Thursday, June 06, 2019

PENGERTIAN TAUHID RUBUBIYYAH DAN TAUHID ULUHIIYAH SERTA HUBUNGAN TAUHID RUBUBIYYAH DENGAN Q.S AL- FATIHAH, AN-NAAS, AL-FALAQ DAN AL-IKHLAS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Permasalahan dalam tauhid adalah permasalahan vital yang ada dalam ajaran Islam dan ajaran tauhid yang fundamental, karena mengandung begitu penting maknanya. Tauhid menjadi hal penting dan uatama dalam Islam yang memiliki kedudukan teratas dalam keimanan seseorang  kepada Allah SWT. Dengan tauhid itulah keimanan seorang muslim akan tumbuh. Tauhid memiliki peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, yang sebagai inti atau akar daripada “Aqidah Islamiyah”. Seseorang yang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang tidak benar akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta di akhirat. Hal ini dikarenakan syarat segala amalan setiap insan kepada Allah SWT adalah dengan sempurnanya tauhid. Bahwa tauhid merupakan konsep yang menyatakan tentang keEsaan Allah. Sebuah kepercayaan mutlak tentang Allah Yang Maha Esa, disini maka seorang muslim akan menyakini bahwa Allah itu satu dan tidak ada yang lainnya.
Persoalan tauhid telah dibawa dari masa Nabi ke Nabi selanjutnya, karena tujuan dari adanya ajaran ini agar manusia menyembah hanya kepada Allah SWT. Sehingga, tidak membuka celah sedikit pun bagi orang-orang yang hendak melakukan tipu daya. Karena dengan tauhid yang mantap, dengan keimanan yang sempurna segala ranjau yang telah dipersiapkan setan tidak akan mampu menjerat manusia yang taat. Dan dengan tauhid yang kuat, maka akan semakin ringan seorang muslim dalam menjalanakan beribadanya kepada Allah SWT.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pengertian tauhid ?
2.      Bagaimanakah pengertian tentang tauhid Rububiyah dan tauhid Uluhiyah ?
3.      Bagaimanakah Q.S Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al- Ikhlas dengan tauhid Rububiyyah?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian tauhid.
2.      Untuk mengetahui pengertian tentang tauhid Rububiyah dan tauhid Uluhiyah.
3.      Untuk mengetahui Q.S Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-   Ikhlas dengan tauhid Rububiyyah.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tauhid
1.      Pengertian Tauhid
Kata tauhid di dalam bahasa Arab berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan, yang artinya menjadikan (sesuatu) satu-satunya. Kata tersebut berasal dari kata wahhidun yang berarti satu atau tunggal. Adapun menurut bahasa adalah menyendirikan atau mengesakan Allah dalam beribadah. [1]
Menurut istilah, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur, dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain Nya serta menetapkan asma’ul husna (nama-nama yang bagus) dan sifat al ulya (sifat-sifat yang tinggi) bagi Nya dan mensucikan Nya dari kekurangan dan cacat [2]
2.      Dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang tauhid
(QS.Adz-Dzariyat: 56)
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
      Artinya : “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku”

(QS. An-Nisa’: 36)
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا
Artinya:” Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.  Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan apa yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri,

Hadits tentang Tauhid :
فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى;L
Artinya: “Hendaknya yang pertamakali engkau seru mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah ta’ala.” HR.Al-Bukhori: 6832b

B.     Pengertian Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah
1). Tauhid Rububiyah
Rububiyah berasal dari perkataan(رَبِّ). Kata ini mempunyai beberapa arti, seperti pemimpin, pemilik, penguasa, dan pemelihara. Dan karena Allah adalah Rabb yang hak bagi semesta alam, maka Dia sajalah yang khusus dengan ketuhanan tanpa yang lain, mengesakan-Nya dalam hal ketuhanan dan tidak menerima adanya sekutu bagiNya dalam ketuhanan,yaitu sifat ketuhanan dan tidak mungkin ada pada yang lain dari makhluk-Nya.[3] Adapun yang dimaksud dengan tauhid rububiyah adalah meyakini Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah adalah robb, raja, dan pencipta semua makhluk, dan Allah-lah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka.
Beriman kepada Rububiyyah Allah SWT yaitu kepercayaan yang pasti bahwasannya Allah SWT adalah Rabb yang tidak ada sekutu bagiNya, dan menegaskan Allah dengan perbuatan-perbuatanNya, yakni dengan meyakini bahwa Allah-lah Dzat satu-satunya yang menciptakan segala apa yang ada dialam semesta ini. Allah SWT berfirman. (QS. Az-Zumar: 62)[4].
ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ

 “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”.

Allah SWT menciptakan semua makhlukNya diatas fitrah pengakuan terhadap RububiyahNya. Bahkan oreang-orang musyrik yang menyekutukan Allah SWT dalam ibadah juga mengakui keesaan RububiyahNya. (QS. Al-Mu’minun: 86-89)
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيم﴿ ٨٦﴾سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿ ٨٧﴾قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ﴿ ٨٨﴾سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ﴿ ٨٩
Artinya :Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ´Arsy yang besar?" (86).Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" (87). Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" (88). Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (89).
Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainNya.
2) . Tauhid Uluhiyyah
Secara bahasa kata Uluhiyyah adalah diambil dari kata illahi yang artinya yang dituju atau yang disembah. Adapun secara istilah, tauhid uluhiyyah adalah keyakinan yang teguh bahwa hanya Allah yang berhak disembah disertai dengan pelaksanaan penyembahan kepada-Nya saja.[5] Sehingga tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah SWT dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkanNya. Karena itu semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagiNya, seperti doa (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, meminta perlindungan, dan sebgainya.[6] Jadi, hamba tersebut yakin bahwa Allah SWT adalah al- Ma’bud (Dzat yang disembah), yang tidak ada sekutu bagiNya. Karena itu, tidak ada sesembahan yang berhak disembh kecuali Allah SWT, sebagainya FirmanNya. (QS. Al-Baqarah: 163)
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya : “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat diatas Allah SWT mengabarkan bahwa sesembahan yang haq hanya satu, karena itu dilarang menjadikan sesembahn lain selain daripadaNya dan tidak boleh ada yang disembah kecuali Dia. [7]Maka, kita tidak berdoa kecuali kepada Allah SWT. Dalilnya adalah Firman Allah SWT. (QS. Al-Mu’min: 60)
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
Artinya : “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Kita tidak takut kecuali kepada Allah SWT, Dalilnya adalah Firman Allah SWT. (QS. Ali Imran: 175)
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

Tauhid jenis inilah yang dibawa oleh para Rasul. Dalilnya adalah Firmsn Allah SWT. (An-Nahl: 36)[8]
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).”

C.    Q.S. Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas dengan Tauhid Rububiyyah
1.      Q.S Al-Fatihah [1-7]
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم (3) مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (4) 2)) بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ(1) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ (5) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ (6) صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ (7)
“(1). Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (2.) Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, (3).Yang Maha Pengasih, MahaPenyayang, (4.)Pemilik hari pembalasan, (5.) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (6.) Tunjukilah kami jalan yang lurus,  (7.) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Hubungan Q. S Al-Fatihah dengan Tauhid Rububiyah:
Dalam surah Al Fatihah,  Kata Rabb, Malik selain itu juga berarti “Pendidik” atau “Pengasuh. Dengan ini jelas apa yang ada dalam alam semesta ini adalah milik Allah. Dialah yang menciptakan, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang bersekutu dengan Dia dalam hal ini. Sejalan dengan ini, maka makhluk itu bagaimanapun kecil dan halusnya dan jauh tempatnya tetap berada dibawah pengetahuan, lindungan, dan pemeliharaan Allah SWT. Allah telah memberikan kepada makhlukNya suatu bentuk, lalu dikaruniakanNya akal, naluri, kodrat lamiah yang dapat dipergunakan untuk kelanjutan hidupnya. Sesudah itu berbagai nikmat tersebut tidak dilepaskan begitu saja oleh Allah, melainkan selalu dipelihara, dilindungi dan dijagaNya.
(رب) artinya : Tuhan yang memelihara. Dalam arti kata mengatur kehidupan yang ada dalam kekuasaanNya. Seperti halnya dalam :
a)      Pemeliharaan terhadap eksistensi manusia
b)      Pemeliharaan terhadap agama dan akhlak
Dalam surat Al-Fatihah, ayat 1-4 berisi tentang tauhid rububiyyah, surat ini dimulai dengan lafadz basmalah. Hal ini mengisyaratkan bahwa Allah benar-benar mencurahkan kasih sayangNya kepada hambanya. Pada ayat ke 2, Allah swt menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan seluruh alam, Allah sang maha pencipta. Dia pula yang memelihara dan menguasai alam semesta, keyakinan seperti inilah yang disebut dengan tauhid rububiyyah. Pada ayat ke 3, Allah swt kembali menegaskan tentang kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya. Hal ini menunjukkan bagaimana kepedulian Allah swt terhadap makhluk ciptaan-Nya.[9] Dan pada ayat ke 4 dijelaskan tentang adanya hari pembalasan. Pada hari itu manusia akan menerima balasan dari amal perbuatannya selama hidup didunia. Amal baik akan dibalas nikmat disurga, sedangkan amal buruk akan dibalas siksa dineraka.


2.      Q.S An-Naas [1-6]
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ (1) مَلِكِ النَّاسِۙ (2) اِلٰهِ النَّاسِۙ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ (4)
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ(6)
“(1.) Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, (2.) Raja manusia, (3.) Sembahan manusia, (4.) dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, (5)yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, (6.)dari (golongan) jin dan manusia.”
Hubungan Q.S An-Naas dengan Tauhid Rububiyah:
Surat An-Naas, pada ayat 1-2 menjelaskan tentang bentuk tauhid rububiyyah. Ayat pertama memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui kelemahannya dan mengakui kebesaran Allah swt yang mengatur segalanya. Oleh karena itu, manusia hendaknya sellau berlindung kepada Allah swt sebagai pencipta, pemelihara, dan penguasanya. Pada ayat kedua, Allah swt menjelaskan bahwa Dia adalah Raja manusia. Dia yang berkuasa mengatur manusia. Amnusai harus mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah swt atas segala sesuatu.[10]
3.      Q.S Al-Falaq [1-5]
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ (3)
وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ (5)
“(1.) Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), (2.) Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, (3.) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, (4.)Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),(5.) Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”


Hubungan Q.S Al-Falaq dengan Tauhid Rububiyah:
Tauhid rububiyah pada Surat Al-Falaq hanya terdapat pada ayat ke 1, yaitu tentang peringatan agar kaum muslimin selalu berlindung kepada Tuhan pencipta semua mahkluk dengan tujuan supaya mereka terpelihara dari segala macam kejahatn atau akibat kejahatan yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya.[11]
4.      Q.S Al-Ikhlas [1-4]
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ (1) اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا اَحَدٌ (4)
“(1.) Katakanlah (Muhammad):“Dialah Allah, Yang Maha Esa, (2.)Allah tempat meminta segala sesuatu, (3.) (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. (4.) Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Hubungan Q.S Al-Ikhlas dengan Tauhid Rububiyah:
Pada surat ini, tauhid rububiyah terdapat pada ayat 1,3, dan 4. Ayat pertama berisi tentang pengesaan Allah. Kata هو biasanya diartikan “Dia” hal ini berfungsi untuk menunjukkan betapa penting kandungan berikutnya yaitu  اللّه احد. Allah adalah nama untuk Wujud mutlak, yang berhak disembah, pencipta, pemelihara, pengatur jagad raya. Ahad (احدُ) pada ayat ketiga menjelaskan arti esa. Sedangkan dalam ayat ke 3, kata لم, pada ayat lam yalid walam yuulad adalah huruf yang digunakan untuk menafikkan sesuatu yang telah terjadi. Yalid  يَلَدْdan yuwlad memiliki arti “beranak” dan “diperanakkan”. Allah tidak beranak dan diperanakkan. Kata لم untuk menafikkan sesuatu yang telah lalu. Selama ini dalam keyakinan banyak orang bahwa Tuhan beranak dan diperanakkan. Untuk meluruskan kekeliruan tersebut, maka digunakan kata lam untuk sesuatu yang lalu. Karena untuk memperjelas kepercayaan oarang-orang musyrik yang berkeyakiann bahwa Allah itu beranak dan diperanakkan. Sedangkan pada ayat keempat,  tiada atupun yang menyamai Allah dalam zat, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Dan tiada pula yang menyamai ketuhan-Nya.[12]


       [1] Thahir Abdul Muin, Ikhtisar ilmu tauhid 1, Cet 6,  (Jakarta: Darun Najah, 1990), hal. 1
        [2] M.’Abdul Ghaffar E.M, Hal-hal yang wajib diketahui setiap muslim, Pustaka Imam Asy Syafi’I, Jakarta, 2007, hal 133

[3] Abu Bakar Al Jazairi, Akidah Mukmin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002),hal.73
[4] Ainul Haris Arifin, Pelajaran tauhid untuk tingkat lanjutan, (Jakarta: Draul Haq, 2012), hal. 9
[5] Achmad Chodijim, An-Nas, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008), hal.30
[6] Ainul Haris  Arifin, Pelajaran tauhid untuk pemula, (Jakarta: Darul Haq, 2012),  hal.33
[7] Ainul Haris Arifin, Pelajaran tauhid untuk tingkat lanjutan,…,hal.12
[8] Ainul Haris Arifin, Pelajaran tauhid untuk pemula,…, hal. 33-35
       [9] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hal. 20
       [10] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap,....., hal. 22
       [11] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap,....., hal.21
       [12] Choiruddin Hadhiri, Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,2002), hal. 43

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer