Sunday, July 05, 2020

ANALISIS KUALITAS TES DAN BUTIR SOAL ( VALIDITAS DAN RELIABILITAS )

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usaha untuk mencapai misi dan tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan pendidikan? Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai, perlu diadakannya sebuah tes.
Tes merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dianggap mampu memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang pendidikan tentang perangkat atau alat yang mampu memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menghasilkan gambaran yang akurat, relevan dan sesuai dengan data yang terjadi dilapangan, membutuhkan tes yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan analisis kualitas tes guna menciptakan kualitas tes yang benar-benar mampu melaksanakan tugasnya sebagai alat evaluasi.Analisis kualitas tes digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah tes sebagai alat ukur benar-benar mampu mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dan apakah tes tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi dunia pendidikan.
Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana analisis kualitas tes dan butir soal ?
2.      Bagamana validitas tes ?
3.      Bagamana reliabilitas tes ?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui analisis kualitas tes dan butir soal.
2.      Untuk mengetahui validitas tes.
3.      Untuk mengetahui reliabilitas tes.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    ANALISIS KUALITAS TES DAN BUTIR SOAL
1.      Analisis Kualitas Tes
Analisis kualitas tes merupakan tahap yang harus ditempuh untuk mengenai derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian tes.Analisis butir soal atau analisis item merupakan pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Analisis soal Antara lain yang bertujuan mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung beberapa aspek yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan pola sebarang jawaban.[1]
Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes ,baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Dalam penilaian harus belajar, tes diharapkan dapat menggambarkan sampel perilaku dan menghasilkan nilai yang objektif serta akurat. Jika tes yang digunakan guru kurang baik, maka hasil diperoleh pun tentunya kurang baik.Hal ini dapat merugikan peserta didik itu sendiri.Artinya  hasil yang diperoleh dari peserta didik menjadi tidak objektif dan tidak adil.Oleh sebab itu, tes yang digunakan guru harus memiliki kualitas yang lebih baik dilihat dari berbagai segi.Untuk mengetahui apakah suatu tes yang digunakan termasuk baik atau kurang baik, maka perlu dilakukanan alisis kualitastes.[2]
Soal yang belum dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif memiliki berbagai kelemahan jika harus digunakan untuk menilai hasil belajar.Kelemahan tersebut diantaranya soal tidak sesuai dengan cakupan materi yang seharusnya dicapai sehingga tidak bisa mengukur ketercapaian belajar siswa.Konstuk sisoal yang memiliki opsi pengecoh yang heterogen membuat soal kurang berarti atau menjadi lemah, karena siswa cenderung lebih mudah menebak jawaban yang benar.Hal ini berarti, soal tidak bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.[3]
Suatutes dapat dilakukan baik apabila memenuhi lima persyaratan, yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktik abilitas dan ekonomis. Berdasa rpendapat Arikonto di atas, kriteria minimal suatua latukur yang baik adalah alat ukur tersebut harus valid dan reliabel.Selain valid dan reliabel, tes dikatakan baik jika daya pembeda, tingkat kesulitan dan analisis pengecoh (soal pilihan ganda) juga baik.[4]
Upaya untuk mengetahui apakah soal yang dibuat oleh guru sudah tergorong layak dan baik, serta memberikan hasil yang maksimal dalam mengukur dan meningkatkan tingkat pemahaman siswa, maka dapa tdilakukan analisis pada setiap butir soal analisis kualitas soal dapat dilaksanakan dengan mengukur tingkat kesukaran soal yang baik apabila soal-soal yang terdapat dalam ujian tengah semester tersebut sudah proporsional. Daya beda soal digunakan untuk menganalisis
perbedaan kemampuan antara masing-masing siswa.Perhitungan besarnya tingkat kesukaran dan daya beda dilaksanakan dengan melihat jumlah jawaban siswa yang betul dan salah dari kelompok bawah dan kelompok atas.[5]
2.      Analisis Butir Soal
Analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.[6] Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan pendidik untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban peserta didik untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian.
Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Disamping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta dapat menentukan siswa mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan. Dan akan membantu guru mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan, penyusunan, dan penggunaan tes yang sudah baik dan perlu dipertahankan.
Adapun menurut Suharsimi Arikunto, analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.[7]
Analisis butir soal ini dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif artinya menguji tingkatan kebaikan suatu butir soal secara logis dan rasional, yaitu mengenai isi dan bentuknya. Sedangkan, analisis kuantitatif berarti menguji tingkat kebaikan suatu butir soal melalui teknik statistik. Analisis secara kualitatif meliputi ranah konstruksi sesuai dengan kaidah umum dan bahasa.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis butir soal merupakan suatu kegiatan mengkaji dan mengidentifikasi setiap butir soal untuk memperoleh informasi tentang kualitas butir soal. Hasil dari mengkaji dan mengidentifikasi digunakan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan butir soal.
Aturan penyusunan butir soal uraian yang sesuai dengan kaidah umum antara lain:[8]
a.       Menggunakan soal hanya untuk hasil-hasil yang tidak memuaskan jika dinilai dengan bentuk obyektif.
b.      Soal harus mampu mengukur perilaku hasil belajar sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembelajaran.
c.       Susunan kalimat harus baik dan benar sehingga apa yang harus dilakukan siswa jelas.
d.      Waktu ujian disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
e.       Butir soal merupakan rumusan masalah yang spesifik dan dan pasti.
f.        Disertai petunjuk jawaban yang jelas mengenai jawaban dikehendaki.
g.      Kunci jawaban dibuat serempak dengan penyusunan butir-butir soalnya.
h.      Perbandingan antara proporsi butir-butir soal yang mudah, sedang, dan sukar diusahakan berkisar antara 30%, 50%, dan 20%.
i.        Seluruh bahan diolah menjadi suatu bahan yang terpadu dan komprehensif.
j.        Soal disusun dari yang mudah dan yang sukar.
Adapun  untuk soal berjenis pilihan ganda, konstruksi soal memiliki dua aspek yaitu pokok soal dan pilihan jawaban. Pokok soal yang baik paling tidak perlu mempertimbangkan aturan-aturan berikut:[9]
a.       Menghindari materi yang tidak relevan.
b.      Pertanyaan dari setiap butir soal berisi masalah pokok.
c.       Menghindari kata negatif ganda.
d.      Menyebutkan sumber jika berisi pendapat yang kontroversial.
e.       Tidak banyak menggunakan kalimat yang dinyatakan negatif. Jika soal yang menggunakan pertanyaan negatif maka hendaknya dicetak lain/ miring.

B.     Validitas Tes
Sebelum guru menggunakan suatu tes, hendaknya guru mengukur terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. Dengan kata lain, untuk melihat apakah tes tersebut valid, kita harus membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. Validitas suatu tes erat kaitannya dengan tujuan penggunaan tes tersebut. Namun, tidak ada validitas yang berlaku secara umum. Artinya, jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut.
Gronlund (1985) mengemukan ada tiga faktor yang memengaruhi validitas hasil tes, yaitu :
1.      Faktor instrumen evaluasi
Mengembangkan instrumen evaluasi memang tidaklah mudah, apalagi jika seorang evaluator tidak atau kurang memahami prosedur dan teknik evaluasi itu sendiri.Jika instrumen evaluasi kurang baik, maka dapat berakibat hasil evaluasi menjadi kurang baik. Untuk itu, dalam mengembangkun instrumen evaluasi, seorang evaluator harus memperhatikan hal-hal yang memengaruhi validitas instrumen dan berkaitan dengan prosedur penyusunan instrumen, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan kalimat efektif, bentuk alternatif jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan sebagainya.
2.      Faktor administrasi evaluasi dan penskoran
Dalam administrasi evaluasi dan penskoran, banyak sekali terjadi penyimpangan atau kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk pengerjaan soal yang tidak proporsional, memberikan bantuan kepada peserta didik dengan berbagai cara, peserta didik saling menyontek ketika ujian, kesalahan penskoran, termasuk kondisi fisik dan psikis peserta didik yang kurang menguntungkan.[10]
3.      Faktor jawaban dari peserta didik
Dalam praktiknya, faktor jawaban peserta didik justru lebih banyak berpengaruh daripada dua faktor sebelumnya. Faktor ini meliputi kecenderungan peserta didik untuk menjawab secara cepat, tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan gaya bahasa tertentu dalam menjawab soal bentuk uraian.
Selanjutnya,Kerlinger (1986) mengemukakan, “validitas instrumen tiduk cukup ditentukan oleh derajat ketepatan instrumen untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi perlu juga dilihat dari tiga kriteria yang lain, yaitu appropriatness, meaningfullness, dan usefulness”. Appropriatness menunjukkan kelayakan dari tes sebagai suatu instrumen, yaitu seberapa jauh instrumen dapat menjangkau keragaman aspek perilaku peserta didik.Meaningfillness menunjukkan kemampuan instrumen dalam memberikan keseimbangan soal-soal pengukurannya berdasar tingkat kepentingan dari setiap fenomena.Usefullness to inferences menunjukkan sensitif tidaknya instrumen dalam menangkap fenomena perilaku dan tingkat ketelitian yang ditunjukkan dalam membuat kesimpulan.
Dalam literatur modern tentang evaluasi, banyak dikemukakan tentang jenis-jenis validitas, antara lain :
1.      Validitas Permukaan (face validity)
Validitas ini menggunakun kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya, jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang akan diukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan, sehingga tidak perlu lagi adanya judgement yang mendalam.[11]
2.      Validitas Isi (content validity)
Validitas isi sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan, dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Jika dilihat dari segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar, validitas isi ini sering disebut juga validitas kurikuler dan validitas perumusan.
Validitas kurikuler berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevart dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Pertanyaan ini timbul karena sering terjadi materi tes tidak mencakup keseluruhan aspek yang akan diukur, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, tetapi hanya pengetahuan yang bersifat fakta-fakta pelajaran tertentu. Diharapkan dengan validitas kurikuler ini timbul ketelitian yang jelas dan totalitas dengan menjelajahi semua aspek yang tercakup dalam kisi-kisi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bersangkutan. Validitas kurikuler ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain mencocokkan materi tes dengan silabus dan kisi-kisi, melakukan diskusi dengan sesama pendidik, atau mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur.
Validitas perumusan berkenaan dengan pertanyaan apakah aspek-aspek dalam soal-soal itu betul-betul tercakup dalam perumusan tentang apa yang hendak diukur. Di samping itu, validitas isi dapat juga disebut validitas rasional atau validitas logis. Sebagaimana dikemukakan oleh R.L. Thorndike dan H.P. Hagen (1977) bahwa “scientific analysis is essentially a rational and judgmental one, this is sometimes spoken of as rational or logical validity”. Pernyataan ini memang ada benarnya, karena pengujian validitas harus dilakukan secara rasional dan logis sehingga suatu tes hasil belajar dapat memiliki validitas yang sempurna.[12]
3.      Validitas Empiris (empirical validity)
Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi.Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang bersangkutan. Namun, kriteria itu harus relevan dengun apa yang akan diukur. Validitas empiris disebut juga validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criterion-related validity) atau validitas statistik (statistical validity). Ada tiga macam validitas empiris, yaitu:
a.       Validitas prediktif (predictive validity)
b.      Validitas kongkuren (concurrent validity)
c.       Validitas sejenis (congruent validity).
Validitas prediktif adalah jika kriteria standar yang digunakan adalah untuk meramalkan prestasi belajar murid masa yang akan datang. Dengan kata lain, validitas prediktif bermaksud melihat hingga mana suatu tes dapat memprakirakan perilaku peserta didik pada masa yang akan datang, sedangkan validitas konkuren adalah jika kriteria standarnya berlainan. Misalnya, skor tes dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dikorelasikan dengun skor tes Bahasa lnggris.Sebaliknya, jika kriteria standarnya sejenis, maka validitas tersebut disebut validitas sejenis. Misalnya, Bahasa Indonesia dengan Bahasa Indonesia.
Dalam mengukur validitas suatu tes hendaknya yang menjadi kriteria sudah betul-betul valid sehingga dapat diandalkan keampuhannya dan dapat dianggap sebagai tes standar. Sebaliknya, bila kriterianya tidak valid, maka tes-tes lain yang akan divalidasi menjadi kurang atau tidak meyakinkan. Suatu tes akan mempunyai koefisien validitas yang tinggi jika tes itu betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur dari peserta didik tertentu.[13]

C.    Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes merupakan derajat dari suatu tes dapat mengukur secara konsisten apa yang seharusnya di ukur. Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia di ambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata reliabel yang artinya dapat di percaya. Instrumen tes dikatakan dapat di percaya jika menghasilkan hasil yang tepat apabila di teskan berkali-kali. Sudjana menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang di nilai. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut di gunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.[14]
Reliabilitas (keterandalan) evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Maksud dari pernyataan ini adalah jika suatu eveluasi dilakukan pada subjek yang sama evaluasi senantiasa menunjukkan hasil evaluasi yang sama atau sifat nya ajegdan stabil.
Keterandalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Panjang tes (length of test). Panjang tes berhubungan dengan banyaknya butir tes. Pada umumnya lebih banyak butir tes, lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal ini terjadi karena makin banyak soal tes, makin banyak sampel yang diukur.
2.      Sebaran skor (spread of scores). Besarnya sebaran skor akan mem­buat kemungkinan perkiraan keterandalan lebih tinggi menjadi ke nyataan.
3.      Tingkat kesulitan tes (difficulty of test).Tes yang paling mudah atau paling sukar untuk anggota­anggota kelompok yang mengerja­kan cenderung menghasilkan skor tes keterandalan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dan sulit ke duanya dalam suatu sebaran skor yang terbatas.
4.      Objektivitas (objektivity). Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh para siswa) dan memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.
5.       Kepraktisan. Kepraktisan suatu evaluasi bermakna bahwa kemudahan ­ke­mudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam mem­persiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpan.[15]
Menurut Arikuntu adapun metode yang digunakan untuk mengukur relibialitad yaitu :
1. Metode paralel (Equiivalent )
Tes paralel adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soal berbeda. Metode ini menggunakan dua buah tes, masing-masing di cobakan pada kelompok yang sama.
2. Metode tes ulang ( test Retest Method )
Metode ini menggunakan tes yang sama untuk dua kali pengetesan. Pengetes memiliki satu tes untuk di cobakan dua kali pada kelompok siswa.
3. Metode belah dua
Metode pembagian tes yang di buat menjadi dua bagian dan mengkorelasikan skor individu kedalam dua bagian. Peneliti memberikan tes menjadi satu kelompok dan kemudian membagi item-item menjadi dua bagian, menghasilkan skor untuk masing-masing individu dalam dua bagian, dan menghitunh korelasinya.[16]




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Analisis kualitas tes merupakan tahap yang harus ditempuh untuk mengenai derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian tes.
2.      Analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan pendidik untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis.
3.      Dalam mengukur validitas suatu tes hendaknya yang menjadi kriteria sudah betul-betul valid sehingga dapat diandalkan keampuhannya dan dapat dianggap sebagai tes standar. Sebaliknya, bila kriterianya tidak valid, maka tes-tes lain yang akan divalidasi menjadi kurang atau tidak meyakinkan.
4.      Reliabilitas tes merupakan derajat dari suatu tes dapat mengukur secara konsisten apa yang seharusnya di ukur. Reliabilitas (keterandalan) evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat.




DAFTAR RUJUKAN
Amelia. Maria Agustina. Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Skills (Hots) Matematika ahan Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian (EdisiKhusus PGSD). Vol 20, No. 2
Arifin. Zainal. 2009.  EvaluasiPembelajaran. PT RemajaRosdakarya : Bandung
Arikunto. Suharsimi. 2018.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Darmayanti. Ni wayan Sri & I Komang Wisnu Budi Wijaya. 2020. Evaluasi Pembelajaran IPA. Bali: NILACAKRA
Hamalik. Oemar. 1989.  Teknik Pengukuran & Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Mandar Maju
Purwanti. Muslikah. 2014. Analisis Butir Soal UjianAkhir Mata Pelajaran Akuntansi KeuanganMenggunakan Microsoft Office  Excel 2010 . Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol. XII, No. 1
Rahayu. Tika Dwi dkk. 2014.  Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Pada Tengah Semester Ganjil Bentuk Pilihan Ganda Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Tahun Ajaran 2012-2013.  Jurnal EdukasiUnej.  Vol , No 1
Sary. Yessy Nur Endah. 2018. Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta : Deepublish
Subino. 1987.  Konstruksi dan Analisis Tes. Jakarta: Depdikbud
Sudjana. Nana. 2015.  Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suparman dkk. 2012. Validitas, ’’Reliabilitas dan Kepraktisan Ujian Melalui Observasi dan Bentuk Lisann Bagi Kelas Besar Pada Prodi PAI  Fakultas Tarbiyah Dan Bahada IAIN Surakarta ‘’, Kodifikasia,. Vol. 6, No. 1
Suzana. Andrisni. 2017. Analisis Tingkat Kesukarandan Daya Beda Beda Butir-Butir Soal Penilaian Akhir Tahun Matematika Kelas X di SMA Negeri 1 Purbalingan,. Jurnal Math Gram Matematika. Vol 2 No 2


1Muslikah Purwanti, Analisis Butir Soal UjianAkhir Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan Menggunakan Microsoft Office  Excel 2010 , Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia ,Vol. XII, No. 1, 2014, hal 83.
[2]Arifin, Zainal, EvaluasiPembelajaran, (PT RemajaRosdakarya : Bandung, 2009), hal 246.
[3]Andrisni Suzana, Analisis Tingkat Kesukarandan Daya Beda Beda Butir-Butir Soal Penilaian Akhir Tahun Matematika Kelas X di SMA Negeri 1 Purbalingan, Jurnal Math Gram Matematika, Vol 2 No 2,  2017 , hal.  2
[4]Maria Agustina Amelia, Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Skills (Hots) Matematika ahan Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar, Jurnal Penelitian (EdisiKhusus PGSD). Vol 20, No. 2, Desember 123.
[5]Tika Dwi Rahayu dkk, Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Pada Tengah Semester Ganjil Bentuk Pilihan Ganda Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Negeri 5 Tahun Ajaran 2012-2013, Jurnal EdukasiUnej, Vol , No 1, 2014, h.40.
[6] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 135
[7]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hal. 222
[8]Subino, Konstruksi dan Analisis Tes, (Jakarta: Depdikbud, 1987), hal. 38-39
[9]Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran & Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hal. 163
[10]Yessy Nur Endah Sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta : Deepublish, 2018), hal. 122.
[11]Yessy Nur Endah Sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan,…, hal. 123.
[12]Yessy Nur Endah Sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan,… , hal. 124.
[13]Yessy Nur Endah Sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan,…, hal. 125.
[14] Ni wayan Sri Darmayanti & I Komang Wisnu Budi Wijaya, Evaluasi Pembelajaran IPA, ( Bali: NILACAKRA, 2020, hal. 127-128

[15] Suparman dkk, Validitas, ’’Reliabilitas dan Kepraktisan Ujian Melalui Observasi dan Bentuk Lisann Bagi Kelas Besar Pada Prodi PAI  Fakultas Tarbiyah Dan Bahada IAIN Surakarta ‘’, Kodifikasia, Vol. 6, No. 1, 2012, hal. 69-70
[16] Ni wayan Sri Darmayanti & I Komang Wisnu Budi Wijaya, Evaluasi Pembelajaran IPA, …, hal. 128

1 comment:

  1. asssalamualikum kak, mohon ijin saya Sholeh bertujuan ingin meneliti terkait Analsis Butir Soal, Apakah kakak berkenan untuk sharing ilmunya ? terimakasih

    ReplyDelete

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer