta memahami hakikat bimbingan konseling dalam setiap pembelajaran. Karena
hal tersebut dapat membantu kita untuk memehami setiap karakter peserta didik
dalam kegiatan pembelaharan serta dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
DAFTAR
RUJUKAN
Falah, Nailul. 2016. Peningkatan Layanan
Bimbingan dan Konseling Melalui Pelatihan
Pembuatan Media Bimbingan pada Konselor Sekolah di Man Lab. UIN
Yogyakarta. Hisbah. 13(1) : 63-65
Jati
Permana, Eko. 2015. Pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negri 2 Banjarnegara, Psikopedagogia,
4 (2) : 143-144
Yusuf, Syamsu dan Junita Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Zamroni, Edris
dan Susilo Rahardjo. 2015. Manajemen Bimbingan dan Konseling Berbasis
Kemendikbud Nomor 111 Tahun 2014. Konseling
Gusjigang. 1 (1) : 8
[1]
Nailul Falah, Peningkatan Layanan Bimbingan dan Konseling Melalui Pelatihan
Pembuatan Media Bimbingan pada Konselor Sekolah di Man Lab. UIN Yogyakarta, Hisbah,
Vol. 13 No. 1, 2016 Hal. 63
[2]
Nailul Falah, Peningkatan Layanan Bimbingan ........ hal. 64
[3]
Syamsu Yusuf dan Junita
Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, cet 5, 2010) hal. 26-27.
[4]
Edris Zamroni dan Susilo
Rahardjo, Manajemen Bimbingan dan Konseling Berbasis Kemendikbud Nomor 111
Tahun 2014, Konseling Gusjigang, Vol. 1 No. 1, 2015, hal. 8
[6]
Nailul Falah, Peningkatan Layanan Bimbingan ........ hal. 64
[8]
Nailul Falah, Peningkatan Layanan Bimbingan ........ hal. 65
No comments:
Post a Comment