Thursday, June 06, 2019

AL-QUR’AN DAN KEOTENTIKANNYA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur'an adalah sumber pertama yang orisinal bagi syariat Islam. Al-Qur'an merupakan wahyu Ilahi yang benar dan kekal selamanya, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dari Allh swt. Yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa. Allah swt berfirman dalam QS. Asy-Syu’ara’ ayat 192-195 :
وَاِنَّهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (١۹٢) نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ (١۹٣) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ (١۹٤) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍ مُّبِيْنَ (١۹٥) 
'' Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjalin salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.'' (Q.s. Asy-Syu'ara': 192-195).[1]
Kesemua ayat di dalam Al-Qur'an tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur, berbagi-bagi sesuai dengan kenyataan dan kesesuaian, agar manusia mudah menghafalnya, menerapkan hukum-hukumnya dan sebagai pendukung Nabi saw, dalam menegakkan risalahnya, serta mampu menjawab kejadian yang ditemukan ketika dakwah di jalan Alloh. Alloh swt menjawab persoalan yang terjadi dari beberapa kejadian, pernyataan-pernyataan, penafsiran, yang dihadapi umat Islam atau non-Islam.[2]
Oleh karena itu Al-Qur'an tidah hanya sekedar bacaan tetapi Al-Qur'an merupakan amal  dan terapan, membimbing akidah, syari'at dan akhlaq yang shalih, Al-Qur'an juga sebagai kiblat segala permasalahan dari permasalahan yang kecil dan permasalahan yang besar. Selain itu Allah swt juga memerintahkan hambanya untuk merenungi ayat Al-Qur'an dan mengamalkannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memfokuskan kajian makalah ini tentang “Al-Qur’an dan Keotentikannya” secara singkat dan praktis agar mudah dimengerti oleh pembaca.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian Al-Qur’an?
2.      Apa saja nama-nama Al-Qur’an?
3.      Bagaimana Perilaku orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an?
4.      Bagaimana kemukjizatan Al-Qur’an?
5.      Bagaimana bukti keotentikan Al-Qur’an?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an.
2.      Untuk mengetahui nama-nama Al-Qur’an.
3.      Untuk mengetahui Perilaku orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an.
4.      Untuk mengetahui kemukjizatan Al-Qur’an.
5.      Untuk mengetahui bukti keotentikan Al-Qur’an.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Al-Qur’an
Fenomena penerimaan wahyu al-Qur’an mengejutkan banyak pihak. Ini dapat dilihat dari peranan Nabi Muhammad yang dipersiapkan secara bertahap, suatu masa yang penuh dengan kebimbangan dalam melihat berbagai kejadian, fenomena, dan visi pandangan yang ada, juga ikut bagian dalam mempersiapkan kematangan jiwanya, di mana malaikat Jibril berulang kali memperkenalkan diri. Malaikat Jibril untuk yang pertama kali memperkenalkan diri ketika beliau berkhalwat di Gua Hira, Jibril meminta Muhammad Saw membaca, dan beliau mengatahan tidak tahu, tidak tahu apa yang akan dibaca, sampai malaikat Jibril mengulangi tiga kali, dan beliau menjawab dalam keadaan serba bingung dengan penuh ketakutan sebelum mengetahui kenabian yang tak terduga dan baru pertama kali mendengar al Qur’an.
Melihat fenomena yang belum pernah dialami ini, Nabi Muhammad kembali dalam keadaan gemetar ketika menemui istrinya Khadijah, minta untuk menghibur dan mengembalikan ketentraman jiwanya. Sebagai seorang Arab,  sebenarnyaMuhammad paham akan ekspresi syair dan prosa, akan tetapi tak terlintas diotak beliau sama sekali tentang ayat-ayat wahyu al-Qur’an yang baru saja beliau terima.  Sesuatu yang tak pernah  terdengar sebelumnya serta susunan kata-kata yang tiada bandingannya. Dimana al-Qur’an sebagai mu’jizat terbesar yang pertama beliau terima.[3]
Al-Qur’an dalam segi pengertian bahasa, menurut Abu Syuhbah dalam bukunya Al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim mengemukakan berbagai pendapat dari para pakar Al-Qur’an[4], antara lain:
1.      Al-Imam al-Syafi’iy (150-204 H), salah seorang imam mazhab yang terkenal, mengatakan bahwa kata ‘Al-Qur’an’ ditulis dan dibaca tanpa hamzah , serta tidak terambil dari pecahan fi’il (bukan ism almusytaq). Ia adalah nama yang khusus dipakai untuk kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., seperti halnya dengan nama Injil dan Taurat, yang masing-masing diberikan kepada Nabi Isa dan Nabi Musa.
2.      Al-Farra’ (w.207 H), seorang ahli bahasa yang tersohor dan pengarang kitab ‘Ma’aniy al-Quran’,  berpendapat bahwa kata al-Qur’an tidak memakai hamzah dan terambil dari kata ‘qarain’, bentuk dari ‘qarînah’ yang berarti ‘petunjuk’. Ini terjadi karena sebagian ayat-ayat Al-Qur'an itu serupa satu dengan yang lainnya, seolah-olah sebagian ayat-ayatnya merupakan petunjuk dari apa yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa itu.
3.      Al-Asy’ariy (w.324 H), seorang ahli ilmu kalam dan pemuka aliran Sunni, berpendapat bahwa kata ‘al-Quran’ tidak memakai hamzah dan terambil dari akar kata ‘qarana’ yang berarti ‘menggabungkan’. Hal ini dipahami karena surah-surah, ayat-ayat, dan huruf-hurufnya beriring-iringan, yang satu digabungkan dengan yang lain sehingga menjadi satu mushhaf.
4.      Al-Lihyaniy (w.215 H), seorang ahli bahasa mengatakan bahwa kata ‘al-Qur’an’ itu berhamzah, bentuknya mashdar dari kata kerja qara’a yang berarti ‘bacaan’, yang selalu berarti ‘ism al-maf’ul’ (yang dibaca). Oleh karena itu, Al-Qur'an harus selalu dibaca.
5.      Dr. Subhi al-Shalih dalam bukunya ‘Mabahits fi ‘Ulûm alQur’an’ mengemukakan bahwa pendapat yang paling kuat adalah yang mengatakan bahwa kata ‘al-Qur’an’ itu adalah bentuk mashdar dan muradif dengan kata qira’ah yang berarti ‘membaca’. Hal ini diperkuat oleh pendapat lain, yang mengemukakan bahwa kata ‘al-Qur’an’, secara harf, berasal dari akar kata ‘qara’a’ yang berarti ‘bacaan atau himpunan’, oleh karena itu Al-Qur'an harus dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, dihayati, diresapi makna-makna yang terkandung di dalamnya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.[5]
Mengenai arti kata Al-Qur’an diatas, makna terakhirlah yang paling kuat. Makna tersebut mengandung pengertian bahwa Al-Qur’an bukan hanya sekedar kitab suci yang hanya dibaca tanpa dipahami dan diresapi isinya. Tetapi Al-Qur’an merupakan kitab suci yang harus dibaca, dipahami, diresapi, dan diamalkan isi kandungan yang ada di dalamnya untuk dijadakan pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan untuk mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah, sekaligus bernilai ibadah bagi yang membacanya.
Dari sudut terminologis, berbagai tokoh telah mengemukakan beberapa definisi Al-Qur'an, di antaranya[6]:
1.      Menurut Abu Syuhbah dalam  Al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim, Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.
2.      M. Quraish Shihab dalam Ensiklopedia Al-Quran, Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang menjadi mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan lafazh dan maknanya dengan perantaraan malaikat Jibril as yang tertulis di dalam mushaf yang disampaikan secara mutawatir, dimulai dengan Q.S. al-Fatihah (1) dan diakhiri dengan Q.S. al-Nas (114).
3.      Menurut Muhammad Amin Suma, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam bentuk lafal Arab dengan perantara malaikat Jibril. Sedangkan hal-hal lain seperti dinukilkan kepada kita dengan cara mutawatir, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, serta ditulis dalam mushaf, itu menyangkut hal-hal yang bersifat teknis bagi penyampaian dan pemeliharaan Al-Qur’an.[7]
Para tokoh pakar al-Qur’an telah mendefinisikan pengertian al-Qur’an dengan pandangannya sendiri-sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar berupa firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril, yang tertulis dalam mushaf dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas untuk dijadikan sebagai pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman dan bernilai pahala bagi yang membacanya.

B.     Nama-nama Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai banyak nama yang kesemuanya menunjukkan ketinggian peran dan kedudukannya. Dengan kata lain, Al-Qur’an merupakan kitab samawi yang paling mulia.[8] Diantara nama-nama Al-Qur’an adalah[9]:
1.      Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah salah satu nama kitab suci umat Islam yang terbanyak dipergunakan oleh Allah swt. dalam Al-Qur'an, yaitu sebanyak 70 kali. di antaranya tersebut dalam QS. al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُرَمَضَانَ الَّذِيْ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاَنُ هُدَى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ.....(١٨۵)
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)......
Al-Qur'an, secara harfiah, berarti bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan. al-Qur’an al-Karîm berarti bacaan yang maha sempurna dan maha mulia. Kemahamuliaan dan kemaha sempurnaan ‘bacaan’ ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunakan ‘sedikit’ pikirannya.[10]
2.      Al-Kitab
Al-Qur'an dinamai al-Kitab (Al-Qur'an) karena ditulis. Nama ini terdapat antara lain dalam QS.al-Nahl ayat 89:
.....وَنَزَّلْنَاعَلَيْكَ الْكِتَبَ تِبْيَانًالِّكُلِّ شَيْءٍوَّهُدَى وَّرَحْمَةًوَّبُشْرَى لِلْمُسْلِمَيْنَ(٨۹)
Artinya: ......Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang  yang berserah diri.”
Al-Kitab secara harfiah, berarti ‘tulisan, buku, atau ketetapan’. Term tersebut mengacu kepada firman-firman-Nya yang diwahyukan dalam rangkaian kata-kata kepada setiap Nabi atau Rasul-Nya. Al-Qur'an sebagai firman-firman Tuhan, yang diwahyukan dalam rangkaian kata-kata itu, disebut al-Kitab, yang merupakan isyarat bahwa firman-firman itu telah ditulis oleh nabi dan rasul yang menerimanya atau oleh para pengikutnya dalam bentuk lembaran-lembaran, minimal merupakan isyarat bahwa firman-firman demikian selayaknya dicatat dalam lembaran-lembaran yang dapat ditulis.[11]

3.      Al-Zikr
Al-Qur'an dinamai al-Zikr karena merupakan pemberi peringatan, yang datang dari Allah swt. Nama tersebut antara lain terdapat dalam QS. al-Hijr ayat 9:
اِنَّانَحْنُ نَزَّلْنَاالذِّكْرَوَاِنَّالَهُ لَحَفِظُوْنَ (٩)
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Zikr (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Al-Zikr, secara harfiah, berarti ‘peringatan’. Al-Qur'an disebut al-Zikr karena kehadirannya di tengah-tengah umat manusia menjadi peringatan dalam perjalanan hidup mereka. Di samping ia menjadi peringatan dalam segala hal, baik dalam bidang teologi (akidah), tata sopan santun (akhlak), maupun yuridis (hukum), dan sebagainya.[12]
4.      Al-Furqon
Al-Qur'an dinamai al-Furqan karena membedakan mana yang hak dan mana yang batil, atau karena diturunkan secara terpisah-pisah. Nama ini antara lain terdapat dalam QS. al-Furqan ayat 1:
تَبَرَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهَ لِيَكُوْنَ لِلْعَلَمِيْنَ نَذِيْرًا (۱)
Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
Al-Furqan, secara harfiah, berarti ‘pembeda antara yang benar dengan yang salah’. Al-Qur'an disebut al-Furqan karena ia mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, yang sejati dan yang palsu, yang baik dan yang buruk.[13]
Sayyid Quthub, dalam bukunya “Aqidah Islamiyyah”, menjelaskan bahwa “akal manusia tidak punya kemampuan dalam menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Akal manusia hanya mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah”
Oleh karena itu, Allah menciptakan manusia dan memberikan kepada mereka akal, serta menurunkan kepada mereka al-Furqan , agar mereka mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.
5.      At-Tanzil
At-tanzil sebagaimana QS. Asy-Syua’ra ayat 192-193:
وَاِنَّهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ (۱٩٢) نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ (۱٩٣)
Artinya: “Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril).”

C.    Perilaku Orang yang Berpegang Teguh Kepada Al-Qur’an
Al-Qur`an adalah wahyu Allah Swt. terakhir kepada umat manusia. Kitab suci ini mengandung semua kunci untuk membuka pengetahuan Allah Swt. yang tidak terbatas dan petunjuk Allah Swt. bagi orang yang bertakwa dan tidak ada keraguan di dalamnya.
Al-Qu'ran adalah sebagai pondasi kehidupan dan jalan keluar untuk segala permasalahan umat dari permasalah yang terkecil sampai permasalahan yang besar, dengan berpegang tegung dengan Al-Qur'an maka hidup akan terarah yang senantiasa memberikan kemaslahatan umat.
Al-Qur’an merupakan jaring yang ditebarkan oleh Yang Maha Tunggal untuk menarik kaum pria dan wanita yang tersesat di dalam dunia ini agar kembali kepada sumber Ilahi mereka. Al-Qur`an adalah peta dan petunjuk kehidupan. Hidup dalam sinaran petunjuk al-Qur’an dan mematuhi ketentuan-ketentuannya merupakan kunci untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.[14] Dengan senantiasa berpegang teguh Al-Qur'an dan membaca Al-Qur'an maka hati akan tenang, seperti firman Allah dalam surat Ar-Ra'd ayat 28:
اَلَّذِيْنَ اَمَنُوْاوَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِاللهِ اَلَابِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ (٢٨)
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.
Peranan al-Qur’an dalam kehidupan individu adalah untuk memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan-perasaan positif seperti itu akan menjadi suatu motivasi untuk bertindak atau melakukan aktivitas. Karena perbuatan yang dilakukan dengan landasan keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian dan ketaatan. Motivasi dapat mendorong seseorang untuk menjadi kreatif, berbuat kebajikan dan mau berkorban.[15]

D.    Kemukjizatan Al-Qur’an
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia kata mukjizat diartikan sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia, namun pengertian ini tidaklah sama dengan pengertian dalam islam. Menurut pakar agama islam mukjizat didefinisikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabianya yang ditantangkan kepada yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.
Al-Qur’an didefinisikan sebagai firman firman Allah yang disampaikan oleh malaikat jibril sesuai redaksi-Nya kepada nabi Muhammad Saw, dan diterima oleh umat islam secara tawatur.[16]
Kemukjizatan Al Qur’an adalah firman firman Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat jibril yang menjadi peristiwa paling luar biasa bagi umat islam dan menjadi bukti kenabian dari nabi Muhammad Saw.[17]
Kemukjizatan Al-Qur’an dapat ditinjau dari beberapa bukti, antara lain: pertama, aspek kebahasaan. Susunan kata dan kalimat Al-Quran sangatlah indah, redaksinya hal ini dapat diketahui dari beberapa hal dibawah ini[18]:
1.      Nada dan langgamnya
Al- Qur’an memiliki simfoni yang tidak ada taranya, dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi.
2.      Ayatnya singkat dan padat
Al-Qur’an memiliki keistimewaan bahwa kata dan kalimatnya yang singkat dapat menampung sekian banyak makna
3.      Memuaskan para pemikir dan orang kebanyakan
Orang awam akan merasa puas dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan keterbatasanya,tetapi ayat yang sama dapat dipahami dengan luas oleh para filosof dalam pengertian baru yang tidak terjangkau oleh kebanyakan orang dan hal tersebut lah salah satu yang membuat mengapa Al-Qur’an istimewa.
4.      Memuaskan akal dan jiwa
Al-Qur’an mampu menguraikan ketetapan hukum dengan argumentasi logika dan dengan gaya yang berbeda-beda sehingga membuat akal dan jiwa seseorang yang mempelajarinya merasa puas.
5.      Keindahan dan ketepatan maknanya
Kemudian kedua kemukjizatan Al-Qur’an dapat dibuktikan dengan adanya isyarat-isyarat ilmiah yang ada di ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Diantaranya akan dipaparkan sebagai berikut[19]:
1.      Tentang reproduksi manusia
Al- Qur’an berbicara lebar tentang manusia, salah satunya ikhwal reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga tercipta sebagai manusia ciptaan tuhan yang lain dari yang lain. Di dalam Al-Qur’an juga menjelaskan dengan gamblang tahap pembuahan atau pertemuan sel sperma dan ovum. Dan yang menjadi luar biasa adalah teori-teori yang dikemukakan di dalam Al-Qur’an ada jauh sebelum adanya penelitian-penelitian yang berkembang saat ini.
Hasil pertemuan antara sperma dan ovum dinamai oleh al-Qur’an nutfah amsyaj. Para pakar Embriologi menegaskan bahwa setelah terjadi pembuahan (amsyaj), maka nutfah tersebut berdempet di dinding rahim, dan inilah yang dimaksud oleh al-Qur’an dengan istilah “’alaqah”.[20]
2.      Tentang kejadian alam semesta
Al-Qur’an juga menjelaskan terjadinya alam semesta yang tadinya merupakan gumpalan antara langit dan bumi. Al- Qur’an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahanya dibenarkan oleh observasi atau penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan. Namun penetian tersebut dilakukan jauh setelah adanya isyarat tentang kejadian alam semesta di dalam Al-Qur’an.[21]
3.      Tentang pemisah dua laut
Para ilmuan menemukan adanya sungai di bawah laut, namun di dalam  ayat Al-Qur’an sudah dijelaskan terlebih dahulu melalui surah Al-Furqon ayat 53:
وَهُوَالَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْ رَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ اُجَاخٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَّحِخْرًامَّحْجُوْرًا (٥٣)
 “Dan Dialah yang memberikan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; Dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”

Pada ayat di atas, Allah telah menciptakan barzakh (pemisah) yang memelihara cirri masing-masing air laut dan sungai, sehingga walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat yang tinggi, ciri-ciri tersebut tetap terpelihara (‘azbun furat [tawar lagi sejuk] dan milhun ujaj [asin lagi pahit]). Barzakh ini berfungsi menghalangi kedua air tersebut, sehingga tidak satu pun dari keduanya yang dapat menghapus sama sekali cirri-cirinya.[22]
Hal-hal di atas merupakan bukti bahwa Al-Qur,an merupakan mukjizat luar biasa yang tidk hanya sekedar petunjuk bagi umat manusia, namun juga menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang ternyata jawaban didalam Al-Qur’an lebih valid dan sudah ada sebelum adanya teori-teori yang berkembang saat ini.

E.     Bukti Keotentikan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang keotentikanya dijamin oleh Allah SWT, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah Didalam surat Al-Hijr ayat 9:
  إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (٩)    
 “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti kami (pula) yang memeliharanya.” (Q.S Al-Hijr: 9)
Dengan jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah didengar nabi Muhammad dari malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu berupa Al-Qur’an dari Allah secara berangsur angsur kepada nabi Muhammad SAW dan pada zaman khalifah Ustman Bin Affan, Al-Qur’an berhasil dibukukan yang dikenal dengan istilah Mushaf Usmani. Kemudian bukti-bukti yang bisa mrnyimpulkan bahwa Al-Qur’an benar-benar otentik atau dapat dipercaya bisa dijelaskan melalui dua bukti. Yang pertama bukti dari Al-Qur’an itu sendiri dan kedua dari bukti sejarah.[23]
a.       Bukti-Bukti dari Al-Qur’an Sendiri.
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Al-Qur’an sebagaimana diterima oleh Rasullullah tidak berkurang dan tidak berlebih satu huruf pun dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Qur’an, kesemuanya habis terbagi 19.
Contohnya:
1.      Huruf (qof) yang merupakan awal dari surah ke- 50 ditemukan berulang sebanyak 57 kali atau 3 x 19
2.      Huruf-huruf kaf,ha’,ya’,’ayn,shad, dalam Surah Maryam,ditemukan sebanyak 798 kali atau 42 x 19
3.      Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133 kli atau 7 x 19.
4.      Huruf-huruf (ha’) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah yang dimulai dengan kedua huruf ini, ha’ dan mim,kesemuanya merupakan perkalian dari 114 x 19, yakni masing masing berjumlah 2166.[24]
            Bilangan-bilangan yang ditemukan langsung dari celah Al-Qur’an ini dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Qur’an. Karena seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan kalimat-nya dengan kata atau kalimat yang lain,maka tentu perkalian-perkalian tersebut akan menjadi kacau.
b.      Bukti-bukti dari keadaan sejarah.
ada beberapa faktor pendukung sejarah yang dapat membuktikan autensitas Al-Qur’an, diantaranya:
1.      Masyarakat Arab sampai saat ini dikenal sebagai masyarakat yang kuat dalam hal hafalan. Pada masa turunnya Al-Qur’an masyarakat Arab tidak mengenal baca dan tulis. Oleh karena itu satu-satunya andalan mereka adalah hafalan.
2.      Masyarakat Arab pada masa turunnya Al-Qur’an dikenal sebagai masyarakat yang sederhana dan bersahaja. Sehingga dengan kesederhanaan meraka ini membuat mereka memiliki waktu luang yang cukup untuk menghafal Al-Qur’an.
3.      Masyarakat Arab adalah masyarakat yang sangat menyukai sastra.
4.      Al-Qur’an merupakan kitab yang sangat tinggi keindahan bahasanya sehingga membuat masyarakat Arab sangat mengagumi Al-Qur’an. Bahkan bukan hanya orang muslim namun juga orang kafir. Disamping mengagumi keindahan bahasa Al-Qur’an, masyarakat Arab juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
5.      Rasulallah SAW menganjurkan kepada kaum muslim untuk memperbanyak membaca dan mempelajari Al-Qur’an dan anjuran tersebut mendapat sambutan hangat dari kebanyakan masyarakat Arab.
6.      Ayat-ayat Al-Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, disamping itu, ayat-ayat Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit. Hal itu lebih mempermudah pencernaan maknanya dan proses penghafalannya.
7.      Dalam Al-Qur’an ditemukan petunjuk-petunjuk yang mendorong para sahabat untuk bersikap teliti dan teliti dalam menyampaikan berita. Lebih-lebih kalau berita tersebut adalah firman Allah atau sabda Rasul.[25]
Beberapa faktor diatas menjadi penunjang terpelihara dan dihafalkannya ayat-ayat Al-Qur’an oleh masyarakat Arab sehingga keoutentikannya dapat di pertanggungjawabkan. Hal itulah yang membuat banyak riwayat sejarah yang menginformasikan bahwa terdapat ratusan sahabat Nabi yang menghafalkan Al-Qur’an.


       [1] Al-Mujawwad, Mushaf Tajwid dan Terjemah, (Solo: UD Fatwa, 2017), 375.
       [2] Wahbah Zuhaili,  Al-Qur'an Paradigma Hukum dan Peradapan (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), 27.
         [3] Yusron Masduki, Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal, Jurnal Medinate, Vol. 16, No. 1 (Juni 2017), 41-42.
          [4] Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an secara Utuh (Jakarta: Pustaka Mapan, 2010), 25-26.
       [5] Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 37.
        [6] Huzaemah Tahido Yanggo, “Al-Qur’an Sebagai Mukjizat Terbesar”, Waratsah, Vol. 1, No. 2 (Desember 2016), 4.
       [7] Muhamaad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2014), 25.
        [8] Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 25.
        [9] Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an secara Utuh (Jakarta: Pustaka Mapan, 2010), 29-32.
      [10] M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1994), 24.
      [11] Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan,1992), 565.
        [12] Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an secara Utuh (Jakarta: Pustaka Mapan, 2010), 31.
       [13] Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an secara Utuh (Jakarta: Pustaka Mapan, 2010), 32.
       [14] Kementerian Agama, Al-Qur’an Hadits (Jakarta: Kementerian Agama: 2014), 57.
       [15] Umar Latif, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat dan Obat Penawar (Syifa’) Bagi Manusia” Jurnal Al-Bayan, Vol. 21, No. 30 (Juli-Desember 2014), 84-85.
       [16] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2000), 23.
       [17] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2000), 43.
        [18] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2000), 111-131.
       [19] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2000), 165.
        [20] Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an secara Utuh (Jakarta: Pustaka Mapan, 2010), 144.
        [21] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2000), 165.
         [22] Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an secara Utuh (Jakarta: Pustaka Mapan, 2010), 146.
       [23] M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2007), 28-33.
        [24] M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2007), 28-33
       [25] M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2007), 28-33.

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer