BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini
sudah menyebar ke seluruh Benua dan Negara yang ada dipermukaan bumi ini.Karena
memang didalam ajaran Islam itu sendiri menuntut kepada orang yang memeluk
agama Islam untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal
Islam, di dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga
banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar.Maka orang
Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk sekitar
yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam. Salah satu fakta
tentang orang yang paling berpengaruh diseluruh dunia adalah Nabi Muhammad Saw. Beliau menyebarkan Islam sendirian di Mekkah yang saat itu penduduknya
jahiliyah dan kemudian berubah menjadi masyarakat yang berakhlak baik dengan
memeluk Agama Islam yang dibawa oleh beliau.Dari sinilah sejarah penyebaran
Islam semakin luas ke seluruh dunia hingga sampai ke Asia Tenggara. Seiring
berjalanya waktu dari penyebaran Islam di Mekkah sampai ke penjuru dunia, .
Setelah kurun
waktu yang sangat singkat Islam mampu berkembang di negara-negara kawasan timur
tengah misalnya, Turki, Iran, berbagai bagian afrika dan asia tenggara. Islam telah
menigubah peradapan dan kebudayaan di
beberpa kawasan tersebut sehingga kawasan –kawasan tersebut memiliki corak
kebudayaan yang mencerminkan nilai - nilai Islam dan berkembang sampai sekarang
atau abad modern dan kontemporer.semua itu memiliki beberapa aspek pendukung
peradaban dan kebudayaan dari masa kemasa atau abad ke abad sehingga Islam
mampu mempengaruhi dunia sosial , politik, budaya , seni dan sastra
.pusat-pusat dan aspek-aspek kontemporer Di negara-negara inilah peradaban
Islam semakin berkembang dan maju. Suatu hal yang sangat menarik seperti yang
di gambarkan selama ini, yakni Islam memiliki karakteristik global bisa
diterima dalam setiap ruang dan waktu.namun pada sisi yang lain saat Islam
memasuki beberapa kawasan di belahan dunia maka ia memiliki beberapa corak dan
peradapan yang berbeda-beda, hal ini di karenakan Islam merupakan agama yang
baru bagi masyarakat di belahan dunia timur ,timur tengah maupun dunia
barat.Islam datang membawa peradapan baru kemudian mengadopsi serta memperbaharui
peradapan-peradapan yang sudah ada.
B.
Rumusan Masalah
a)
Bagaimana sejarah perkembangan Islam di
Asia Tenggara?
b)
Sejarah Perkembangan Islam di Afrika, Eropa
dan Australia
1. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Afrika?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Eropa?
3. Bagaimana
sejarah perkembangan Islam di Australia?
c)
Pusat Peradaban dan Tokoh-Tokoh Dunia Islam
Modern Kontemporer
1.
Bagaimana
pusat
peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Mekkah?
2.
Bagaimana
pusat
peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Madinah?
3.
Bagaimana
pusat
peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Baghdad?
4.
Bagaimana
pusat
peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Kairo?
C.
Tujuan Pembahasan Masalah
a) Untuk mengetahui sejarah perkembangan
Islam di Asia Tenggara
b) Sejarah Perkembangan Islam di Afrika,
Eropa dan Australia
1.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan Islam di Afrika
4. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan Islam di Eropa
5. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan Islam di Australia
c)
Pusat Peradaban dan Tokoh-Tokoh Dunia Islam
Modern Kontemporer
1. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam dan
tokoh dunia Islam di Mekkah
2. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam
dan tokoh dunia Islam di Madinah
3. Untuk mengetahui pusat
peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Baghdad
4. Untuk
mengetahui pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam
di Kairo
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Peradaban Islam di Asia Tenggara tergolong
sebagai salah satu bukti bahwa Islam demikian kuat pengaruhnya dalam kehidupan
masyarakat dikawasan ini. Hal ini salah satunya disebabkan proses masuknya
Islam di kawasan Asia Tenggara berbeda dengan proses masuknya Islam di kawasan
lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang
ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat
di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat,
Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu
telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan
mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi
semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk
menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Dalam proses masuknya Islam di Asia Tenggara,
ada beberapa jalur yang digunakan. Jalur-jalur tersebut semua menyesuaikan
dengan budaya timur yang mengedepankan keramah tamahan. Sehingga hal ini memu dahkan Islam untuk
masuk dan berkembang di kawasan ini. Berkaitan dengan hal ini maka Uka Tjandra
Sasmita mengemukakana ada beberapa saluran masukya Islam ke Asia Tenggara yang
berkembang ada enam,[1] yaitu:
- Saluran Perdagangan
Sejak
abad ke-1, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka, telah memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
internasional karena posisinya yang menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur
Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat. Kesibukan lalu-lintas perdagangan kawasan
laut Asia Tenggara hingga pada abad ke-7 hingga ke-16 itu, membuat
pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam
perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.
Saluran Islamisasi melalui perdagangan menjadi
salah satu penyebab kuatnya pengaruh peradaban Islam di Asia Tenggara. Hubungan
dalam jalur perdagangan inilah yang menciptakan interaksi antara pedagang Islam
dan penduduk asli di Asia Tenggara. Dari interaksi itu, kemudian muncul
pengaruh yang kuat dari satu pihak pada pihak lainnya. Dalam hal ini, pihak
yang memberikan pengaruh adalah para pedagang dan ulama dari Arab.
Pengaruh
inilah yang kemudian menjadikan pergeseran dalam system kehidupan masyarakat
Asia Tenggara. Jika sebelumnya di masa kerajaan berjaya, kepercayaan yang
dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme. Namun dengan adanya pengaruh
dari pedagang Islam, banyak masyarakat yang kemudian beralih menganut
monotheisme. Salah satu kerajaan yang memiliki peran dalam penyebaran sejarah
peradaban Islam di Asia Tenggara adalah Samudera Pasai. Kerajaan ini, hingga
sejarah saat ini dipercaya sebagai kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia,
dan juga kawasan Asia Tenggara. Kerajaan yang berpusat di Aceh ini dipimpin
seorang raja yang menganut Islam, yaitu Sultan Malikus Shaleh.
- Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim
memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga
penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi
isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas,
akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.[2]
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula
wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar
Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan
anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut
mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan
Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya
dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
- Saluran Tasawuf
Ajaran Islam sampai ke Alam Melayu, sangat
dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Para sejahrawan
menyatakan bahawa inilah yang menyebabkan Islam menarik kepada mereka di Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahawa
tasawuf dengan ajaran dan amalannya menyebabkan
berlakunya proses Islamisasi di Asia Tenggara. H. John ahli sejarah Australia itu menyatakan bahawa
Islamisasi tersebut berlaku adanya dakwah yang cerdas dilakukan
oleh para penyebar sufi yang dating bersama-sama dengan para pedagang muslim.
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi
mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam
pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu,
sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.
Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan
ajaran yang mengandung persamaan dengan alam
pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik
seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan
di abad ke-20 M ini.[3]
- Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui
pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat
pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren,
mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren
yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta
Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini
banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
- Saluran Kesenian[4]
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang
paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan
Ramayana, tetapi dalam cerita itu di sisipkan ajaran nama-nama
pahlawan Islam. Kesenian- kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
- Saluran Politik
Kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur,
demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan
Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses
masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3
teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang sebenarnya:
1) Menekankan peran kaum pedagang yang telah
melembagakan diri mereka di beberapa wilayah
pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah
dengan beberapa keluarga penguasa lokal yang
telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama
yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik
simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi
pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut
menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka
terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan
beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
2) Menekankan peran kaum
misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi bukan hanya sebagai guru
tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan
istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan di
wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama
mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan
yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan
demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.[5]
3) Lebih menekankan makna lslam bagi
masyarakat umum dari pada bagi kalangan elit pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang,
dan
bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil
menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus,
1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu
daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses
tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran lslam di
Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.
Tentang Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh,
Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan
pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka
itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan
berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14),
dan
Dinasti Umayyah (660-749).
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai
ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung
(627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama,
bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap
dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas,
adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad
saw. dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut Masjid Wa-Zhin-Zi
(Masjid Kenangan atas Nabi). Karena itu, sampai
sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah
perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad saw. sendiri, sejak abad ke-7
dan
sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke
negeri China baik sebagai pedagang maupun
mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam.
Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya. Islam telah datang di daerah
bagian Timur Asia, yaitu di negeri China,
khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para pedagang dan
mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China
Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan
perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse
di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga daerah Palembang di
Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut,
dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih. Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-sse adalah Persia dan yang
dimaksud dengan Ta-Shih adalah Arab. Jadi jelaslah
bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tempat
orang Ta Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka
berada di Pesisir Barat Sumatera atau di Palembang. Namun adapula yang memperkirakannya di Kuala Barang di
daerah Terengganu. Terlepas dari beda pendapat
ini, jelas bahwa tempat tersebut berada di bagian Barat Asia Tenggara. Juga ada pemberitaan China (sekitar tahun
758) dari Hikayat Dinasti Tang yang melaporkan
peristiwa pemberontakan yang dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Se. Mereka mersak dan membakar kota Canton
(Guangzhoo) untuk membantu kaum petani melawan
pemerintahan Kaisar Hitsung (878-899).
Setelah melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orang Ta-
Shih dan Po-Se menyingkir dengan kapal. Mereka ke Kedah
dan Palembang untuk meminta perlindungan dari kerajaan
Sriwijaya. Berdasarkan berita ini terlihat bahwa orang Arab dan Persia yang sudah merupakan komunitas Muslim itu mampu melakukan kegiatan politik dan perlawanan terhadap penguasa China.[6] Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah
mengenai masuknya Islam ke Indonesia:
1) Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M (684 M). Pada tahun
tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam
masuk pertama kali ke Indonesia di Sumatera Utara.
2) Menurut Dr. Hamka,
Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M. Berdasarkan catatan Tiongkok ,
saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh (kemungkinan Muawiyah bin Abu
Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga) untuk membuktikan keadilan,
kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima di Jawa.
3) Menurut Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam
masuk ke Indonesia pada tahun 670 M karena di Barus
Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa- Miim yang berarti tahun 670 M. 4. Seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20 Maret 1963, mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad I H/abad 7 M langsung dari Arab.
Daerah pertama yang didatangi ialah pasisir
Sumatera.
Sedangkan perkembangan agama Islam di
Indonesia sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di bagi menjadi tiga fase, antara lain :
1) Singgahnya pedagang-pedagang Islam di
pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita
luar negeri, terutama Cina;
2) Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa
daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya di samping
berita-berita asing juga makam-makam Islam.
3) Berdirinya kerajaan kerajaan Islam.
Akhirnya, semua teori di atas jelaslah belum final. Meskipun telah
banyak sejarawan yang menulis tentang masalah ini,
kesempatan masih tetap terbuka bagi munculnya penafsiran-penafsiran baru berdasarkan penelitian atas
sumber-sumber sejarah yang ada.
Agenda penelitian dan penulisan lebih lanjut menyangkut sifat penyebaran lslam dikawasan ini (Asia Tenggara) terlepas dari mana datangnya lslam
dan
faktor-faktor apa yang menyebabkan lslam berkembang
menjadi agama dominan dalam pertarungannya
dengan sistem-sistem agama, kebudayaan dan tradisi lain yang sebelumnya dominan atau dalam waktu yang kira-kira bersamaan dengan datangnya lslam berusaha pula mengembangkan pengaruhnya. Juga tidak ada semacam syariah, surau, pesantren, keulamaan, perkembangan pemikiran
dalam berbagai aspek ajaran lslam, seperti
filsafat, tasawuf, dan lain-lain semuanya ini berada dalam proses perkembangan lslam di Asia Tenggara.[7]
B.
Sejarah Perkembangan Islam di Afrika, Eropa
dan Australia
1.Perkembangan Islam di
Afrika
Pada tahun ke-5 dari kenabian, Rasulullah SAW
memerintahkan beberapa orang sahabatnya (berjumlah 15 orang: 11 laki-laki dan 4
wanita) untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Hijrah ini dipimpin oleh Usman
bin Maz’un yang bertujuan untuk menghindari penyiksaan-penyiksaan dan
menyelamatkan diri dari kaum kafir Quraisy serta mendakwahkan agama Islam.
Selain itu, pada sekitar tahun ke-6 Hijrah, Nabi SAW mengutus sahabatnya Hatib
bin Abi Balta’ah untuk menyampaikan surat dakwah (seruan masuk Islam) kepada
Muqauqis (penguasa Mesir, Gubernur Romawi Timur). Islam
akhirnya mulai menyebar ke negara-negara Afrika Utara serta terjadi proses
Islamisasi. Hal ini terjadi sekitar abad 7 – 8 M.
Adapun di Afrika Timur, faktor Islamisasi tampak jelas dengan
kedatangan dan ekspansi Islam ke Afrika Selatan, antara lain dilakukan oleh
para budak Melayu yang dibawa oleh orang-orang Eropa ke wilayah itu. Setelah
dibebaskan dari Pulau Robben, tak jauh dari Cape Town, pada tahun 1793, Imam
Abdullah membuat petisi pertamanya untuk pembangunan masjid. Saat itu, petisi
tersebut sempat mendapat penolakan meski akhirnya memperoleh izin dari
Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan masjid. Ia pun menulis sebuah buku
tentang yurisprudensi Islam pada 1781 dalam bahasa Melayu dan Arab. Judul buku
itu adalah Ma’rifa al-Islam wa al-Iman. Buku ini memberi
pengaruh sosial dan keagamaan yang besar di kalangan komunitas Muslim di Cape
Town. Pada 1793, Imam Abdullah membangun sekolah Muslim pertama. Lokasinya di
Dorp Street, Bokaap, yang akhirnya menjadi bagian dari Masjid Auwal, masjid pertama
di Cape Town. Pada 1825, sekolah ini memiliki 491 siswa, sebagian besar dari
kalangan budak negro. Di kemudian hari, sekolah inilah yang melahirkan
orang-orang Afrika Arab yang memahami bahasa Arab. Setelah Imam Abdullah wafat,
kepemimpinan sekolah ini dilanjutkan oleh Imam Achmat van Bengalen.
Pada masa awal kedatangannya di Cape Town, Islam adalah agama yang
diawasi secara ketat oleh penguasa. Pemerintah Hindia Belanda secara tegas
melarang aktivitas Islam di tempat umum, meski ibadah pribadi diperbolehkan.
Tak ada komunitas Muslim yang diizinkan untuk melakukan perkumpulan. Mengingat kondisi itu, ulama seperti Imam
Abdullah, Syaikh Yusuf, dan juga lainnya menggunakan rumah mereka sebagai
tempat untuk belajar Islam. Mereka berusaha keras mempertahankan keberadaan
Islam di Cape Town. Beruntung, pembatasan ini kian lama kian surut. Pada 1770,
di rumah seorang budak yang dibebaskan bernama Mohammodan, secara rutin
diselenggarakan pertemuan. Dalam pertemuan itu, mereka yang hadir membaca,
shalat, dan mempelajari ayat-ayat al-Quran.
Pada 25 Juli 1804, Islam secara resmi tak lagi menjadi agama yang
dilarang. Warga setempat pun bebas memilih agama yang diyakininya. Sementara,
para ulama bisa berdakwah secara leluasa. Penyebaran Islam di Benua Afrika
tidak terlepas dari persaingan antara Islam dan Kristen, serta antara Islam dan
westernisasi sekuler. Walaupun begitu, Islam di benua Afrika tetap berkembang
ke arah yang lebih maju, baik kuantitas maupun kualitas.
Di Benua Afrika banyak negara yang penduduknya mayoritas Islam,
seperti: Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Sahara Barat, Mauritania,
Mali, Nigeria, Senegal, Gambia, Guinea, Somalia, dan Sudan. Sedangkan
negara-negara di Benua Afrika yang minoritas Islam adalah: Zambia, Uganda,
Mozambique, Kenya, Kongo, dan Afrika Selatan.
a. Mesir
Umat Islam di negeri ini adalah mayoritas. Dengan
jumlah penduduk sebanyak Umat Islam di negeri ini adalah mayoritas. Dengan
jumlah penduduk sebanyak 58,630,000 orang menjadikan negara ini menjadi negara
dengan populasi muslim terbesar ke-7 di dunia. Mesir adalah negara yang besar
jasanya bagi kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan dan
kebudayaan. Hal ini ditandai dengan didirikannya berbagai perguruan tinggi, dan
yang tertua adalah Universitas al-Azhar di Kairo yang didirikan oleh Jauhar
al-Khatib as-Saqili pada tanggal 7 Ramadhan 361 H (22 Juni 972 M).
Mesir juga memiliki bangunan-bangunan dengan nilai seni
yang tinggi, seperti Al-Qasr Al-Garb (Istana Barat), Al-Qasr
Asy-Syarq (Istana Timur), Universitas Al-Azhar, tembok yang mengelilingi
istana, dan pintu-pintu gerbang yang terkenal dengan nama Bab An-Nasr (pintu
kemenangan) serta Bab Al-Fath (pintu pembukaan). Di Mesir juga terdapat
masjid-masjid yang megah dan indah, misalnya: Masjid Al-Azhar, Masjid Maqis,
Masjid Rasyidah, Masjid Aqmar, Masjid Saleh, dan Masjid Raya di Qairawan yang
dibangun kembali pada tahun 862 M. Mesir juga biasa disebut: “Jumhuriyah
Misr Al-Arabiyah” (Republik Arab Mesir), luas daerahnya sekitar 997,739 km
Universitas
al-Azhar Mesir
b. Aljazair
Bentuk pemerintahannya adalah republik, adapun ibu kotanya adalah
Al-Jir, dan bahasa resminya adalah bahasa Arab dan bahasa Perancis. Penduduknya
yang beragama Islam berjumlah 99,1 % dari seluruh penduduk. Aljazair diperintah
oleh bangsa Romawi semenjak tahun 40 SM, oleh Vandala dari tahun 429 – 534 SM,
oleh Bizantium dari tahun 534 – 690 SM, dan akhir abad ke-7 dikuasai umat
Islam. Pada tahun 1830 M Aljazair diduduki oleh Perancis, dan baru pada tanggal
3 Juli 1962 memperoleh kemerdekaan. Semenjak tahun 1980, Aljazair memasuki masa
kebangkitan Islam, hal itu ditandai antara oleh:
1). Semangat
kehidupan beragama yang meningkat.
2). Perencanaan ekonomi yang lebih sistematis, bahkan menjadikan
penduduk menganut minoritas mitos industrialisasi sebagai satu-satunya
kekuatan.
Berdasarkan
kongres partai tunggal di Aljazair, yakni The National Liberation Front (Front
Pembebasan Nasional) pada tanggal 27 – 31 Januari 1979, maka diadakan
kegiatan-kegiatan:
1). Mendirikan “Pusat Latihan Imam” di Meftah, sebelah
Utara Al-Jir.
2). Membangun Universitas Teknik Ultra Modern di Oran;
mendirikan pusat perdagangan Ultra modern di Oran; dan membangun pusat
perdagangan serta kebudayaan Riyad Al-Feth yang bergaya Barat dan kontroversial
di al-Jir.
3). Pembangunan masjid-masjid.
Di
Aljazir juga terdapat Kementerian Agama (Wizarah as-Syu’un al-Diniyah)
yang tugas utamanya mengembangkan studi Islam dan mengenalkan tradisi Islam
serta ideologi Islam. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan seminar
tentang pemikiran Islam yang pertama di Batna (1969), kedua di Aures (1978),
dan ketiga di Al-Jir (1980).
c. Tunisia
Tunisia
terletak di Afrika Utara, bentuk pemerintahannya adalah Republik, adapun ibu
kotanya adalah Tunis (dulu bernama Tarsyisy). Penduduknya mayoritas beragama
Islam yakni sebanyak 99,4 %. Tunisia diperintah oleh penguasa-penguasa Islam.
Pada tahun 1881, Muhammad Sadiq, raja dari kerajaan Husainiyah, menyerah pada
Perancis. Sejak itu, Tunisia menjadi jajahan Perancis hingga memperoleh
kemerdekaannya pada tahun 1956 M. Tunisia mempunyai peranan besar dalam sejarah
perkembangan Islam. Melalui lembaga pendidikan Jam’iyah Zaitunah, yang
kemudian berubah menjadi Institut Ilmu-Ilmu Islam, kader-kader ulama dididik
dan dilatih agar menjadi ulama besar. Lembaga pendidikan tersebut berada dalam
pengarahan dan pemerintahan Tunisia.[8]
2. Perkembangan
Islam di Eropa
Berdasarkan
data sejarah, Islam memasuki benua Eropa melalui empat periode, yaitu: Periode
kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan pemerintahan umat
Islam di beberapa pulau, di antaranya: Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia
Selatan. Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492.
Adanya
penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di antara penguasa Mongol yakni
Dinasti Khan yang beragama Islam. Kekuasaannya berpusat di Sungai Volga sebelah
utara Laut Kaspia dan Laut Tengah. Ia meninggalkan penduduk muslim di sekitar
sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang Tartar,
kemudian mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia. Mereka menjadi
penduduk Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina. Periode ekspansi
kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke wilayah Balkan dan
Eropa Tengah. Bahkan di Albania umat Islam merupakan penduduk mayoritas. Periode kaum imigran Muslim memasuki benua
Eropa setelah perang dunia ke-2, terutama ke negara-negara industri, seperti:
Perancis, Jerman, Inggris, Belanda, dan Belgia.[9]
3.Perkembangan
Islam di Australia
Pada abad ke-20 perkembangan masjid di Australia cukup
menggembirakan karena banyak masjid yang dibuat oleh arsitek yang berasal dari
penduduk pribumi Australia, di antaranya sebagai berikut :
Pada tahun 1907
di Brisbane didirikan masjid yang indah dan besar oleh arsitek Sharif Abosi dan
Ismeth Abidin. Pada tahun 1967 di Queensland didirikan masjid lengkap dengan
Islamic Center di bawah pimpinan Fethi Seit Mecea. Pada tahun 1970 di Mareebe
diresmikan sebuah masjid yang mampu memuat 300 jamaah dengan imamnya H. Abdul
lathif. Di kota Sarrey Hill di bangun Masjid Raya Faisal dengan bantuan
pemerintahan Arab Saudi. Pendidikan Islam di Australia diselenggarakan dengan
tujuan agar dapat melestarikan pertumbuhan kehidupan agama Islam. Oleh karena
itu, di Brisbane didirikan Queesland Islamic Society yang bertujuan menyadarkan
anak-anak muslim untuk melakukan shalat dan hubungan baik sesama manusia.
Mereka selama 5-15 tahun menerima pelajaran al- Qur’an dan tata kehidupan
secara Islam. Pelajar terdiri atas anak-anak dari Indonesia, India, Pakistan,
Turki, Afrika, Libanon, dan Australia.[10]
Sekolah Islam di Australia
C. Pusat
Peradaban dan Tokoh-Tokoh Dunia Islam Modern Kontemporer
1.Mekkah (Pada masa Nabi Muhammad)
Mekkah disebut Macoroba diambil dari bahasa Saba,
Makuraba, yang berarti tempat suci. Kata ini menunjukkan bahwa kota ini
didirika oleh suatu kelompok keagamaan. Mekkah adalah tempat yang panas seperti
cerita Ibn bathuthah yang kepanasan sewaktu thowah di Ka’bah. Mekkah juga
merupakan tempat persinggahan orang-orang mushafir dari Ma’rib dan Gazza.
Mekkah adalah salah satu pusat kota di jazirah Arab,
berada pada jalur penting arabia selatan sampai utara mediterania. Mekkah pada
itu dikuasai oleh suku Qurais. Suku Qurais melakukan semua upaya untuk
meningkatkan perdagangan di Mekkah dan pada masa berikutnya mereka
menjadi suku dominan dan yang menggap merekalah yang mempunyai hak Preogatif
·
Kehidupan
Sosial Ekonomi
Mekkah menjadi pusat perdagangan dan perkembangan
intelektual dan politik. Mekkah hampir memonopoli perdagangan antara lautan
India dan Mediterania. hubungan diplomatik dan perdagngan juga sudah ada antara
suku-suku Arab dan Pejabat Romawi
·
Kehidupan
Politik
Pada umumnya di Arab pada saat itu tidak
mengenal istilah Raja. Yang mereka kenal adalah istilah Senat atau dalam bahasa
Arabnya disebut Mala’a. Didalam senat terdiri dari kepala tiap-tiap suku. tidak
ada hal eksekutif yang dapat mengatur atau menjalankan suatu aturan, hanya
keputusan bulat yang dapat dijalankan secara eferktif. Dalam kepemrintahan ini
juga tidak ada pemungutan pajak atau administrasi lainya. semunya
dijalankan dengan syariah islam.Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik
beratkan pada menata masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain
banyak diterapkan di Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia.
Mereka banyak berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam
ilmu agamanya.[11]
2. Madinah
Awalnya bernama Yasrib kemudia berganti
nama menjadi Madinah Peradaban Madinah berkembang ketika nabi muhammad datang
ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang lahan untuk
pembangunan masjid Nabawi. Pada saat itu kaum muslimin melakukan berbagai
aktifitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, memutuskan suatu perkara,
jual eli maupun perayaan-perayaan. tempat ini menjadi faktor pemersatu umat.Selanjutnya
kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad.
Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu bakarr, Umar
bin Khattab, dan Utsman bin
Affan. Pada masa Ali
bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman.Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh nabi
pada masyarakat islam di yatsrib adalah
1.
Muhammad mengubah nama dari yasrib menjadi
Madinah Al-munawarah. Perubahan nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu
menggambarkan cita-cita nabi Muhammad Saw. yaitu membentuk suatu masyarakat
yang tertib dan maju dan berperadaban.
2.
membangun
masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi sarana penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dengan musyawaah dalam merundingkan masalah-masalah
yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat pemerintahan.
3.
Nabi
muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar
4.
membentuk
persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam
5.
membentuk
tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh.
Hubungan antara muslim dengan muslim lainya
berdasarkan piagam madinah terdapat 5 prinsip
1.
bertetngga
baik.
2.
saling membantu.
3.
membela yang dianiyayangi.
4.
saling
menasehati
5.
.
menghormati kebebasan agama
3. Bagdad
Kota Bagdad didirikan di tepi barat Tigris di suatu waktu antara
tahun 762 dan 767 oleh kekholifahan
Abbasiyah yang dipimpin oleh Kalifah al-Mansyur. Kota ini kemungkinan dibangun di bekas sebuah perkampungan Persia. Dalam jangka waktu satu generasi sejak didirikan, Bagdad telah menjadi
pusat pendidikan dan perdagangan. Beberapa sumber memperkirakan ia hanya memiliki lebih dari sejuta
penduduk, meski yang lainnya menyatakan bahwa angka sebenarnya bisa jadi hanya
sebagian dari jumlah tersebut. Sebagian besar penduduknya berasal dari
seluruh Iran terutama dari Khorasan. Banyak dari kisah-kisah dalam Seribu Satu
Malam berlokasi di Bagdad pada periode ini yang
disebut “Madinat as-Salam” (“Kota Kedamaian”) oleh Shahrazaddan mengisahkan pemimpinnya yang paling dihormati, Kalifah kelima, Harun
al-Rashid. Kisah Seribu Satu Malam, termasuk cerita Sindbad
yang termasyhur, melambangkan kehebatan budaya Bagdad selama masa keemasannya
sebagai pemimpin dunia Arab dan Islam yang diakui.
Pada abad ke-8 dan 9, Bagdad dianggap sebagai kota terkaya di dunia. Para
pedagang Tiongkok, India, dan Afrika Timur bertemu di sini, bertukaran
benda-benda kebudayaannya dan melambungkan Bagdad menjadi renaisans
intelektual. Rumah sakit dan observatorium dibangun; para penyair dan seniman
dibina; dan karya besar Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab.Bagdad adalah salah satu dari kota terbesar dan paling kosmopolitan di
dunia dan menjadi rumah bagi umat Muslim, Kristiani, Yahudi dan penganut paganisme dari seluruh Timur Tengah dan Asia
Tengah.Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat
peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya, Philip
K. Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual. Menurutnya, di antara kota-kota
dunia, Baghdad merupakan profesor masyarakat Islam. Al-Manshur memerintahkan
penerjemahan buku-buku ilmiah dan kesusastraan dari bahasa asing: India, Yunani
lama, Bizantium, Persia, dan Syria. Para peminat ilrnu dan kesusastraan segera
berbondong-bondong datang ke kota itu.[12]
Setelah masa Al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena
perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Banyak para ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini
untuk mendalami ilmu pengetahuan yang ingin dituntutnya. Masa keemasan kota
Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 – 809 M)
dan anaknya Al-Ma’mun (&13 – 833 M). Dari kota inilah memancar sinar
kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestise politik, supremasi
ekonomi, dan aktivitas intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini.
Kebesarannya tidak terbatas pada negeri Arab, tetapi meliputi seluruh negeri
Islam. Baghdad ketika Itu meniadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi
di dunia. Ilrnu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku
filsafat yang sebelumnya dipandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al-Ma’mun memiliki perpustakaan
yang dipenuhi dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu
bernama Bait al- Hikmah
4. Kairo
Kota
seribu menara. Itulah julukan yang disandang Kairo – salah satu kota penting
dalam sejarah peradaban Islam. Pada abad pertengahan, ibukota Mesir yang berada
di benua Afrika itu memainkan peranan yang hampir sama pentingnya dengan
Baghdad di Persia serta Cordoba di Eropa. Kairo yang terletak di delta Sungai
Nil telah didiami manusia Mesir Kuno sejak tahun 3500 SM. Mesir Kuno sempat
mencapai kemakmuran di bawah penguasa Zoser, Khufu, Khafre, Menaure, Unas dan
lainnya. Di masa itu, ibukota Mesir Kuno itu sudah menjadi salah satu kota yang
berpengaruh di dunia. Kekuasaan Romawi di Mesir tumbang ketika Islam
menjejakkan pengaruhnya pada tahun 641 M.komando jenderal perang Muslim, Amar
bin Al-Ash yang pertama kali menancapkan pengaruh Islam di Mesir. Saat itu,
Amar bin Al-Ash justru menjadikan Fustat – kini bagian kota Cairo – sebagai
pusat pemerintahannya.Di Fustat itulah, bangunan masjid pertama kali berdiri di
daratan Afrika. Fustat tercatat mengalami pasang-surut sebagai sebuah kota
utama di Mesir selama 500 tahun. Penjelajah dari Persia, Nasir-i-Khusron
mencatat kemajuan yang dicapai Fustat. Ia melihat betapa eksotik dan indahnya
barang-barang di pasar Fustat, seperti tembikar warna-warni, kristal dan begitu
melimpahnya buah-buahan dan bunga, sekalipun di musim dingin.Dari tahun 975
sampai 1075 M Fustat menjadi pusat produksi keramik dan karya seni Islami –
sekaligus salah satu kota terkaya di dunia. Ketika Dinasti Umayyah digulingkan
Dinasti Abbasiyah pada 750 M, pusat pemerintahan Islam di Mesir dipindahkan ke
Al-Askar – basis pendukung Abbasiyah. Kota itu bertahan menjadi ibukota
pemerintahan hingga tahun 868 M. Sekitar 1168 M, Fustat dibumihanguskan agar
tak dikuasai tentara Perang Salib.Berdirinya Cairo sebagai ibukota dan pusat
pemerintahan diawali gerakan penumpasan golongan Syiah yang dilancarkan
penguasa Abbasiyah di Baghdad. Kongsi yang dibangun golongan Syiah dengan Bani
Abbas untuk menjatuhkan Bani Umayyah akhirnya pecah. Penguasa Abbasiyah mencoba
meredam perlawanan golongan Syiah Ismailiyah di bawah pimpinan Ubaidillah
Al-Mahdi. Setelah sempat ditahan, Ubadilah akhirnya dibaiat menjadi khalifah
bergelar Al-Mahdi Amir Al-Mu’minin (909 M). Pengganti Khalifah Ubaidilah
Al-Mahdi, Muizz Lidinillah mulai mengalihkan perhatiannya ke Mesir. Ia menunjuk
Panglima Jauhar Al-Katib As-Siqili untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 M, Mesir
berada dalam kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu, mereka membangun kota baru
yang diberi nama Al-Qahirah atau Kairo yang berarti ‘penaklukan’ atau
‘kejayaan’. Pada 972 M, di Kairo telah berdiri Masjid Al-Azhar.[13] Kota Cairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973,
seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu’izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir.
Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti
Fatimiyah. Dinasti itu menorehkan kegemilangan selama 200 tahun. Di masa itu,
Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut
Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, dan Hijaz. Kairo tumbuh dan berkembang
sebagai pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan Samudera Hindia. Kairo pun
menggabungkan Fustat sebagai bagian dari wilayah administratifnya. Tak heran,
jika Cairo tumbuh semakin pesat sebagai salah satu metropolis modern yang
diperhitungkan dan berpengaruh.Pada era itu pula, Cairo menjelma menjadi pusat
intelektual dan kegiatan ilmiah baru. Bahkan, pada masa pemerintahan Abu Mansur
Nizar Al-Aziz (975 M – 996 M), Kairo mampu bersaing dengan dua ibu kota Dinasti
Islam lainnya yakni, Baghdad di bawah Dinasti Abbasiyah dan Cordoba pusat
pemerintahan Umayyah di Spanyol. Kini, Universitas Al-Azhar menjadi salah satu
perguruan tinggi terkemuka yang berada di kota itu. Jika kedua dinasti lainnya
mampu membangun istana, Bani Fatimiyah pun mampu mendirikannya. Selain itu,
ketiga dinasti yang tersebar di tiga benua itu juga berlomba membangun masjid.
Dinasti Abbasiyah di Baghdad bangga memiliki Masjid Samarra, Dinasti Umayyah
memiliki Masjid Cordoba dan Fatimiyah memiliki Masjid Al-Azhar.Fatimiyah
mencapai kemajuan yang pesat dalam administrasi negara. Karena, pada saat itu,
dinasti itu mengutamakan kecakapan dibandingkan keturunan dalam merekrut
pegawai. Toleransi pun dikembangkan. Penganut Sunni yang profesional pun
diangkat kedudukannya laiknya Syiah. Toleransi antarumat beragama pun begitu
tinggi. Siapapun yang mampu bisa duduk di pemerintahan. Kairo saat di Dinasti
Mamluk. Sekitar tiga abad lamanya Mamluk menjadikan Kairo sebagai pusat
pemerintahannya. Ketika Baghdad dihancurkan bangsa Mongol pada 1258 M, pasukan
Hulagu Khan tak mampu menembus benteng pertahanan Kairo. Selama periode itu,
Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang
untuk Eropa dan dunia Timur.Kairo juga sempat dikuasai Turki. Sejak kekuasaan Turki
berakhir pada 1517 M, kota itu sempat tenggelam. Kairo kembali menggeliat
ketika pada awal abad modern, Muhammad Ali memimpin Mesir. Kota itu pun
menjelma sebagai pusat pembaruan Islam zaman modern.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam masuk dan berkembang di Asia Tenggara mempunyai proses dengan
berbagai macam saluran dalam penyebarannya, seperti melalui saluran
perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, saluran pendidikan, saluran
kesenian dan saluran politik, akan tetapi Islam adalah agama yang diilhami
dalam al-Quran sehingga mudah diterima oleh masyarakat setempat. Keseluruhan
pejalanan sejarah umat Islam di Asia Tenggara telah menyebabkan terjadinya
pergumulan sekaligus artikulasi dan asimilasi dengan budaya lokal, sehingga
membuahkan budaya baru yang dinamis dan unik, sebuah peradaban Asia
Tenggara.dengan diterimanya Islam secara damai, maka seiring pula dengan
perkembangan peradaban Islan di berbagai aspeknya.
Adapun di Afrika Timur, faktor Islamisasi tampak jelas dengan
kedatangan dan ekspansi Islam ke Afrika Selatan, antara lain dilakukan oleh
para budak Melayu yang dibawa oleh orang-orang Eropa ke wilayah itu. Setelah
dibebaskan dari Pulau Robben, tak jauh dari Cape Town, pada tahun 1793, Imam
Abdullah membuat petisi pertamanya untuk pembangunan masjid. Saat itu, petisi
tersebut sempat mendapat penolakan meski akhirnya memperoleh izin dari
Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan masjid. Di Benua Afrika banyak
negara yang penduduknya mayoritas Islam, seperti: Mesir, Libya, Tunisia,
Aljazair, Maroko, Sahara Barat, Mauritania, Mali, Nigeria, Senegal, Gambia,
Guinea, Somalia, dan Sudan. Sedangkan negara-negara di Benua Afrika yang
minoritas Islam adalah: Zambia, Uganda, Mozambique, Kenya, Kongo, dan Afrika
Selatan.
Islam
memasuki benua Eropa melalui empat periode, yaitu: Periode
kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan pemerintahan umat
Islam di beberapa pulau, di antaranya: Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia
Selatan. Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492. Adanya
penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di antara penguasa Mongol yakni
Dinasti Khan yang beragama Islam. Kekuasaannya berpusat di Sungai Volga sebelah
utara Laut Kaspia dan Laut Tengah. Ia meninggalkan penduduk muslim di sekitar
sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang Tartar,
kemudian mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia. Mereka menjadi
penduduk Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina.
Pada
abad ke-20 perkembangan masjid di Australia cukup menggembirakan karena banyak
masjid yang dibuat oleh arsitek yang berasal dari penduduk pribumi Australia.
Pusat peradaban dan Tokoh-Tokoh
Dunia Islam Modern Kontemporer yaitu yang pertama berada di Mekkah pada
masa Nabi Muhammad SAW, yang kedua berada di Madinah yang dulunya bernama
Yasrib, Peradaban Madinah berkembang ketika Nabi Muhammad
datang ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang lahan
untuk pembangunan masjid Nabawi, yang ketiga
berada di Bagdad yang didirikan di tepi barat Tigris di suatu waktu antara
tahun 762 dan 767 oleh kekholifahan
Abbasiyah yang dipimpin oleh Kalifah al-Mansyur, dan yang ke empat berada di Kairo yang dijuluki dengan kota
seribu menara.
DAFTAR PUSTAKA
Engginer, Asghar Ali. 1999. Asal
usul dan peradaban islam. Bandung: Pustaka
Hitti, Philip K. 2002. history
of the Arabs. Jakarta: Serambi ilmu Semesta
Khalil, Muhammad. 2016.
Sejarah Kebudayan Islam Untuk MA
XII. Jakarta: Kementerian Agama
Rahmawati. 2014. Islam Di Asia Tenggara. Jurnal Rihlah,
vol. 11 No. 1
Supriadi,
Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam.
Bandung: Pustaka Media
[8] Muhammad Khalil, Sejarah Kebudayan Islam Untuk MA XII,
(Jakarta: Kementerian Agama, 2016), hal.165-168
[12]Engginer,
Asghar Ali, Asal usul dan peradaban islam, (Bandung: Pustaka Pelajar, 1999), Hal 61-62
No comments:
Post a Comment