BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Proses belajar mengajar dilaksanakan tidak hanya untuk
kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi atau tujuan
bersama. Dalam usaha untuk mencapai misi dan tujuan itu perlu diketahui apakah
usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan pendidikan? Untuk mengetahui
apakah tujuan pendidikan sudah tercapai, perlu diadakannya sebuah tes.
Tes merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses
pembelajaran yang dianggap mampu memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang
pendidikan tentang perangkat atau alat yang mampu memberi gambaran tentang
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menghasilkan gambaran yang akurat,
relevan dan sesuai dengan data yang terjadi dilapangan, membutuhkan tes yang
berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan analisis kualitas tes guna menciptakan
kualitas tes yang benar-benar mampu melaksanakan tugasnya sebagai alat
evaluasi.Analisis kualitas tes digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah tes
sebagai alat ukur benar-benar mampu mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur
dan apakah tes tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi dunia pendidikan.
Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan
kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan
stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat
sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika
digunakan. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus
memiliki validitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel,
valid dan disebut dengan validitas.
B.
Rumusan Masalah
2.
Bagamana
validitas tes ?
3.
Bagamana
reliabilitas tes ?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui analisis kualitas tes dan butir soal.
2.
Untuk
mengetahui validitas tes.
3.
Untuk
mengetahui reliabilitas tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ANALISIS KUALITAS TES DAN BUTIR SOAL
1.
Analisis Kualitas Tes
Analisis
kualitas tes merupakan tahap yang harus ditempuh untuk mengenai derajat
kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi
bagian tes.Analisis butir soal atau analisis item merupakan pengkajian pertanyaan-pertanyaan
tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Analisis soal Antara lain yang bertujuan mengadakan identifikasi soal-soal yang
baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung
beberapa aspek yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan
pola sebarang jawaban.[1]
Analisis kualitas tes merupakan suatu
tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes ,baik tes
secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Dalam
penilaian harus belajar, tes diharapkan dapat menggambarkan sampel perilaku dan
menghasilkan nilai yang objektif serta akurat. Jika tes yang digunakan guru
kurang baik, maka hasil diperoleh pun tentunya kurang baik.Hal ini dapat merugikan
peserta didik itu sendiri.Artinya hasil
yang diperoleh dari peserta didik menjadi tidak objektif dan tidak adil.Oleh
sebab itu, tes yang digunakan guru harus memiliki kualitas yang lebih baik
dilihat dari berbagai segi.Untuk mengetahui apakah suatu tes yang digunakan
termasuk baik atau kurang baik, maka perlu dilakukanan alisis kualitastes.[2]
Soal yang belum dianalisis baik
secara kuantitatif maupun kualitatif memiliki berbagai kelemahan jika harus
digunakan untuk menilai hasil belajar.Kelemahan tersebut diantaranya soal tidak
sesuai dengan cakupan materi yang seharusnya dicapai sehingga tidak bisa
mengukur ketercapaian belajar siswa.Konstuk sisoal yang memiliki opsi pengecoh
yang heterogen membuat soal kurang berarti atau menjadi lemah, karena siswa
cenderung lebih mudah menebak jawaban yang benar.Hal ini berarti, soal tidak
bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.[3]
Suatutes dapat dilakukan baik
apabila memenuhi lima persyaratan, yaitu: validitas, reliabilitas,
objektivitas, praktik abilitas dan ekonomis. Berdasa rpendapat Arikonto di
atas, kriteria minimal suatua latukur yang baik adalah alat ukur tersebut harus
valid dan reliabel.Selain valid dan reliabel, tes dikatakan baik jika daya
pembeda, tingkat kesulitan dan analisis pengecoh (soal pilihan ganda) juga
baik.[4]
Upaya untuk mengetahui apakah soal
yang dibuat oleh guru sudah tergorong layak dan baik, serta memberikan hasil
yang maksimal dalam mengukur dan meningkatkan tingkat pemahaman siswa, maka
dapa tdilakukan analisis pada setiap butir soal analisis kualitas soal dapat
dilaksanakan dengan mengukur tingkat kesukaran soal yang baik apabila soal-soal
yang terdapat dalam ujian tengah semester tersebut sudah proporsional. Daya
beda soal digunakan untuk menganalisis
perbedaan kemampuan antara masing-masing siswa.Perhitungan besarnya
tingkat kesukaran dan daya beda dilaksanakan dengan melihat jumlah jawaban
siswa yang betul dan salah dari kelompok bawah dan kelompok atas.[5]
2. Analisis Butir Soal
Analisis butir soal adalah pengkajian
pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki
kualitas yang memadai.[6]
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
pendidik untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini
merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari
jawaban peserta didik untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian.
Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah
setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan.
Disamping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes
melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta dapat menentukan
siswa mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan. Dan akan
membantu guru mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan,
penyusunan, dan penggunaan tes yang sudah baik dan perlu dipertahankan.
Adapun menurut Suharsimi Arikunto, analisis soal
antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang
baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi
tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.[7]
Analisis butir soal ini dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif artinya menguji
tingkatan kebaikan suatu butir soal secara logis dan rasional, yaitu mengenai
isi dan bentuknya. Sedangkan, analisis kuantitatif berarti menguji tingkat
kebaikan suatu butir soal melalui teknik statistik. Analisis secara kualitatif meliputi
ranah konstruksi sesuai dengan kaidah umum dan bahasa.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
analisis butir soal merupakan suatu kegiatan mengkaji dan mengidentifikasi
setiap butir soal untuk memperoleh informasi tentang kualitas butir soal. Hasil
dari mengkaji dan mengidentifikasi digunakan sebagai acuan dalam melakukan
perbaikan butir soal.
Aturan penyusunan butir soal uraian yang sesuai dengan
kaidah umum antara lain:[8]
a.
Menggunakan soal
hanya untuk hasil-hasil yang tidak memuaskan jika dinilai dengan bentuk
obyektif.
b.
Soal harus mampu
mengukur perilaku hasil belajar sebagaimana dinyatakan dalam tujuan
pembelajaran.
c.
Susunan kalimat
harus baik dan benar sehingga apa yang harus dilakukan siswa jelas.
d.
Waktu ujian
disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
e.
Butir soal
merupakan rumusan masalah yang spesifik dan dan pasti.
f.
Disertai petunjuk
jawaban yang jelas mengenai jawaban dikehendaki.
g.
Kunci jawaban
dibuat serempak dengan penyusunan butir-butir soalnya.
h.
Perbandingan
antara proporsi butir-butir soal yang mudah, sedang, dan sukar diusahakan
berkisar antara 30%, 50%, dan 20%.
i.
Seluruh bahan
diolah menjadi suatu bahan yang terpadu dan komprehensif.
j.
Soal disusun dari
yang mudah dan yang sukar.
Adapun untuk
soal berjenis pilihan ganda, konstruksi soal memiliki dua aspek yaitu pokok
soal dan pilihan jawaban. Pokok soal yang baik paling tidak perlu
mempertimbangkan aturan-aturan berikut:[9]
a.
Menghindari materi
yang tidak relevan.
b.
Pertanyaan dari
setiap butir soal berisi masalah pokok.
c.
Menghindari kata
negatif ganda.
d.
Menyebutkan sumber
jika berisi pendapat yang kontroversial.
e.
Tidak banyak
menggunakan kalimat yang dinyatakan negatif. Jika soal yang menggunakan
pertanyaan negatif maka hendaknya dicetak lain/ miring.
B.
Validitas Tes
Sebelum guru
menggunakan suatu tes, hendaknya guru mengukur terlebih dahulu derajat
validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. Dengan kata lain, untuk melihat
apakah tes tersebut valid, kita harus membandingkan skor peserta didik yang
didapat dalam tes dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. Validitas suatu
tes erat kaitannya dengan tujuan penggunaan tes tersebut. Namun, tidak ada
validitas yang berlaku secara umum. Artinya, jika suatu tes dapat memberikan
informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka
tes itu valid untuk tujuan tersebut.
Gronlund (1985)
mengemukan ada tiga faktor yang memengaruhi validitas hasil tes, yaitu :
1.
Faktor
instrumen evaluasi
Mengembangkan
instrumen evaluasi memang tidaklah mudah, apalagi jika seorang evaluator tidak
atau kurang memahami prosedur dan teknik evaluasi itu sendiri.Jika instrumen
evaluasi kurang baik, maka dapat berakibat hasil evaluasi menjadi kurang baik.
Untuk itu, dalam mengembangkun instrumen evaluasi, seorang evaluator harus
memperhatikan hal-hal yang memengaruhi validitas instrumen dan berkaitan dengan
prosedur penyusunan instrumen, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk
mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan
kalimat efektif, bentuk alternatif jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda,
dan sebagainya.
2.
Faktor
administrasi evaluasi dan penskoran
Dalam
administrasi evaluasi dan penskoran, banyak sekali terjadi penyimpangan atau
kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk pengerjaan soal yang tidak
proporsional, memberikan bantuan kepada peserta didik dengan berbagai cara,
peserta didik saling menyontek ketika ujian, kesalahan penskoran, termasuk
kondisi fisik dan psikis peserta didik yang kurang menguntungkan.[10]
3.
Faktor
jawaban dari peserta didik
Dalam
praktiknya, faktor jawaban peserta didik justru lebih banyak berpengaruh
daripada dua faktor sebelumnya. Faktor ini meliputi kecenderungan peserta didik
untuk menjawab secara cepat, tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba,
dan penggunaan gaya bahasa tertentu dalam menjawab soal bentuk uraian.
Selanjutnya,Kerlinger (1986)
mengemukakan, “validitas instrumen tiduk cukup ditentukan oleh derajat
ketepatan instrumen untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi perlu
juga dilihat dari tiga kriteria yang lain, yaitu appropriatness,
meaningfullness, dan usefulness”. Appropriatness menunjukkan
kelayakan dari tes sebagai suatu instrumen, yaitu seberapa jauh instrumen dapat
menjangkau keragaman aspek perilaku peserta didik.Meaningfillness
menunjukkan kemampuan instrumen dalam memberikan keseimbangan soal-soal
pengukurannya berdasar tingkat kepentingan dari setiap fenomena.Usefullness
to inferences menunjukkan sensitif tidaknya instrumen dalam menangkap
fenomena perilaku dan tingkat ketelitian yang ditunjukkan dalam membuat
kesimpulan.
Dalam literatur modern tentang
evaluasi, banyak dikemukakan tentang jenis-jenis validitas, antara lain :
1.
Validitas
Permukaan (face validity)
Validitas
ini menggunakun kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi
muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya, jika suatu tes secara sepintas
telah dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang akan diukur, maka tes
tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan, sehingga
tidak perlu lagi adanya judgement yang mendalam.[11]
2.
Validitas
Isi (content validity)
Validitas
isi sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang
telah disampaikan, dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri
peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Jika
dilihat dari segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar, validitas isi ini
sering disebut juga validitas kurikuler dan validitas perumusan.
Validitas
kurikuler berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevart dengan
kurikulum yang sudah ditentukan. Pertanyaan ini timbul karena sering terjadi
materi tes tidak mencakup keseluruhan aspek yang akan diukur, baik aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, tetapi hanya pengetahuan yang bersifat
fakta-fakta pelajaran tertentu. Diharapkan dengan validitas kurikuler ini
timbul ketelitian yang jelas dan totalitas dengan menjelajahi semua aspek yang
tercakup dalam kisi-kisi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
bersangkutan. Validitas kurikuler ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain mencocokkan materi tes dengan silabus dan kisi-kisi, melakukan
diskusi dengan sesama pendidik, atau mencermati kembali substansi dari konsep
yang akan diukur.
Validitas
perumusan berkenaan dengan pertanyaan apakah aspek-aspek dalam soal-soal itu
betul-betul tercakup dalam perumusan tentang apa yang hendak diukur. Di samping
itu, validitas isi dapat juga disebut validitas rasional atau validitas logis.
Sebagaimana dikemukakan oleh R.L. Thorndike dan H.P. Hagen (1977) bahwa “scientific
analysis is essentially a rational and judgmental one, this is sometimes spoken
of as rational or logical validity”. Pernyataan ini memang ada benarnya,
karena pengujian validitas harus dilakukan secara rasional dan logis sehingga
suatu tes hasil belajar dapat memiliki validitas yang sempurna.[12]
3.
Validitas
Empiris (empirical validity)
Validitas
ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi.Hal ini
disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu
kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang
bersangkutan. Namun, kriteria itu harus relevan dengun apa yang akan diukur.
Validitas empiris disebut juga validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criterion-related
validity) atau validitas statistik (statistical validity). Ada tiga
macam validitas empiris, yaitu:
a.
Validitas
prediktif (predictive validity)
b.
Validitas
kongkuren (concurrent validity)
c.
Validitas
sejenis (congruent validity).
Validitas
prediktif adalah jika kriteria standar yang digunakan adalah untuk meramalkan
prestasi belajar murid masa yang akan datang. Dengan kata lain, validitas
prediktif bermaksud melihat hingga mana suatu tes dapat memprakirakan perilaku
peserta didik pada masa yang akan datang, sedangkan validitas konkuren adalah
jika kriteria standarnya berlainan. Misalnya, skor tes dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia dikorelasikan dengun skor tes Bahasa lnggris.Sebaliknya, jika
kriteria standarnya sejenis, maka validitas tersebut disebut validitas sejenis.
Misalnya, Bahasa Indonesia dengan Bahasa Indonesia.
Dalam mengukur
validitas suatu tes hendaknya yang menjadi kriteria sudah betul-betul valid
sehingga dapat diandalkan keampuhannya dan dapat dianggap sebagai tes standar.
Sebaliknya, bila kriterianya tidak valid, maka tes-tes lain yang akan
divalidasi menjadi kurang atau tidak meyakinkan. Suatu tes akan mempunyai
koefisien validitas yang tinggi jika tes itu betul-betul dapat mengukur apa
yang hendak diukur dari peserta didik tertentu.[13]
C.
Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes merupakan derajat
dari suatu tes dapat mengukur secara konsisten apa yang seharusnya di ukur.
Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia di ambil dari kata reliability dalam
bahasa Inggris, berasal dari kata reliabel yang artinya dapat di percaya.
Instrumen tes dikatakan dapat di percaya jika menghasilkan hasil yang tepat
apabila di teskan berkali-kali. Sudjana menyatakan bahwa reliabilitas alat
penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang
di nilai. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut di gunakan akan memberikan
hasil yang relatif sama.[14]
Reliabilitas (keterandalan) evaluasi berhubungan
dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu
memberikan hasil yang tepat. Maksud dari pernyataan ini adalah jika suatu
eveluasi dilakukan pada subjek yang sama evaluasi senantiasa menunjukkan hasil
evaluasi yang sama atau sifat nya ajegdan stabil.
Keterandalan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.
Panjang tes (length of test). Panjang tes
berhubungan dengan banyaknya butir tes. Pada umumnya lebih banyak butir tes,
lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal ini terjadi karena makin banyak soal
tes, makin banyak sampel yang diukur.
2.
Sebaran skor (spread of scores). Besarnya
sebaran skor akan membuat kemungkinan perkiraan keterandalan lebih tinggi
menjadi ke nyataan.
3.
Tingkat kesulitan tes (difficulty of test).Tes
yang paling mudah atau paling sukar untuk anggotaanggota kelompok yang
mengerjakan cenderung menghasilkan skor tes keterandalan yang lebih rendah.
Hal ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dan sulit ke duanya dalam suatu
sebaran skor yang terbatas.
4.
Objektivitas (objektivity). Objektivitas suatu
tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh para
siswa) dan memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.
5.
Kepraktisan. Kepraktisan suatu evaluasi
bermakna bahwa kemudahan kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik
dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil, maupun
kemudahan dalam menyimpan.[15]
Menurut Arikuntu adapun metode yang
digunakan untuk mengukur relibialitad yaitu :
1. Metode
paralel (Equiivalent )
Tes
paralel adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran
dan susunan tetapi butir-butir soal berbeda. Metode ini menggunakan dua buah
tes, masing-masing di cobakan pada kelompok yang sama.
2. Metode tes
ulang ( test Retest Method )
Metode
ini menggunakan tes yang sama untuk dua kali pengetesan. Pengetes memiliki satu
tes untuk di cobakan dua kali pada kelompok siswa.
3. Metode belah
dua
Metode
pembagian tes yang di buat menjadi dua bagian dan mengkorelasikan skor individu
kedalam dua bagian. Peneliti memberikan tes menjadi satu kelompok dan kemudian membagi
item-item menjadi dua bagian, menghasilkan skor untuk masing-masing individu
dalam dua bagian, dan menghitunh korelasinya.[16]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Analisis
kualitas tes merupakan tahap yang harus ditempuh untuk mengenai derajat
kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi
bagian tes.
2.
Analisis butir
soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Kegiatan menganalisis butir
soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan pendidik untuk meningkatkan
mutu soal yang telah ditulis.
3.
Dalam mengukur validitas suatu tes hendaknya yang menjadi kriteria sudah
betul-betul valid sehingga dapat diandalkan keampuhannya dan dapat dianggap
sebagai tes standar. Sebaliknya, bila kriterianya tidak valid, maka tes-tes
lain yang akan divalidasi menjadi kurang atau tidak meyakinkan.
4.
Reliabilitas
tes merupakan derajat dari suatu tes dapat mengukur secara konsisten apa yang
seharusnya di ukur. Reliabilitas (keterandalan) evaluasi berhubungan dengan masalah
kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu memberikan
hasil yang tepat.
DAFTAR RUJUKAN
Amelia. Maria Agustina. Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order
Thinking Skills (Hots) Matematika ahan Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar, Jurnal
Penelitian (EdisiKhusus PGSD). Vol 20, No. 2
Arifin. Zainal. 2009. EvaluasiPembelajaran.
PT RemajaRosdakarya : Bandung
Arikunto. Suharsimi. 2018. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Darmayanti. Ni wayan Sri & I Komang Wisnu Budi Wijaya. 2020. Evaluasi
Pembelajaran IPA. Bali: NILACAKRA
Hamalik. Oemar. 1989. Teknik Pengukuran & Evaluasi Hasil
Belajar. Bandung: Mandar Maju
Purwanti. Muslikah. 2014. Analisis Butir Soal UjianAkhir Mata
Pelajaran Akuntansi KeuanganMenggunakan Microsoft Office Excel 2010 . Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia. Vol. XII, No. 1
Rahayu. Tika Dwi dkk. 2014.
Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Pada Tengah Semester Ganjil
Bentuk Pilihan Ganda Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Tahun
Ajaran 2012-2013. Jurnal EdukasiUnej. Vol , No 1
Sary. Yessy Nur Endah. 2018. Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta : Deepublish
Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes. Jakarta:
Depdikbud
Sudjana. Nana. 2015. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Suparman dkk. 2012. Validitas, ’’Reliabilitas dan Kepraktisan Ujian
Melalui Observasi dan Bentuk Lisann Bagi Kelas Besar Pada Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Dan Bahada IAIN Surakarta
‘’, Kodifikasia,. Vol. 6, No. 1
Suzana. Andrisni. 2017. Analisis Tingkat Kesukarandan
Daya Beda Beda Butir-Butir Soal Penilaian Akhir Tahun Matematika Kelas X di SMA
Negeri 1 Purbalingan,. Jurnal Math Gram Matematika. Vol 2 No 2
[3]Andrisni Suzana,
Analisis Tingkat Kesukarandan Daya Beda Beda Butir-Butir Soal Penilaian Akhir
Tahun Matematika Kelas X di SMA Negeri 1 Purbalingan, Jurnal Math Gram
Matematika, Vol 2 No 2, 2017 , hal. 2
[4]Maria Agustina
Amelia, Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Skills (Hots)
Matematika ahan Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian (EdisiKhusus
PGSD). Vol 20, No. 2, Desember 123.
[5]Tika Dwi Rahayu
dkk, Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Pada Tengah Semester Ganjil Bentuk
Pilihan Ganda Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Tahun Ajaran
2012-2013, Jurnal EdukasiUnej, Vol , No 1, 2014, h.40.
[6] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), hal. 135
[7]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2018), hal. 222
[8]Subino, Konstruksi dan Analisis Tes, (Jakarta: Depdikbud, 1987), hal. 38-39
[9]Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran & Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Mandar
Maju, 1989), hal. 163
[10]Yessy Nur Endah
Sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta : Deepublish,
2018), hal. 122.
[11]Yessy Nur Endah
Sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan,…, hal. 123.
[13]Yessy Nur Endah
Sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan,…, hal. 125.
[14]
Ni wayan Sri
Darmayanti & I Komang Wisnu Budi Wijaya, Evaluasi Pembelajaran IPA,
( Bali: NILACAKRA, 2020, hal. 127-128
[15] Suparman dkk,
Validitas, ’’Reliabilitas dan Kepraktisan Ujian Melalui Observasi dan Bentuk
Lisann Bagi Kelas Besar Pada Prodi PAI
Fakultas Tarbiyah Dan Bahada IAIN Surakarta ‘’, Kodifikasia, Vol.
6, No. 1, 2012, hal. 69-70
[16] Ni wayan Sri
Darmayanti & I Komang Wisnu Budi Wijaya, Evaluasi Pembelajaran IPA, …,
hal. 128
asssalamualikum kak, mohon ijin saya Sholeh bertujuan ingin meneliti terkait Analsis Butir Soal, Apakah kakak berkenan untuk sharing ilmunya ? terimakasih
ReplyDelete