Monday, July 06, 2020

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
           Pendidikan Islam terus menghadapi pilihan yang tidak mudah, yaitu antara kebutuhan keagamaan dan kebutuhan duniawi. Disatu sisi, Pendidikan Islam dituntut bisa berfungsi meningkatkan pemahaman ilmu-ilmu agama dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam. Sementara di sisi lain lembaga ini dituntut berfungsi menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan hidup yang tidak seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu-ilmu agama. Selama ini, umat Islam meyakini, ajaran Islam telah selesai disusun tuntas dalam ilmu agama sebagai panduan penyelesaian seluruh persoalan kehidupan duniawi. Sementara, ilmu-ilmu umum (non-agama) dipandang bertentangan dengan ilmu agama akan membuat kesengsaraan umat Islam. Namun, persoalan kehidupan duniawi yang terus berkembang, ternyata tidak seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu-ilmu agama. 
          Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, karena pembelajaran   manusia dapat mengembangkan potensi diri dan mengembangkan kepribadiannya melalui proses pembelajaran adanya interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Interaksi ini dapat terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Perbedaan  yang mendasar antara ketiga model interaksi pendidikan tersebut terletak pada adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis yang akan disampaikan pada siswa. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Dengan demikian, kurikulum memiliki kedudukan penting, baik dalam pendidikan formal maupun non formal karena memberikan arahan terjadinya proses pendidikan.[1]

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat kurikulum pendidikan islam?
2.  Apa saja karakteristik kurikulum pendidikan islam?
3. Bagaimana asas kurikulum pendidikan islam?
4. Apa saja prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam?
5.Bagaimana kurikulum pendidikan di rumah tangga dan di masyarakat?

C. Tujuan Pembahasan Masalah                  
1. Untuk mengetahui hakikat kurikulum pendidikan islam
2. Untuk mengetahui karakteristik kurikulum pendidikan islam
3. Untuk mengetahui bagaimana asas kurikulum pendidikan islam
4. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam
5. Untuk Mengetahui bagaimana kurikulum pendidikan ctangga dan di masyarakata


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam
                Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa Latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Perancis courier yang berarti berlari.[2]
                  Pengertian kurikulum secara sempit, seperti diakatan Crow and Crow bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.[3]
                        Hakikat kurikulum mengenai konsep dasar kurikulum sebenarnya tidak sesederhana itu,tetapi kurikulum dapat diartiakan menurut fungsinya sebagaimana pengertian berikut[4]
1. Kurikulum sebagai program studi
2. Kurikulum sebagai konten
3. Kurikulum sebagai kegiatan terencana
4. Kurikulum sebagai hasil belajar
5. Kurikulum sebagai reproduksi cultural
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
7. Kurikulum sebagai produksi.
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan.Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan menunjang sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Maka dibutuhkanlah kurikulum sebagai alat yang memiliki berbagai fungsi (multifungsi) demi terwujudnya finaldestination dari pendidikan itu sendiri.

B. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
       Kurikulum pendidikan Islam tentu memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kurikulum pendidikan pada umumnya. Dalam pandangan al-Syaibany sebagaimana  yang dikutip dalam buku Muhaimin ada lima karakteristik kurikulum pendidikan Islam, yang secara ringkas dapat disbutkan sebagai berikut:
1.      Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat, dan tekhiniknya bercorak agama.
2.      Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya. Yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh. Disamping itu juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual.
3.      Bersikap seimbang dianatara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual maupun. sosial.
4.      Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.
5.      Kurikulum yang disusun selalu sesuai dengan minat dan bakat anak didik.[5]
           Menurut Azyumardi Azara, ada beberapa karakteristik kurikulum Pendidikan Islam sebagai berikut:
1.      Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT
2.      Pencarian ilmu, penguasaan, dan pengembangan ilmu dalam pengetahuan pendidikan Islam sangat menekankan pada nilai-nilai akhlak.
3.      Pengamalan ilmu pengetahuan di dasarkan pada tanggungjawab kepada Allah SWT.
4.      Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam satu kepribadian. Setiap pencari ilmu dipandang sebagai makhluk Tuhan yang perlu dihormati dan di santuni, agar potensi-potensi yang dimilikinya dapat teraktualisasi dengan sebaik-baiknya.[6]
5.      Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.[7]
       Dengan demikian karakteristik kurikulum pendidikan Islam lebih memperhatikan aspek menyeluruh. Keseimbangan antar ilmu agama dan ilmu umum. Pengalaman ilmu pengetahuan berdasarkan aspek tanggung jawab kepada Allah.  Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam satu kepribadian. Setiap pencari ilmu dipandang sebagai makhluk Tuhan yang perlu dihormati dan di santuni, agar potensi-potensi yang dimilikinya .

C. Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum tak terkecuali kurikulum pendidikan Islam harus mengandung beberapa unsur utama, seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar dan penilaian.Kesemua unsur tersebut harus tersusun dan mengacu pada sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya.
Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan. Muhammad al Thoumy al Syaibany sebagaimana yang dikutip dalam buku Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan asas-asas pembentuk kurikulum sebagai berikut[8]
a.       Asas religius/agama Kurikulum pendidikan Islam yang diterapkan berdasarkan nilai-nilai ilahiyah sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan dapat menolong peserta didik untuk membina iman yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya “sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kamu, yang jika kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitabullah dan sunnah nabi-Nya” (HR. Hakim).
b.      Asas falsafah Asas ini memberikan arah tujuan pendidikan Islam. Dengan dasar filosofis maka kurikulum akan mengandung suatu kebenaran  terutama kebenaran di bidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
c.       Asas Psikologis Asas ini mempertimbangkan tahapan kejiwaan peserta didik, yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi dan lain-lain, sehingga dengan landasan ini kurikulum bisa memberikan peluang belajar bagi anak-anak dan bagaimana belajar itu berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana anak itu bisa memberikan hasil yang sebaik-baiknya.
d.      Asas Sosiologis Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap peserta didik, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran yang akan menambah produktifitas dan keikutsertaan mereka dalam membina umat dan bangsanya. Dan dapat ditambahkan pula asas Organisatoris.Dasar ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum.Dasar ini berpijak pada teori psikologi asosiasi, yang menganggap keseluruhan adalah bagian-bagiannya, sehingga menjadikan kurikulum merupakan mata kuliah yang terpisah-pisah.
Selanjutnya perlu ditekankan bahwa satu asas dengan asas lainnya merupakan suatu kesatuan yang integral sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikan Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan, keagamaan, pengembangan pribadinya sebagai individu dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.

D. Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Prinsip pada dasarnya merupakan konsistensi dalam mewujudkan suatu tujuan. Sebagai tonggak yang harus dipegang dalam meniti jalan yang mengantarkan kepada tujuan. Dalam suatu kurikulum pendidikan, prinsip merupakan komponen penting demi tercapainya kurikulum yang intregral dan matang.Sehingga dalam pelaksanaannya mencapai kesempurnaan yang diinginkan. Terlebih lagi dalam kurikulum pendidikan islam yang berdasarkan kepada sumber pokok agama islam, yaitu Al qur’an dan As sunnah.
Maka disini dituntut kesinambungan prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islamdan sumber pokok islam. Dalam merumuskan kurikulum pendidikan islam para pakar berbeda-beda dalam analisisnya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:[9]
1.      Prinsip berdasarkan islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
2.      Prinsip mengarah kepada tujuan, artinya seluruh aktivitas yang diproduksi oleh kurikulum harus mengarah kepada tujuan.
3.      Prinsip pertautan antara seluruh kegiatan kurikulum dengan seluruh aspek sosiologis, baik internal ataupun eksternal.
4.      Prinsip Relevansi, kesuaian dengan kondisi sekarang.
5.      Prinsip Fleksibelitas.
6.      Prinsip Integritas, artinya SDM yang dihasilkan oleh kurikulum mampu menyelaraskan dan mengintegralkan kehidupan dunia dan akhirat.      
7.      Prinsip Efisiensi, mengarahkan dengan cermat pendayagunaan usaha untuk mencapai tujuan.
8.      Prinsip Kontunitas dan Kemitraan, adalah bagaimana kurikulum mempunyai kelanjutan dalam kerjanya dengan kaitan-kaitan kurikulum-kurikulum lain.
9.      Prinsip Individulaitas, artinya kurikulum memperhatikan kondisi pribadi anak didik.
10.  Prinsip pemerataan, artinya seluruh peserta didik berhak memperoleh pembelajaran yang baik beserta hal-hal yang mendukung pembelajarannya.
11.  Prinsip Kedinamisan, artinya kurikulum harus bersifat progresif terhadap perkembangan ilmu pengeahuan dan perubahan social.
12.  Prinsip Keseimbangan, artinya kurikulum dapat mengembangkan potensi pesert didik secara harmonis.
13.  Prinsip Efektivitas, adalah agar kurkulum dapat menunjang efektifitas guru dalam mengajar dan murid dalam belajar.
              Jadi prinsip kurikulum Pendidikan Islam yang sebenarnya adalah terkokus pada tujuan awal yaitu mengutamakan nilai moral dan religius dengan mengembangkan potensi peserta didik secara harmonis. Peserta didik berhak memperoleh pembelajaran yang baik beserta hal-hal yang mendukung pembelajarannya.

E. Kurikulum Pendidikan di Rumah Tangga dan di Masyarakat
            Pendidikan terjadi hampir di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Yang sangat di kenal oleh para ahli adalah pendidikan yang terjadi di rumah tangga, di sekolah, dan di masyarakat. Setiap pendidikan itu seharusnya memiliki kurikulum, sesederhana apapun. Tetapi mengapa yang dikenal hanyalah kurikulum untuk pendidikan di sekolah. Jawabannya: karena tadinya kurikulum didefinisikan sebagai sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai untuk memperoleh suatu ijazah. Untuk memperoleh ijazah SMP murid harus menguasai (pada tahap tertentu) sejumlah pengetahuan. Sejumlah pengetahuan itulah kurikulum. Sangat jarang ditemukan penjelasan tentang kurikulum untuk  pendidikan di rumah dan di masyarakat.
            Tempat pendidikan itu ada tiga. Pertama di sekolah, ini sudah jelas. Kedua, di rumah, ini pendidikan yang dilakukan di rumah murid. Ketiga, di masyarakat. Di masyarakat maksudnya adalah masyarakat pada umumnya selain rumah tangga dan sekolah. Termasuk di kantor-kantor, lembaga-lembaga masyarakat dan di kursus-kursus, termasuk juga di terminal, di pasar, dan lain-lain. Karena luasnya cakupan istilah masyarakat maka sangat sulit kita menyediakan kurikulumnya. Sekalipun demikian ada tempat-tempat pendidikan dalam masyarakat itu yang dapat di kurikulumi. Dan tempat-tempat itulah seharusnya dipikirkan untuk dibuatkan kurikulum untuknya.[10]
            Kurikulum pendidikan di terminal apa diperlukan? Seharusnya, ya, tetapi itu sangat sulit. Kalau begitu pilih saja tempat-tempat pendidikan dalam masyarakat yang mungkin dibuat kurikulumnya.
            Majlis Ta’lim yang sangat banyak tersebar merupakan lembaga pendidikan yang besar pengaruhnya. Sekalipun demikian sangat sedikit perhatian kita untuk meningkatkan mutu pendidikan di Majlis Ta’lim.
            Ada berbagai kemungkinan kurikulum Majlis Ta’lim, misalnya (1) Khusus tentang shalat wajib, (2) Khusus tentang bermacam shalat sunnat, (3) Akhlak isteri terhadap suami dan sebaliknya, (4) Akhlak bertetangga, (5) Berbagai perbuatan yang dapat menyebabkan musyrik.
            Pada Majlis Ta’lim itu dapat juga diberikan (1) Teori membuat pakaian anak-anak, (2) Teori membuat kue tertentu, dan sebagainya yang sering disebut bukan pelajaran agama.
 Khutbah jum’ah itu adalah tempat pendidikan yang sangat perlu ditingkatkan mutunya. Caranya antara lain dengan membuatkan kurikulum untuk khutbah Jum’ah. Ini berbagai kemungkinan: (1) Tahun ini khutbah hanya membicarakan aqidah; disediakan 52 topik khutbah mengenai aqidah, (2) Disediakan 52 topik khutbah mengenai akhlak, (3) Disediakan 52 topik khutbah mengenai cara berdagang Rasulullah SAW, dan lain-lain. Topik-topik itu disampaikan ke khotib-khotib pada awal tahun, diminta khutbahnya tertulis. Setelah setahun punya 52 teks tulisan, dikumpulkan, di edit, dicetak jadi buku. Jika 52 judul, masing-masing judul 3 halaman, maka buku itu akan menjadi buku yang sangat berguna setebal kurang lebih 150 halaman.
 Buku itu dijual, uangnya untuk membiayai masjid dan kegiatan-kegiatan di masjid itu. Untuk pendidikan di rumah tangga dapat dibuatkan kurikulumnya. Sekalipun rumah tangga itu tidaklah sama kondisinya, tidak sama juga cita-citanya, namun kurikulum minimal untuk pendidikan di rumah tangga tetap perlu disediakan.
 Pengadilan, Kepolisian, Lembaga Permasyarakatan, kursus, sangat perlu dikurikulumi dan tidak sangat sulit menyiapkannya. Membuat kurikulum untuk lembaga-lembaga itu sebaiknya dilakukan tidak oleh satu orang, sebaiknya oleh satu tim orang ahli dan diikuti juga orang awam yang kelak akan menjadi objek pendidikan.[11]
               Jadi Tempat pendidikan itu ada tiga. Pertama di sekolah, ini sudah jelas. Kedua, di rumah, ini pendidikan yang dilakukan di rumah murid. Ketiga, di masyarakat. Di masyarakat maksudnya adalah masyarakat pada umumnya selain rumah tangga dan sekolah. Termasuk di kantor-kantor, lembaga-lembaga masyarakat dan di kursus-kursus, termasuk juga di terminal, di pasar, dan lain-lain. Karena luasnya cakupan istilah masyarakat maka sangat sulit kita menyediakan kurikulumnya.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berdasakan pengertian yang sudah diketahui bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.
            Kurikulum pendidikan islam ialah bahan-bahan pendidikan islam berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam. Adapun ciri-ciri kurikulum pneidikan islam sebagai berikut:
1.      Menonjolkan tujuan agama dan ahlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode, dan tehnik yang bercorak agama
2.      Memperhatikan dan membimbing segala pribadi peerta diik baik dari sisi intelaktual, psikologis, sosial maupun spiritualnya
3.      Memperhatikan keseimbangan berbagai aspek ilmu pengetahuan
4.      Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan bakat dan minat peserta didik
5.      Bersifat dinamis dan fleksibel yakni sanggup menerima perkembangan dan perubahan apabila dipandang perlu.


DAFTAR RUJUKAN

Mujib , Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Numadiah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam, jurnal Al Afkar vol.III No.Ii Tahun  2014     
Nasutionengembangan Kurikulum1991, Cet. Ke-4, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
Ramayulis. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


[1] Numadiah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam, jurnal Al Afkar vol.III No.Ii Tahun 2014
[2] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-4, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hal.1.
[3] Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), hal. 75.
[4] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010) hal. 122-123
[5] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tiggi, Cet. Ke-5, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 490-512
[6] Azyumardi Azra, Tardisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Cet. Ke-1, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 10.
[7] Anin Nurhayati, Inovasi Kurikulum, Telaah Terhadap  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Pesantren, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Teras, 2010), hal. 37.
[8] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam.......hal. 124-131
[9] Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2012) hal. 243-245
[10] Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal. 109-110
[11] Ibid,. hal. 111

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer