BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Permasalahan
dalam tauhid adalah permasalahan vital yang ada dalam ajaran Islam dan ajaran
tauhid yang fundamental, karena mengandung begitu penting
maknanya. Tauhid menjadi hal penting dan
uatama dalam Islam yang memiliki kedudukan teratas dalam keimanan
seseorang kepada Allah SWT. Dengan
tauhid itulah keimanan seorang muslim akan tumbuh. Tauhid memiliki peranan
penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, yang sebagai inti atau
akar daripada “Aqidah Islamiyah”. Seseorang yang benar tauhidnya, maka dia akan
mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang tidak benar akan
menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan
membawa kecelakaan di dunia serta di akhirat. Hal ini dikarenakan syarat segala amalan setiap insan kepada Allah SWT adalah dengan sempurnanya tauhid. Bahwa
tauhid merupakan konsep yang menyatakan tentang keEsaan Allah. Sebuah kepercayaan
mutlak tentang Allah Yang Maha Esa, disini maka seorang muslim akan menyakini
bahwa Allah itu satu dan tidak ada yang lainnya.
Persoalan
tauhid telah dibawa dari masa Nabi ke Nabi selanjutnya, karena tujuan dari
adanya ajaran ini agar manusia menyembah hanya kepada Allah SWT. Sehingga,
tidak membuka celah sedikit pun bagi orang-orang yang hendak melakukan tipu
daya. Karena dengan tauhid
yang mantap, dengan keimanan
yang sempurna segala ranjau yang telah dipersiapkan setan tidak akan mampu menjerat manusia yang taat.
Dan dengan tauhid yang kuat, maka akan semakin ringan seorang muslim dalam
menjalanakan beribadanya kepada Allah SWT.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah pengertian tauhid ?
2. Bagaimanakah
pengertian tentang tauhid
Rububiyah dan tauhid
Uluhiyah ?
3. Bagaimanakah Q.S
Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al- Ikhlas dengan tauhid Rububiyyah?
C.
Tujuan
Pembahasan Masalah
1. Untuk mengetahui
pengertian tauhid.
2. Untuk
mengetahui pengertian
tentang tauhid
Rububiyah dan tauhid
Uluhiyah.
3. Untuk mengetahui
Q.S Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al- Ikhlas
dengan tauhid Rububiyyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tauhid
1. Pengertian
Tauhid
Kata
tauhid di dalam bahasa Arab berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan, yang artinya menjadikan (sesuatu)
satu-satunya. Kata tersebut berasal dari kata wahhidun yang berarti satu atau tunggal. Adapun menurut bahasa adalah menyendirikan atau mengesakan
Allah dalam beribadah. [1]
Menurut
istilah, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta,
Menguasai, Mengatur, dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada
Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain Nya serta menetapkan asma’ul husna
(nama-nama yang bagus) dan sifat al ulya (sifat-sifat yang tinggi) bagi Nya dan
mensucikan Nya dari kekurangan dan cacat [2]
2. Dalil
Al-Qur’an dan Hadits tentang tauhid
(QS.Adz-Dzariyat: 56)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya
: “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku”
(QS. An-Nisa’: 36)
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا
Artinya:” Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan apa yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri,”
Hadits tentang Tauhid :
فَلْيَكُنْ
أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى;L
Artinya: “Hendaknya yang pertamakali engkau seru mereka adalah
agar mereka mentauhidkan Allah ta’ala.” HR.Al-Bukhori: 6832b
B.
Pengertian Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah
1). Tauhid Rububiyah
Rububiyah
berasal dari perkataan(رَبِّ). Kata ini mempunyai
beberapa arti, seperti pemimpin, pemilik, penguasa, dan pemelihara. Dan karena
Allah adalah Rabb yang hak bagi semesta alam, maka Dia sajalah yang khusus
dengan ketuhanan tanpa yang lain, mengesakan-Nya dalam hal ketuhanan dan tidak
menerima adanya sekutu bagiNya dalam ketuhanan,yaitu sifat ketuhanan dan tidak
mungkin ada pada yang lain dari makhluk-Nya.[3]
Adapun yang dimaksud dengan tauhid rububiyah adalah meyakini Allah dalam
kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah serta menyatakan dengan
tegas bahwa Allah adalah robb, raja, dan pencipta semua makhluk, dan Allah-lah
yang mengatur dan mengubah keadaan mereka.
Beriman kepada Rububiyyah Allah SWT yaitu kepercayaan
yang pasti bahwasannya Allah SWT adalah Rabb yang tidak ada sekutu bagiNya, dan
menegaskan Allah dengan perbuatan-perbuatanNya, yakni dengan meyakini bahwa
Allah-lah Dzat satu-satunya yang menciptakan segala apa yang ada dialam semesta
ini. Allah SWT berfirman. (QS. Az-Zumar: 62)[4].
ٱللَّهُ
خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu
dan Dia memelihara segala sesuatu”.
Allah
SWT menciptakan semua makhlukNya diatas fitrah pengakuan terhadap RububiyahNya.
Bahkan oreang-orang musyrik yang menyekutukan Allah SWT dalam ibadah juga
mengakui keesaan RububiyahNya. (QS. Al-Mu’minun: 86-89)
قُلْ مَنْ
رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيم﴿ ٨٦﴾سَيَقُولُونَ
لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿ ٨٧﴾قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ
وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ﴿
٨٨﴾سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ﴿ ٨٩﴾
Artinya :Katakanlah:
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ´Arsy yang
besar?" (86).Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah".
Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" (87). Katakanlah: "Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi
tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?"
(88). Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah:
"(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (89).
Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada
umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk
mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainNya.
2) . Tauhid Uluhiyyah
Secara bahasa kata Uluhiyyah adalah diambil dari kata illahi
yang artinya yang dituju atau yang disembah. Adapun secara istilah, tauhid
uluhiyyah adalah keyakinan yang teguh bahwa hanya Allah yang berhak disembah
disertai dengan pelaksanaan penyembahan kepada-Nya saja.[5]
Sehingga tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah SWT dengan
perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkanNya. Karena itu semua bentuk ibadah
harus ditujukan hanya kepada Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagiNya,
seperti doa (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta
pertolongan, meminta perlindungan, dan sebgainya.[6]
Jadi, hamba tersebut yakin bahwa Allah SWT adalah al- Ma’bud (Dzat yang
disembah), yang tidak ada sekutu bagiNya. Karena itu, tidak ada sesembahan yang
berhak disembh kecuali Allah SWT, sebagainya FirmanNya. (QS. Al-Baqarah: 163)
وَإِلَٰهُكُمْ
إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya : “Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Dalam
ayat diatas Allah SWT mengabarkan bahwa sesembahan yang haq hanya satu, karena
itu dilarang menjadikan sesembahn lain selain daripadaNya dan tidak boleh ada
yang disembah kecuali Dia. [7]Maka,
kita tidak berdoa kecuali kepada Allah SWT. Dalilnya adalah Firman Allah SWT.
(QS. Al-Mu’min: 60)
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
Artinya : “Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".
Kita
tidak takut kecuali kepada Allah SWT, Dalilnya adalah Firman Allah SWT. (QS.
Ali Imran: 175)
إِنَّمَا
ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ
إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: “Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.”
Tauhid
jenis inilah yang dibawa oleh para Rasul. Dalilnya adalah Firmsn Allah SWT.
(An-Nahl: 36)[8]
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟
ٱلطَّٰغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ
ٱلضَّلَٰلَةُ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ
ٱلْمُكَذِّبِينَ
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).”
C.
Q.S. Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas dengan
Tauhid Rububiyyah
1.
Q.S Al-Fatihah [1-7]
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم (3) مٰلِكِ
يَوْمِ الدِّيْنِۗ (4)
2)) بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ(1) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ
نَسْتَعِيْنُۗ (5) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ (6) صِرَاطَ الَّذِيْنَ
اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّاۤلِّيْنَ (7)
“(1).
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (2.) Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, (3).Yang Maha Pengasih,
MahaPenyayang, (4.)Pemilik hari pembalasan, (5.)
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan. (6.) Tunjukilah kami
jalan yang lurus, (7.) (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Hubungan
Q. S Al-Fatihah dengan Tauhid Rububiyah:
Dalam surah Al Fatihah, Kata Rabb,
Malik selain itu juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh. Dengan ini jelas apa
yang ada dalam alam semesta ini adalah milik Allah. Dialah yang menciptakan,
mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu
dengan Dia dalam hal ini. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun
kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada dibawah pengetahuan,
lindungan, dan pemeliharaan Allah SWT. Allah telah memberikan kepada makhlukNya
suatu bentuk, lalu dikaruniakanNya akal, naluri, kodrat lamiah yang dapat
dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut
tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara,
dilindungi dan dijagaNya.
(رب)
artinya : Tuhan yang memelihara. Dalam arti kata mengatur kehidupan yang ada
dalam kekuasaanNya. Seperti halnya dalam :
a)
Pemeliharaan
terhadap eksistensi manusia
b)
Pemeliharaan
terhadap agama dan akhlak
Dalam surat Al-Fatihah, ayat 1-4
berisi tentang tauhid rububiyyah, surat ini dimulai dengan lafadz basmalah. Hal
ini mengisyaratkan bahwa Allah benar-benar mencurahkan kasih sayangNya kepada
hambanya. Pada ayat ke 2, Allah swt menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan
seluruh alam, Allah sang maha pencipta. Dia pula yang memelihara dan menguasai
alam semesta, keyakinan seperti inilah yang disebut dengan tauhid rububiyyah.
Pada ayat ke 3, Allah swt kembali menegaskan tentang kasih sayang-Nya kepada
makhluk-Nya. Hal ini menunjukkan bagaimana kepedulian Allah swt terhadap
makhluk ciptaan-Nya.[9] Dan pada ayat ke 4 dijelaskan
tentang adanya hari pembalasan. Pada hari itu manusia akan menerima balasan
dari amal perbuatannya selama hidup didunia. Amal
baik akan dibalas nikmat disurga, sedangkan amal buruk akan dibalas siksa
dineraka.
2. Q.S An-Naas [1-6]
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ (1) مَلِكِ
النَّاسِۙ (2) اِلٰهِ النَّاسِۙ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ (4)
الَّذِيْ
يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ(6)
“(1.)
Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,
(2.) Raja manusia, (3.) Sembahan manusia, (4.) dari kejahatan
(bisikan) setan yang bersembunyi, (5)yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, (6.)dari (golongan) jin dan manusia.”
Hubungan Q.S An-Naas dengan Tauhid
Rububiyah:
Surat An-Naas, pada ayat
1-2 menjelaskan tentang bentuk tauhid rububiyyah. Ayat pertama memberi petunjuk
kepada manusia agar mengakui kelemahannya dan mengakui kebesaran Allah swt yang
mengatur segalanya. Oleh karena itu, manusia hendaknya sellau berlindung kepada
Allah swt sebagai pencipta, pemelihara, dan penguasanya. Pada ayat kedua, Allah
swt menjelaskan bahwa Dia adalah Raja manusia. Dia yang berkuasa mengatur
manusia. Amnusai harus mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah swt atas segala
sesuatu.[10]
3. Q.S Al-Falaq [1-5]
قُلْ
اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ
اِذَا وَقَبَۙ (3)
وَمِنْ
شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ (5)
“(1.)
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), (2.)
Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, (3.) Dan dari kejahatan malam
apabila telah gelap gulita, (4.)Dan dari
kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul
(talinya),(5.) Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
Hubungan Q.S Al-Falaq dengan
Tauhid Rububiyah:
Tauhid rububiyah pada
Surat Al-Falaq hanya terdapat pada ayat ke 1, yaitu tentang peringatan agar
kaum muslimin selalu berlindung kepada Tuhan pencipta semua mahkluk dengan
tujuan supaya mereka terpelihara dari segala macam kejahatn atau akibat
kejahatan yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya.[11]
4. Q.S Al-Ikhlas [1-4]
قُلْ
هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ (1) اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ
(3) وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا اَحَدٌ (4)
“(1.) Katakanlah (Muhammad):“Dialah Allah, Yang Maha Esa,
(2.)Allah
tempat meminta segala sesuatu, (3.) (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. (4.) Dan tidak ada sesuatu yang setara
dengan Dia.”
Hubungan Q.S Al-Ikhlas dengan Tauhid
Rububiyah:
Pada surat ini, tauhid rububiyah terdapat
pada ayat 1,3, dan 4. Ayat pertama berisi tentang pengesaan Allah. Kata هو
biasanya diartikan “Dia” hal ini berfungsi untuk menunjukkan betapa penting
kandungan berikutnya yaitu اللّه
احد. Allah adalah nama untuk
Wujud mutlak, yang berhak disembah, pencipta, pemelihara, pengatur jagad raya.
Ahad (احدُ)
pada ayat ketiga menjelaskan arti esa. Sedangkan dalam ayat ke 3, kata لم, pada ayat lam yalid walam yuulad adalah
huruf yang digunakan untuk menafikkan sesuatu yang telah terjadi. Yalid يَلَدْdan
yuwlad memiliki arti “beranak” dan “diperanakkan”. Allah tidak beranak
dan diperanakkan. Kata لم untuk menafikkan
sesuatu yang telah lalu. Selama ini dalam keyakinan banyak orang bahwa Tuhan
beranak dan diperanakkan. Untuk meluruskan kekeliruan tersebut, maka digunakan
kata lam untuk sesuatu yang lalu. Karena untuk memperjelas kepercayaan
oarang-orang musyrik yang berkeyakiann bahwa Allah itu beranak dan
diperanakkan. Sedangkan pada ayat keempat,
tiada atupun yang menyamai Allah dalam zat, sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan-Nya. Dan tiada pula yang menyamai ketuhan-Nya.[12]
[2] M.’Abdul Ghaffar E.M, Hal-hal yang wajib diketahui
setiap muslim, Pustaka Imam Asy Syafi’I, Jakarta, 2007, hal 133
No comments:
Post a Comment