BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur'an adalah
sumber pertama yang orisinal bagi syariat Islam. Al-Qur'an merupakan wahyu
Ilahi yang benar dan kekal selamanya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dari
Allh swt. Yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa. Allah swt berfirman dalam QS.
Asy-Syu’ara’ ayat 192-195 :
وَاِنَّهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (١۹٢) نَزَلَ
بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ (١۹٣) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ
(١۹٤) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍ مُّبِيْنَ (١۹٥)
'' Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjalin salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.'' (Q.s.
Asy-Syu'ara': 192-195).[1]
Kesemua ayat di dalam Al-Qur'an tidak diturunkan
sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur, berbagi-bagi sesuai
dengan kenyataan dan kesesuaian, agar manusia mudah menghafalnya, menerapkan
hukum-hukumnya dan sebagai pendukung Nabi saw, dalam menegakkan risalahnya,
serta mampu menjawab kejadian yang ditemukan ketika dakwah di jalan Alloh.
Alloh swt menjawab persoalan yang terjadi dari beberapa kejadian,
pernyataan-pernyataan, penafsiran, yang dihadapi umat Islam atau non-Islam.[2]
Oleh karena itu Al-Qur'an tidah hanya sekedar bacaan
tetapi Al-Qur'an merupakan amal dan
terapan, membimbing akidah, syari'at dan akhlaq yang shalih, Al-Qur'an juga
sebagai kiblat segala permasalahan dari permasalahan yang kecil dan
permasalahan yang besar. Selain itu Allah swt juga memerintahkan hambanya untuk
merenungi ayat Al-Qur'an dan mengamalkannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memfokuskan kajian
makalah ini tentang “Al-Qur’an dan Keotentikannya” secara singkat dan praktis
agar mudah dimengerti oleh pembaca.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian Al-Qur’an?
2.
Apa saja
nama-nama Al-Qur’an?
3.
Bagaimana
Perilaku orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an?
4.
Bagaimana
kemukjizatan Al-Qur’an?
5.
Bagaimana
bukti keotentikan Al-Qur’an?
C.
Tujuan Pembahasan Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian Al-Qur’an.
2.
Untuk
mengetahui nama-nama Al-Qur’an.
3.
Untuk
mengetahui Perilaku orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an.
4.
Untuk
mengetahui kemukjizatan Al-Qur’an.
5.
Untuk
mengetahui bukti keotentikan Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Qur’an
Fenomena penerimaan wahyu al-Qur’an mengejutkan banyak pihak. Ini
dapat dilihat dari peranan Nabi Muhammad yang dipersiapkan secara bertahap,
suatu masa yang penuh dengan kebimbangan dalam melihat berbagai kejadian,
fenomena, dan visi pandangan yang ada, juga ikut bagian dalam mempersiapkan
kematangan jiwanya, di mana malaikat Jibril berulang kali memperkenalkan diri.
Malaikat Jibril untuk yang pertama kali memperkenalkan diri ketika beliau
berkhalwat di Gua Hira, Jibril meminta Muhammad Saw membaca, dan beliau
mengatahan tidak tahu, tidak tahu apa yang akan dibaca, sampai malaikat Jibril
mengulangi tiga kali, dan beliau menjawab dalam keadaan serba bingung dengan
penuh ketakutan sebelum mengetahui kenabian yang tak terduga dan baru pertama
kali mendengar al Qur’an.
Melihat fenomena yang belum pernah dialami ini, Nabi Muhammad
kembali dalam keadaan gemetar ketika menemui istrinya Khadijah, minta untuk
menghibur dan mengembalikan ketentraman jiwanya. Sebagai seorang Arab, sebenarnyaMuhammad paham akan ekspresi syair
dan prosa, akan tetapi tak terlintas diotak beliau sama sekali tentang ayat-ayat
wahyu al-Qur’an yang baru saja beliau terima.
Sesuatu yang tak pernah terdengar
sebelumnya serta susunan kata-kata yang tiada bandingannya. Dimana al-Qur’an
sebagai mu’jizat terbesar yang pertama beliau terima.[3]
Al-Qur’an dalam segi pengertian bahasa, menurut Abu Syuhbah dalam
bukunya Al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim mengemukakan berbagai
pendapat dari para pakar Al-Qur’an[4], antara
lain:
1.
Al-Imam
al-Syafi’iy (150-204 H), salah seorang imam mazhab yang terkenal, mengatakan
bahwa kata ‘Al-Qur’an’ ditulis dan dibaca tanpa hamzah , serta
tidak terambil dari pecahan fi’il (bukan ism almusytaq). Ia
adalah nama yang khusus dipakai untuk kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw., seperti halnya dengan nama Injil dan Taurat, yang masing-masing
diberikan kepada Nabi Isa dan Nabi Musa.
2.
Al-Farra’
(w.207 H), seorang ahli bahasa yang tersohor dan pengarang kitab ‘Ma’aniy
al-Quran’, berpendapat bahwa kata al-Qur’an
tidak memakai hamzah dan terambil dari kata ‘qarain’, bentuk dari ‘qarînah’
yang berarti ‘petunjuk’. Ini terjadi karena sebagian ayat-ayat Al-Qur'an itu
serupa satu dengan yang lainnya, seolah-olah sebagian ayat-ayatnya merupakan
petunjuk dari apa yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa itu.
3.
Al-Asy’ariy
(w.324 H), seorang ahli ilmu kalam dan pemuka aliran Sunni, berpendapat bahwa
kata ‘al-Quran’ tidak memakai hamzah dan terambil dari akar kata ‘qarana’
yang berarti ‘menggabungkan’. Hal ini dipahami karena surah-surah, ayat-ayat,
dan huruf-hurufnya beriring-iringan, yang satu digabungkan dengan yang lain
sehingga menjadi satu mushhaf.
4.
Al-Lihyaniy
(w.215 H), seorang ahli bahasa mengatakan bahwa kata ‘al-Qur’an’ itu
berhamzah, bentuknya mashdar dari kata kerja qara’a yang berarti
‘bacaan’, yang selalu berarti ‘ism al-maf’ul’ (yang dibaca). Oleh karena
itu, Al-Qur'an harus selalu dibaca.
5.
Dr. Subhi
al-Shalih dalam bukunya ‘Mabahits fi ‘Ulûm alQur’an’ mengemukakan bahwa
pendapat yang paling kuat adalah yang mengatakan bahwa kata ‘al-Qur’an’
itu adalah bentuk mashdar dan muradif dengan kata qira’ah yang berarti
‘membaca’. Hal ini diperkuat oleh pendapat lain, yang mengemukakan bahwa kata ‘al-Qur’an’,
secara harf, berasal dari akar kata ‘qara’a’ yang berarti ‘bacaan atau
himpunan’, oleh karena itu Al-Qur'an harus dibaca dengan benar sesuai dengan
makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, dihayati, diresapi makna-makna
yang terkandung di dalamnya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.[5]
Mengenai arti kata Al-Qur’an diatas,
makna terakhirlah yang paling kuat. Makna tersebut mengandung pengertian bahwa
Al-Qur’an bukan hanya sekedar kitab suci yang hanya dibaca tanpa dipahami dan
diresapi isinya. Tetapi Al-Qur’an merupakan kitab suci yang harus dibaca,
dipahami, diresapi, dan diamalkan isi kandungan yang ada di dalamnya untuk
dijadakan pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan untuk mengetahui
tanda-tanda kekuasaan Allah, sekaligus bernilai ibadah bagi yang membacanya.
Dari sudut terminologis, berbagai tokoh telah mengemukakan beberapa
definisi Al-Qur'an, di antaranya[6]:
1.
Menurut
Abu Syuhbah dalam Al-Madkhal li
Dirasah al-Qur’an al-Karim, Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang memiliki kemukjizatan lafal,
membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam
mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.
2.
M.
Quraish Shihab dalam Ensiklopedia Al-Quran, Al-Qur’an adalah kalam Allah
Swt yang menjadi mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan
lafazh dan maknanya dengan perantaraan malaikat Jibril as yang tertulis di
dalam mushaf yang disampaikan secara mutawatir, dimulai dengan Q.S. al-Fatihah
(1) dan diakhiri dengan Q.S. al-Nas (114).
3.
Menurut
Muhammad Amin Suma, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Dalam bentuk lafal Arab dengan perantara malaikat Jibril.
Sedangkan hal-hal lain seperti dinukilkan kepada kita dengan cara mutawatir,
diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, serta ditulis
dalam mushaf, itu menyangkut hal-hal yang bersifat teknis bagi penyampaian dan
pemeliharaan Al-Qur’an.[7]
Para tokoh pakar al-Qur’an telah
mendefinisikan pengertian al-Qur’an dengan pandangannya sendiri-sendiri,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar berupa
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat
Jibril, yang tertulis dalam mushaf dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri
surat An-Nas untuk dijadikan sebagai pedoman hidup umat manusia sampai akhir
zaman dan bernilai pahala bagi yang membacanya.
B.
Nama-nama Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai banyak nama yang kesemuanya menunjukkan
ketinggian peran dan kedudukannya. Dengan kata lain, Al-Qur’an merupakan kitab
samawi yang paling mulia.[8] Diantara
nama-nama Al-Qur’an adalah[9]:
1.
Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah salah satu nama kitab suci umat Islam yang
terbanyak dipergunakan oleh Allah swt. dalam Al-Qur'an, yaitu sebanyak 70 kali.
di antaranya tersebut dalam QS. al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُرَمَضَانَ
الَّذِيْ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاَنُ هُدَى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَتٍ مِّنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ.....(١٨۵)
Artinya: “(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda
(antara yang hak dan yang batil)......”
Al-Qur'an, secara harfiah, berarti bacaan yang mencapai puncak
kesempurnaan. al-Qur’an al-Karîm berarti bacaan yang maha sempurna dan
maha mulia. Kemahamuliaan dan kemaha sempurnaan ‘bacaan’ ini agaknya tidak
hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh semua orang yang
menggunakan ‘sedikit’ pikirannya.[10]
2.
Al-Kitab
Al-Qur'an dinamai al-Kitab (Al-Qur'an) karena ditulis. Nama ini
terdapat antara lain dalam QS.al-Nahl ayat 89:
.....وَنَزَّلْنَاعَلَيْكَ
الْكِتَبَ تِبْيَانًالِّكُلِّ شَيْءٍوَّهُدَى وَّرَحْمَةًوَّبُشْرَى
لِلْمُسْلِمَيْنَ(٨۹)
Artinya: “ ......Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur'an)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.”
Al-Kitab secara harfiah, berarti ‘tulisan, buku, atau ketetapan’.
Term tersebut mengacu kepada firman-firman-Nya yang diwahyukan dalam rangkaian
kata-kata kepada setiap Nabi atau Rasul-Nya. Al-Qur'an sebagai firman-firman
Tuhan, yang diwahyukan dalam rangkaian kata-kata itu, disebut al-Kitab, yang
merupakan isyarat bahwa firman-firman itu telah ditulis oleh nabi dan rasul
yang menerimanya atau oleh para pengikutnya dalam bentuk lembaran-lembaran, minimal
merupakan isyarat bahwa firman-firman demikian selayaknya dicatat dalam
lembaran-lembaran yang dapat ditulis.[11]
3.
Al-Zikr
Al-Qur'an dinamai al-Zikr karena merupakan pemberi peringatan, yang
datang dari Allah swt. Nama tersebut antara lain terdapat dalam QS. al-Hijr
ayat 9:
اِنَّانَحْنُ
نَزَّلْنَاالذِّكْرَوَاِنَّالَهُ لَحَفِظُوْنَ (٩)
Artinya: “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan al-Zikr (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.”
Al-Zikr, secara harfiah, berarti ‘peringatan’. Al-Qur'an disebut
al-Zikr karena kehadirannya di tengah-tengah umat manusia menjadi peringatan
dalam perjalanan hidup mereka. Di samping ia menjadi peringatan dalam segala
hal, baik dalam bidang teologi (akidah), tata sopan santun (akhlak), maupun
yuridis (hukum), dan sebagainya.[12]
4.
Al-Furqon
Al-Qur'an dinamai al-Furqan karena membedakan mana yang hak dan
mana yang batil, atau karena diturunkan secara terpisah-pisah. Nama ini antara
lain terdapat dalam QS. al-Furqan ayat 1:
تَبَرَكَ
الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهَ لِيَكُوْنَ لِلْعَلَمِيْنَ
نَذِيْرًا (۱)
Artinya: “Maha
suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-hamba-Nya
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
Al-Furqan, secara harfiah, berarti ‘pembeda antara yang benar
dengan yang salah’. Al-Qur'an disebut al-Furqan karena ia mampu membedakan
antara yang benar dan yang salah, yang sejati dan yang palsu, yang baik dan
yang buruk.[13]
Sayyid Quthub, dalam bukunya “Aqidah Islamiyyah”, menjelaskan bahwa
“akal manusia tidak punya kemampuan dalam menentukan mana yang baik dan mana
yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Akal manusia hanya mampu
memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah”
Oleh karena itu, Allah menciptakan manusia dan memberikan kepada mereka
akal, serta menurunkan kepada mereka al-Furqan , agar mereka mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.
5.
At-Tanzil
At-tanzil
sebagaimana QS. Asy-Syua’ra ayat 192-193:
وَاِنَّهُ
لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ (۱٩٢) نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ (۱٩٣)
Artinya: “Dan
sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril).”
C.
Perilaku Orang yang Berpegang Teguh Kepada Al-Qur’an
Al-Qur`an adalah wahyu Allah Swt. terakhir kepada umat manusia.
Kitab suci ini mengandung semua kunci untuk membuka pengetahuan Allah Swt. yang
tidak terbatas dan petunjuk Allah Swt. bagi orang yang bertakwa dan tidak ada
keraguan di dalamnya.
Al-Qu'ran adalah sebagai pondasi kehidupan dan jalan keluar untuk
segala permasalahan umat dari permasalah yang terkecil sampai permasalahan yang
besar, dengan berpegang tegung dengan Al-Qur'an maka hidup akan terarah yang
senantiasa memberikan kemaslahatan umat.
Al-Qur’an merupakan jaring yang ditebarkan
oleh Yang Maha Tunggal untuk menarik kaum pria dan wanita yang tersesat di
dalam dunia ini agar kembali kepada sumber Ilahi mereka. Al-Qur`an adalah peta
dan petunjuk kehidupan. Hidup dalam sinaran petunjuk al-Qur’an dan mematuhi
ketentuan-ketentuannya merupakan kunci untuk mendapatkan keselamatan dan
kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.[14] Dengan
senantiasa berpegang teguh Al-Qur'an dan membaca Al-Qur'an maka hati akan
tenang, seperti
firman Allah dalam surat Ar-Ra'd ayat 28:
اَلَّذِيْنَ
اَمَنُوْاوَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِاللهِ اَلَابِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوْبُ (٢٨)
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenang.”
Peranan al-Qur’an dalam kehidupan individu adalah untuk memberi
kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas.
Perasaan-perasaan positif seperti itu akan menjadi suatu motivasi untuk bertindak
atau melakukan aktivitas. Karena perbuatan yang dilakukan dengan landasan
keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian dan ketaatan. Motivasi dapat
mendorong seseorang untuk menjadi kreatif, berbuat kebajikan dan mau berkorban.[15]
D.
Kemukjizatan Al-Qur’an
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia kata mukjizat diartikan
sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia, namun
pengertian ini tidaklah sama dengan pengertian dalam islam. Menurut pakar agama
islam mukjizat didefinisikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang
terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabianya yang
ditantangkan kepada yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa
namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.
Al-Qur’an didefinisikan sebagai firman firman Allah yang
disampaikan oleh malaikat jibril sesuai redaksi-Nya kepada nabi Muhammad Saw,
dan diterima oleh umat islam secara tawatur.[16]
Kemukjizatan Al Qur’an adalah firman firman Allah yang diwahyukan
kepada nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat jibril yang menjadi
peristiwa paling luar biasa bagi umat islam dan menjadi bukti kenabian dari
nabi Muhammad Saw.[17]
Kemukjizatan Al-Qur’an dapat ditinjau dari beberapa bukti, antara
lain: pertama, aspek kebahasaan. Susunan kata dan kalimat Al-Quran
sangatlah indah, redaksinya hal ini dapat diketahui dari beberapa hal dibawah
ini[18]:
1. Nada dan langgamnya
Al- Qur’an memiliki simfoni yang tidak ada taranya, dimana setiap
nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Hal ini
disebabkan oleh huruf dari kata kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi.
2.
Ayatnya
singkat dan padat
Al-Qur’an memiliki keistimewaan bahwa kata dan kalimatnya yang
singkat dapat menampung sekian banyak makna
3.
Memuaskan
para pemikir dan orang kebanyakan
Orang awam akan
merasa puas dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan
keterbatasanya,tetapi ayat yang sama dapat dipahami dengan luas oleh para
filosof dalam pengertian baru yang tidak terjangkau oleh kebanyakan orang dan
hal tersebut lah salah satu yang membuat mengapa Al-Qur’an istimewa.
4.
Memuaskan
akal dan jiwa
Al-Qur’an mampu
menguraikan ketetapan hukum dengan argumentasi logika dan dengan gaya yang
berbeda-beda sehingga membuat akal dan jiwa seseorang yang mempelajarinya
merasa puas.
5.
Keindahan
dan ketepatan maknanya
Kemudian kedua kemukjizatan
Al-Qur’an dapat dibuktikan dengan adanya isyarat-isyarat ilmiah yang ada di
ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Diantaranya akan dipaparkan sebagai berikut[19]:
1.
Tentang
reproduksi manusia
Al-
Qur’an berbicara lebar tentang manusia, salah satunya ikhwal reproduksi
manusia, serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga tercipta sebagai manusia
ciptaan tuhan yang lain dari yang lain. Di dalam Al-Qur’an juga menjelaskan
dengan gamblang tahap pembuahan atau pertemuan sel sperma dan ovum. Dan yang
menjadi luar biasa adalah teori-teori yang dikemukakan di dalam Al-Qur’an ada
jauh sebelum adanya penelitian-penelitian yang berkembang saat ini.
Hasil
pertemuan antara sperma dan ovum dinamai oleh al-Qur’an nutfah amsyaj. Para
pakar Embriologi menegaskan bahwa setelah terjadi pembuahan (amsyaj),
maka nutfah tersebut berdempet di dinding rahim, dan inilah yang
dimaksud oleh al-Qur’an dengan istilah “’alaqah”.[20]
2.
Tentang
kejadian alam semesta
Al-Qur’an
juga menjelaskan terjadinya alam semesta yang tadinya merupakan gumpalan antara
langit dan bumi. Al- Qur’an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan
itu, namun apa yang dikemukakan tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahanya
dibenarkan oleh observasi atau penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan.
Namun penetian tersebut dilakukan jauh setelah adanya isyarat tentang kejadian
alam semesta di dalam Al-Qur’an.[21]
3.
Tentang
pemisah dua laut
Para ilmuan
menemukan adanya sungai di bawah laut, namun di dalam ayat Al-Qur’an sudah dijelaskan terlebih
dahulu melalui surah Al-Furqon ayat 53:
وَهُوَالَّذِيْ
مَرَجَ الْبَحْ رَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ اُجَاخٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا
بَرْزَخًا وَّحِخْرًامَّحْجُوْرًا (٥٣)
“Dan Dialah yang memberikan dua laut
mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin
lagi pahit; Dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak
tembus.”
Pada ayat di atas, Allah telah
menciptakan barzakh (pemisah) yang memelihara cirri masing-masing air
laut dan sungai, sehingga walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari
tempat yang tinggi, ciri-ciri tersebut tetap terpelihara (‘azbun furat
[tawar lagi sejuk] dan milhun ujaj [asin lagi pahit]). Barzakh ini
berfungsi menghalangi kedua air tersebut, sehingga tidak satu pun dari keduanya
yang dapat menghapus sama sekali cirri-cirinya.[22]
Hal-hal di atas merupakan bukti
bahwa Al-Qur,an merupakan mukjizat luar biasa yang tidk hanya sekedar petunjuk
bagi umat manusia, namun juga menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang
ternyata jawaban didalam Al-Qur’an lebih valid dan sudah ada sebelum adanya
teori-teori yang berkembang saat ini.
E.
Bukti Keotentikan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW yang keotentikanya dijamin oleh Allah SWT, dan ia adalah kitab yang selalu
dipelihara. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah Didalam surat Al-Hijr ayat 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (٩)
“Sesungguhnya kamilah yang
menurunkan Al-Qur’an, dan pasti kami (pula) yang memeliharanya.” (Q.S Al-Hijr: 9)
Dengan jaminan ayat di atas, setiap
muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak
berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah didengar nabi Muhammad dari malaikat
Jibril yang menyampaikan wahyu berupa Al-Qur’an dari Allah secara berangsur
angsur kepada nabi Muhammad SAW dan pada zaman khalifah Ustman Bin Affan,
Al-Qur’an berhasil dibukukan yang dikenal dengan istilah Mushaf Usmani.
Kemudian bukti-bukti yang bisa mrnyimpulkan bahwa Al-Qur’an benar-benar otentik
atau dapat dipercaya bisa dijelaskan melalui dua bukti. Yang pertama
bukti dari Al-Qur’an itu sendiri dan kedua dari bukti sejarah.[23]
a.
Bukti-Bukti
dari Al-Qur’an Sendiri.
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat
pada awal beberapa surah dalam Al-Qur’an sebagaimana diterima oleh Rasullullah
tidak berkurang dan tidak berlebih satu huruf pun dari kata-kata yang digunakan
oleh Al-Qur’an, kesemuanya habis terbagi 19.
Contohnya:
1.
Huruf
(qof) yang merupakan awal dari surah ke- 50 ditemukan berulang sebanyak 57 kali
atau 3 x 19
2.
Huruf-huruf
kaf,ha’,ya’,’ayn,shad, dalam Surah Maryam,ditemukan sebanyak 798 kali atau
42 x 19
3.
Huruf
(nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133 kli atau 7 x 19.
4.
Huruf-huruf
(ha’) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah yang dimulai dengan kedua
huruf ini, ha’ dan mim,kesemuanya merupakan perkalian dari 114 x 19, yakni
masing masing berjumlah 2166.[24]
Bilangan-bilangan yang ditemukan langsung dari celah
Al-Qur’an ini dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Qur’an. Karena seandainya
ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan kalimat-nya dengan
kata atau kalimat yang lain,maka tentu perkalian-perkalian tersebut akan
menjadi kacau.
b.
Bukti-bukti
dari keadaan sejarah.
ada beberapa faktor pendukung sejarah yang dapat membuktikan
autensitas Al-Qur’an, diantaranya:
1.
Masyarakat
Arab sampai saat ini dikenal sebagai masyarakat yang kuat dalam hal hafalan.
Pada masa turunnya Al-Qur’an masyarakat Arab tidak mengenal baca dan tulis.
Oleh karena itu satu-satunya andalan mereka adalah hafalan.
2.
Masyarakat
Arab pada masa turunnya Al-Qur’an dikenal sebagai masyarakat yang sederhana dan
bersahaja. Sehingga dengan kesederhanaan meraka ini membuat mereka memiliki
waktu luang yang cukup untuk menghafal Al-Qur’an.
3.
Masyarakat
Arab adalah masyarakat yang sangat menyukai sastra.
4.
Al-Qur’an
merupakan kitab yang sangat tinggi keindahan bahasanya sehingga membuat
masyarakat Arab sangat mengagumi Al-Qur’an. Bahkan bukan hanya orang muslim
namun juga orang kafir. Disamping mengagumi keindahan bahasa Al-Qur’an,
masyarakat Arab juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat
Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
5.
Rasulallah
SAW menganjurkan kepada kaum muslim untuk memperbanyak membaca dan mempelajari
Al-Qur’an dan anjuran tersebut mendapat sambutan hangat dari kebanyakan
masyarakat Arab.
6.
Ayat-ayat
Al-Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa-peristiwa
yang mereka alami bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, disamping itu,
ayat-ayat Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit. Hal itu lebih mempermudah
pencernaan maknanya dan proses penghafalannya.
7.
Dalam
Al-Qur’an ditemukan petunjuk-petunjuk yang mendorong para sahabat untuk
bersikap teliti dan teliti dalam menyampaikan berita. Lebih-lebih kalau berita
tersebut adalah firman Allah atau sabda Rasul.[25]
Beberapa
faktor diatas menjadi penunjang terpelihara dan dihafalkannya ayat-ayat
Al-Qur’an oleh masyarakat Arab sehingga keoutentikannya dapat di
pertanggungjawabkan. Hal itulah yang membuat banyak riwayat sejarah yang
menginformasikan bahwa terdapat ratusan sahabat Nabi yang menghafalkan
Al-Qur’an.
No comments:
Post a Comment