Monday, July 06, 2020

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA, AFRIKA, EROPA, AUSTRALIA DAN PUSAT PERADABAN ISLAM SERTA TOKOH DUNIA ISLAM MODERN KONTEMPORER


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua dan Negara yang ada dipermukaan bumi ini.Karena memang didalam ajaran Islam itu sendiri menuntut kepada orang yang memeluk agama Islam untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal Islam, di dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar.Maka orang Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam. Salah satu fakta tentang orang yang paling berpengaruh diseluruh dunia adalah Nabi  Muhammad Saw. Beliau menyebarkan Islam sendirian di Mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah menjadi masyarakat yang berakhlak baik dengan memeluk Agama Islam yang dibawa oleh beliau.Dari sinilah sejarah penyebaran Islam semakin luas ke seluruh dunia hingga sampai ke Asia Tenggara. Seiring berjalanya waktu dari penyebaran Islam di Mekkah sampai ke penjuru dunia, .
Setelah kurun waktu yang sangat singkat Islam mampu berkembang di negara-negara kawasan timur tengah misalnya, Turki, Iran, berbagai bagian afrika dan asia tenggara. Islam telah menigubah  peradapan dan kebudayaan di beberpa kawasan tersebut sehingga kawasan –kawasan tersebut memiliki corak kebudayaan yang mencerminkan nilai - nilai Islam dan berkembang sampai sekarang atau abad modern dan kontemporer.semua itu memiliki beberapa aspek pendukung peradaban dan kebudayaan dari masa kemasa atau abad ke abad sehingga Islam mampu mempengaruhi dunia sosial , politik, budaya , seni dan sastra .pusat-pusat dan aspek-aspek kontemporer Di negara-negara inilah peradaban Islam semakin berkembang dan maju. Suatu hal yang sangat menarik seperti yang di gambarkan selama ini, yakni Islam memiliki karakteristik global bisa diterima dalam setiap ruang dan waktu.namun pada sisi yang lain saat Islam memasuki beberapa kawasan di belahan dunia maka ia memiliki beberapa corak dan peradapan yang berbeda-beda, hal ini di karenakan Islam merupakan agama yang baru bagi masyarakat di belahan dunia timur ,timur tengah maupun dunia barat.Islam datang membawa peradapan baru kemudian mengadopsi serta memperbaharui peradapan-peradapan yang sudah ada.

B.     Rumusan Masalah
a)      Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Asia Tenggara?
b)      Sejarah Perkembangan Islam di Afrika, Eropa dan Australia
1. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Afrika?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Eropa?
3.      Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Australia?
c)      Pusat Peradaban dan Tokoh-Tokoh Dunia Islam Modern Kontemporer
1.      Bagaimana pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Mekkah?
2.      Bagaimana pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Madinah?
3.      Bagaimana pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Baghdad?
4.      Bagaimana pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Kairo?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
a) Untuk mengetahui sejarah perkembangan Islam di Asia Tenggara
b) Sejarah Perkembangan Islam di Afrika, Eropa dan Australia
1.  Untuk mengetahui sejarah perkembangan Islam di Afrika
4.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan Islam di Eropa
5.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan Islam di Australia
c)      Pusat Peradaban dan Tokoh-Tokoh Dunia Islam Modern Kontemporer
1. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Mekkah
2. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Madinah
3. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Baghdad
4.  Untuk mengetahui pusat peradaban Islam dan tokoh dunia Islam di Kairo




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Peradaban Islam di Asia Tenggara tergolong sebagai salah satu bukti bahwa Islam demikian kuat pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dikawasan ini. Hal ini salah satunya disebabkan proses masuknya Islam di kawasan Asia Tenggara berbeda dengan proses masuknya Islam di kawasan lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Dalam proses masuknya Islam di Asia Tenggara, ada beberapa jalur yang digunakan. Jalur-jalur tersebut semua menyesuaikan dengan budaya timur yang mengedepankan keramah tamahan. Sehingga hal ini memu dahkan Islam untuk masuk dan berkembang di kawasan ini. Berkaitan dengan hal ini maka Uka Tjandra Sasmita mengemukakana ada beberapa saluran masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam,[1] yaitu:
  1. Saluran Perdagangan
Sejak abad ke-1, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka, telah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional karena posisinya yang menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat. Kesibukan lalu-lintas perdagangan kawasan laut Asia Tenggara hingga pada abad ke-7 hingga ke-16 itu, membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.
 Saluran Islamisasi melalui perdagangan menjadi salah satu penyebab kuatnya pengaruh peradaban Islam di Asia Tenggara. Hubungan dalam jalur perdagangan inilah yang menciptakan interaksi antara pedagang Islam dan penduduk asli di Asia Tenggara. Dari interaksi itu, kemudian muncul pengaruh yang kuat dari satu pihak pada pihak lainnya. Dalam hal ini, pihak yang memberikan pengaruh adalah para pedagang dan ulama dari Arab.
Pengaruh inilah yang kemudian menjadikan pergeseran dalam system kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Jika sebelumnya di masa kerajaan berjaya, kepercayaan yang dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme. Namun dengan adanya pengaruh dari pedagang Islam, banyak masyarakat yang kemudian beralih menganut monotheisme. Salah satu kerajaan yang memiliki peran dalam penyebaran sejarah peradaban Islam di Asia Tenggara adalah Samudera Pasai. Kerajaan ini, hingga sejarah saat ini dipercaya sebagai kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia, dan juga kawasan Asia Tenggara. Kerajaan yang berpusat di Aceh ini dipimpin seorang raja yang menganut Islam, yaitu Sultan Malikus Shaleh.
  1. Saluran Perkawinan
 Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.[2]
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian  turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
  1. Saluran Tasawuf
Ajaran Islam sampai ke Alam Melayu, sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Para sejahrawan menyatakan bahawa inilah yang menyebabkan Islam menarik kepada mereka di Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahawa tasawuf dengan ajaran dan amalannya menyebabkan berlakunya proses Islamisasi di Asia Tenggara. H. John ahli sejarah Australia itu menyatakan bahawa Islamisasi tersebut berlaku adanya dakwah yang cerdas dilakukan oleh para penyebar sufi yang dating bersama-sama dengan para pedagang muslim.
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.
Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.[3]
  1. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
  1. Saluran Kesenian[4]
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam cerita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian- kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
  1. Saluran Politik
Kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang sebenarnya:
1)      Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa lokal yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
2)       Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.[5]
3)      Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elit pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.
Tentang Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad saw. dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut Masjid Wa-Zhin-Zi (Masjid Kenangan atas Nabi). Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad saw. sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam.
Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya. Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para pedagang dan mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga daerah Palembang di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih. Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-sse adalah Persia dan yang dimaksud dengan Ta-Shih adalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tempat orang Ta Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera atau di Palembang. Namun adapula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah Terengganu. Terlepas dari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada di bagian Barat Asia Tenggara. Juga ada pemberitaan China (sekitar tahun 758) dari Hikayat Dinasti Tang yang melaporkan peristiwa pemberontakan yang dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Se. Mereka mersak dan membakar kota Canton (Guangzhoo) untuk membantu kaum petani melawan pemerintahan Kaisar Hitsung (878-899).
Setelah melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orang Ta- Shih dan Po-Se menyingkir dengan kapal. Mereka ke Kedah dan Palembang untuk meminta perlindungan dari kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan berita ini terlihat bahwa orang Arab dan Persia yang sudah merupakan komunitas Muslim itu mampu melakukan kegiatan politik dan perlawanan terhadap penguasa China.[6] Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam ke Indonesia:
1)      Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M (684 M). Pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masuk pertama kali ke Indonesia di Sumatera Utara.
2)      Menurut Dr. Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M. Berdasarkan catatan Tiongkok , saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh (kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga) untuk membuktikan keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima di Jawa.
3)      Menurut Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 M karena di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa- Miim yang berarti tahun 670 M. 4. Seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20 Maret 1963, mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad I H/abad 7 M langsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi ialah pasisir Sumatera.
Sedangkan perkembangan agama Islam di Indonesia sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di bagi menjadi tiga fase, antara lain :
1)      Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina;
2)      Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya di samping berita-berita asing juga makam-makam Islam.
3)      Berdirinya kerajaan kerajaan Islam.
Akhirnya, semua teori di atas jelaslah belum final. Meskipun telah banyak sejarawan yang menulis tentang masalah ini, kesempatan masih tetap terbuka bagi munculnya penafsiran-penafsiran baru berdasarkan penelitian atas sumber-sumber sejarah yang ada.
Agenda penelitian dan penulisan lebih lanjut menyangkut sifat penyebaran lslam dikawasan ini (Asia Tenggara) terlepas dari mana datangnya lslam dan faktor-faktor apa yang menyebabkan lslam berkembang menjadi agama dominan dalam pertarungannya dengan sistem-sistem agama, kebudayaan dan tradisi lain yang sebelumnya dominan atau dalam waktu yang kira-kira bersamaan dengan datangnya lslam berusaha pula mengembangkan pengaruhnya. Juga tidak ada semacam syariah, surau, pesantren, keulamaan, perkembangan pemikiran dalam berbagai aspek ajaran lslam, seperti filsafat, tasawuf, dan lain-lain semuanya ini berada dalam proses perkembangan lslam di Asia Tenggara.[7]

B.     Sejarah Perkembangan Islam di Afrika, Eropa dan Australia
1.Perkembangan Islam di Afrika
Pada tahun ke-5 dari kenabian, Rasulullah SAW memerintahkan beberapa orang sahabatnya (berjumlah 15 orang: 11 laki-laki dan 4 wanita) untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Hijrah ini dipimpin oleh Usman bin Maz’un yang bertujuan untuk menghindari penyiksaan-penyiksaan dan menyelamatkan diri dari kaum kafir Quraisy serta mendakwahkan agama Islam. Selain itu, pada sekitar tahun ke-6 Hijrah, Nabi SAW mengutus sahabatnya Hatib bin Abi Balta’ah untuk menyampaikan surat dakwah (seruan masuk Islam) kepada Muqauqis (penguasa Mesir, Gubernur Romawi Timur). Islam akhirnya mulai menyebar ke negara-negara Afrika Utara serta terjadi proses Islamisasi. Hal ini terjadi sekitar abad 7 – 8 M.
Adapun di Afrika Timur, faktor Islamisasi tampak jelas dengan kedatangan dan ekspansi Islam ke Afrika Selatan, antara lain dilakukan oleh para budak Melayu yang dibawa oleh orang-orang Eropa ke wilayah itu. Setelah dibebaskan dari Pulau Robben, tak jauh dari Cape Town, pada tahun 1793, Imam Abdullah membuat petisi pertamanya untuk pembangunan masjid. Saat itu, petisi tersebut sempat mendapat penolakan meski akhirnya memperoleh izin dari Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan masjid. Ia pun menulis sebuah buku tentang yurisprudensi Islam pada 1781 dalam bahasa Melayu dan Arab. Judul buku itu adalah Ma’rifa al-Islam wa al-Iman. Buku ini memberi pengaruh sosial dan keagamaan yang besar di kalangan komunitas Muslim di Cape Town. Pada 1793, Imam Abdullah membangun sekolah Muslim pertama. Lokasinya di Dorp Street, Bokaap, yang akhirnya menjadi bagian dari Masjid Auwal, masjid pertama di Cape Town. Pada 1825, sekolah ini memiliki 491 siswa, sebagian besar dari kalangan budak negro. Di kemudian hari, sekolah inilah yang melahirkan orang-orang Afrika Arab yang memahami bahasa Arab. Setelah Imam Abdullah wafat, kepemimpinan sekolah ini dilanjutkan oleh Imam Achmat van Bengalen.
Pada masa awal kedatangannya di Cape Town, Islam adalah agama yang diawasi secara ketat oleh penguasa. Pemerintah Hindia Belanda secara tegas melarang aktivitas Islam di tempat umum, meski ibadah pribadi diperbolehkan. Tak ada komunitas Muslim yang diizinkan untuk melakukan perkumpulan.  Mengingat kondisi itu, ulama seperti Imam Abdullah, Syaikh Yusuf, dan juga lainnya menggunakan rumah mereka sebagai tempat untuk belajar Islam. Mereka berusaha keras mempertahankan keberadaan Islam di Cape Town. Beruntung, pembatasan ini kian lama kian surut. Pada 1770, di rumah seorang budak yang dibebaskan bernama Mohammodan, secara rutin diselenggarakan pertemuan. Dalam pertemuan itu, mereka yang hadir membaca, shalat, dan mempelajari ayat-ayat al-Quran.
Pada 25 Juli 1804, Islam secara resmi tak lagi menjadi agama yang dilarang. Warga setempat pun bebas memilih agama yang diyakininya. Sementara, para ulama bisa berdakwah secara leluasa. Penyebaran Islam di Benua Afrika tidak terlepas dari persaingan antara Islam dan Kristen, serta antara Islam dan westernisasi sekuler. Walaupun begitu, Islam di benua Afrika tetap berkembang ke arah yang lebih maju, baik kuantitas maupun kualitas.
Di Benua Afrika banyak negara yang penduduknya mayoritas Islam, seperti: Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Sahara Barat, Mauritania, Mali, Nigeria, Senegal, Gambia, Guinea, Somalia, dan Sudan. Sedangkan negara-negara di Benua Afrika yang minoritas Islam adalah: Zambia, Uganda, Mozambique, Kenya, Kongo, dan Afrika Selatan.
a.      Mesir
Umat Islam di negeri ini adalah mayoritas. Dengan jumlah penduduk sebanyak Umat Islam di negeri ini adalah mayoritas. Dengan jumlah penduduk sebanyak 58,630,000 orang menjadikan negara ini menjadi negara dengan populasi muslim terbesar ke-7 di dunia. Mesir adalah negara yang besar jasanya bagi kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan. Hal ini ditandai dengan didirikannya berbagai perguruan tinggi, dan yang tertua adalah Universitas al-Azhar di Kairo yang didirikan oleh Jauhar al-Khatib as-Saqili pada tanggal 7 Ramadhan 361 H (22 Juni 972 M).
Mesir juga memiliki bangunan-bangunan dengan nilai seni yang tinggi, seperti Al-Qasr Al-Garb (Istana Barat), Al-Qasr Asy-Syarq (Istana Timur), Universitas Al-Azhar, tembok yang mengelilingi istana, dan pintu-pintu gerbang yang terkenal dengan nama Bab An-Nasr (pintu kemenangan) serta Bab Al-Fath (pintu pembukaan). Di Mesir juga terdapat masjid-masjid yang megah dan indah, misalnya: Masjid Al-Azhar, Masjid Maqis, Masjid Rasyidah, Masjid Aqmar, Masjid Saleh, dan Masjid Raya di Qairawan yang dibangun kembali pada tahun 862 M. Mesir juga biasa disebut: “Jumhuriyah Misr Al-Arabiyah” (Republik Arab Mesir), luas daerahnya sekitar 997,739 km
Universitas al-Azhar Mesir
b.      Aljazair
Bentuk pemerintahannya adalah republik, adapun ibu kotanya adalah Al-Jir, dan bahasa resminya adalah bahasa Arab dan bahasa Perancis. Penduduknya yang beragama Islam berjumlah 99,1 % dari seluruh penduduk. Aljazair diperintah oleh bangsa Romawi semenjak tahun 40 SM, oleh Vandala dari tahun 429 – 534 SM, oleh Bizantium dari tahun 534 – 690 SM, dan akhir abad ke-7 dikuasai umat Islam. Pada tahun 1830 M Aljazair diduduki oleh Perancis, dan baru pada tanggal 3 Juli 1962 memperoleh kemerdekaan. Semenjak tahun 1980, Aljazair memasuki masa kebangkitan Islam, hal itu ditandai antara oleh:
1). Semangat kehidupan beragama yang meningkat.
2). Perencanaan ekonomi yang lebih sistematis, bahkan menjadikan penduduk menganut minoritas mitos industrialisasi sebagai satu-satunya kekuatan.
Berdasarkan kongres partai tunggal di Aljazair, yakni The National Liberation Front (Front Pembebasan Nasional) pada tanggal 27 – 31 Januari 1979, maka diadakan kegiatan-kegiatan:
1). Mendirikan “Pusat Latihan Imam” di Meftah, sebelah Utara Al-Jir.
2). Membangun Universitas Teknik Ultra Modern di Oran; mendirikan pusat perdagangan Ultra modern di Oran; dan membangun pusat perdagangan serta kebudayaan Riyad Al-Feth yang bergaya Barat dan kontroversial di al-Jir.
3). Pembangunan masjid-masjid.
Di Aljazir juga terdapat Kementerian Agama (Wizarah as-Syu’un al-Diniyah) yang tugas utamanya mengembangkan studi Islam dan mengenalkan tradisi Islam serta ideologi Islam. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan seminar tentang pemikiran Islam yang pertama di Batna (1969), kedua di Aures (1978), dan ketiga di Al-Jir (1980).
c.       Tunisia
Tunisia terletak di Afrika Utara, bentuk pemerintahannya adalah Republik, adapun ibu kotanya adalah Tunis (dulu bernama Tarsyisy). Penduduknya mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 99,4 %. Tunisia diperintah oleh penguasa-penguasa Islam. Pada tahun 1881, Muhammad Sadiq, raja dari kerajaan Husainiyah, menyerah pada Perancis. Sejak itu, Tunisia menjadi jajahan Perancis hingga memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1956 M. Tunisia mempunyai peranan besar dalam sejarah perkembangan Islam. Melalui lembaga pendidikan Jam’iyah Zaitunah, yang kemudian berubah menjadi Institut Ilmu-Ilmu Islam, kader-kader ulama dididik dan dilatih agar menjadi ulama besar. Lembaga pendidikan tersebut berada dalam pengarahan dan pemerintahan Tunisia.[8]
2. Perkembangan Islam di Eropa
Berdasarkan data sejarah, Islam memasuki benua Eropa melalui empat periode, yaitu: Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan pemerintahan umat Islam di beberapa pulau, di antaranya: Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan. Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492.
Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di antara penguasa Mongol yakni Dinasti Khan yang beragama Islam. Kekuasaannya berpusat di Sungai Volga sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Tengah. Ia meninggalkan penduduk muslim di sekitar sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang Tartar, kemudian mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia. Mereka menjadi penduduk Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina. Periode ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke wilayah Balkan dan Eropa Tengah. Bahkan di Albania umat Islam merupakan penduduk mayoritas.  Periode kaum imigran Muslim memasuki benua Eropa setelah perang dunia ke-2, terutama ke negara-negara industri, seperti: Perancis, Jerman, Inggris, Belanda, dan Belgia.[9]
3.Perkembangan Islam di Australia
Pada abad ke-20 perkembangan masjid di Australia cukup menggembirakan karena banyak masjid yang dibuat oleh arsitek yang berasal dari penduduk pribumi Australia, di antaranya sebagai berikut :
Pada tahun 1907 di Brisbane didirikan masjid yang indah dan besar oleh arsitek Sharif Abosi dan Ismeth Abidin. Pada tahun 1967 di Queensland didirikan masjid lengkap dengan Islamic Center di bawah pimpinan Fethi Seit Mecea. Pada tahun 1970 di Mareebe diresmikan sebuah masjid yang mampu memuat 300 jamaah dengan imamnya H. Abdul lathif. Di kota Sarrey Hill di bangun Masjid Raya Faisal dengan bantuan pemerintahan Arab Saudi. Pendidikan Islam di Australia diselenggarakan dengan tujuan agar dapat melestarikan pertumbuhan kehidupan agama Islam. Oleh karena itu, di Brisbane didirikan Queesland Islamic Society yang bertujuan menyadarkan anak-anak muslim untuk melakukan shalat dan hubungan baik sesama manusia. Mereka selama 5-15 tahun menerima pelajaran al- Qur’an dan tata kehidupan secara Islam. Pelajar terdiri atas anak-anak dari Indonesia, India, Pakistan, Turki, Afrika, Libanon, dan Australia.[10]
Sekolah Islam di Australia


C. Pusat Peradaban dan Tokoh-Tokoh Dunia Islam Modern Kontemporer
1.Mekkah (Pada masa Nabi Muhammad)
Mekkah disebut Macoroba diambil dari bahasa Saba, Makuraba, yang berarti tempat suci. Kata ini menunjukkan bahwa kota ini didirika oleh suatu kelompok keagamaan. Mekkah adalah tempat yang panas seperti cerita Ibn bathuthah yang kepanasan sewaktu thowah di Ka’bah. Mekkah juga merupakan tempat persinggahan orang-orang mushafir dari Ma’rib dan Gazza.
Mekkah adalah salah satu pusat kota di jazirah Arab, berada pada jalur penting arabia selatan sampai utara mediterania. Mekkah pada itu dikuasai oleh suku Qurais. Suku Qurais melakukan semua upaya untuk meningkatkan perdagangan di Mekkah  dan pada masa berikutnya mereka menjadi suku dominan dan yang menggap merekalah yang mempunyai hak Preogatif
·         Kehidupan Sosial Ekonomi
Mekkah menjadi pusat perdagangan dan perkembangan intelektual dan politik. Mekkah hampir memonopoli perdagangan antara lautan India dan Mediterania. hubungan diplomatik dan perdagngan juga sudah ada antara suku-suku Arab dan Pejabat Romawi
·         Kehidupan Politik
Pada umumnya di Arab pada saat itu tidak mengenal istilah Raja. Yang mereka kenal adalah istilah Senat atau dalam bahasa Arabnya disebut Mala’a. Didalam senat terdiri dari kepala tiap-tiap suku. tidak ada hal eksekutif yang dapat mengatur atau menjalankan suatu aturan, hanya keputusan bulat yang dapat dijalankan secara eferktif. Dalam kepemrintahan ini juga tidak ada pemungutan pajak atau administrasi lainya. semunya dijalankan dengan syariah islam.Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan pada menata masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak diterapkan di Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka banyak berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu agamanya.[11]

2. Madinah
            Awalnya bernama Yasrib kemudia berganti nama menjadi Madinah Peradaban Madinah berkembang ketika nabi muhammad datang ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang lahan untuk pembangunan masjid Nabawi. Pada saat itu kaum muslimin melakukan berbagai aktifitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, memutuskan suatu perkara, jual eli maupun perayaan-perayaan. tempat ini menjadi faktor pemersatu umat.Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu bakarrUmar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman.Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh nabi pada masyarakat islam di yatsrib adalah
1.              Muhammad mengubah nama dari yasrib menjadi Madinah Al-munawarah. Perubahan nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu menggambarkan cita-cita nabi Muhammad Saw. yaitu membentuk suatu masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban.
2.             membangun masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawaah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat pemerintahan.
3.             Nabi muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
4.             membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam
5.             membentuk tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh.
Hubungan antara muslim dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah terdapat 5 prinsip 
1.      bertetngga baik.
2.       saling membantu.
3.       membela yang dianiyayangi.
4.      saling menasehati
5.      . menghormati kebebasan agama
3.    Bagdad
Kota Bagdad didirikan di tepi barat Tigris di suatu waktu antara tahun 762 dan 767 oleh kekholifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Kalifah al-Mansyur. Kota ini kemungkinan dibangun di bekas sebuah perkampungan Persia. Dalam jangka waktu satu generasi sejak didirikan, Bagdad telah menjadi pusat pendidikan dan perdagangan. Beberapa sumber memperkirakan ia hanya memiliki lebih dari sejuta penduduk, meski yang lainnya menyatakan bahwa angka sebenarnya bisa jadi hanya sebagian dari jumlah tersebut. Sebagian besar penduduknya berasal dari seluruh Iran terutama dari Khorasan. Banyak dari kisah-kisah dalam Seribu Satu Malam berlokasi di Bagdad pada periode ini yang disebut “Madinat as-Salam” (“Kota Kedamaian”) oleh Shahrazaddan mengisahkan pemimpinnya yang paling dihormati, Kalifah kelima, Harun al-Rashid. Kisah Seribu Satu Malam, termasuk cerita Sindbad yang termasyhur, melambangkan kehebatan budaya Bagdad selama masa keemasannya sebagai pemimpin dunia Arab dan Islam yang diakui.
Pada abad ke-8 dan 9, Bagdad dianggap sebagai kota terkaya di dunia. Para pedagang Tiongkok, India, dan Afrika Timur bertemu di sini, bertukaran benda-benda kebudayaannya dan melambungkan Bagdad menjadi renaisans intelektual. Rumah sakit dan observatorium dibangun; para penyair dan seniman dibina; dan karya besar Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab.Bagdad adalah salah satu dari kota terbesar dan paling kosmopolitan di dunia dan menjadi rumah bagi umat Muslim, KristianiYahudi dan penganut paganisme dari seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah.Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya, Philip K. Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual. Menurutnya, di antara kota-kota dunia, Baghdad merupakan profesor masyarakat Islam. Al-Manshur memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmiah dan kesusastraan dari bahasa asing: India, Yunani lama, Bizantium, Persia, dan Syria. Para peminat ilrnu dan kesusastraan segera berbondong-bondong datang ke kota itu.[12]
Setelah masa Al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Banyak para ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan yang ingin dituntutnya. Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 – 809 M) dan anaknya Al-Ma’mun (&13 – 833 M). Dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktivitas intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini. Kebesarannya tidak terbatas pada negeri Arab, tetapi meliputi seluruh negeri Islam. Baghdad ketika Itu meniadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilrnu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al-Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu bernama Bait al- Hikmah
4.    Kairo
Kota seribu menara. Itulah julukan yang disandang Kairo – salah satu kota penting dalam sejarah peradaban Islam. Pada abad pertengahan, ibukota Mesir yang berada di benua Afrika itu memainkan peranan yang hampir sama pentingnya dengan Baghdad di Persia serta Cordoba di Eropa. Kairo yang terletak di delta Sungai Nil telah didiami manusia Mesir Kuno sejak tahun 3500 SM. Mesir Kuno sempat mencapai kemakmuran di bawah penguasa Zoser, Khufu, Khafre, Menaure, Unas dan lainnya. Di masa itu, ibukota Mesir Kuno itu sudah menjadi salah satu kota yang berpengaruh di dunia. Kekuasaan Romawi di Mesir tumbang ketika Islam menjejakkan pengaruhnya pada tahun 641 M.komando jenderal perang Muslim, Amar bin Al-Ash yang pertama kali menancapkan pengaruh Islam di Mesir. Saat itu, Amar bin Al-Ash justru menjadikan Fustat – kini bagian kota Cairo – sebagai pusat pemerintahannya.Di Fustat itulah, bangunan masjid pertama kali berdiri di daratan Afrika. Fustat tercatat mengalami pasang-surut sebagai sebuah kota utama di Mesir selama 500 tahun. Penjelajah dari Persia, Nasir-i-Khusron mencatat kemajuan yang dicapai Fustat. Ia melihat betapa eksotik dan indahnya barang-barang di pasar Fustat, seperti tembikar warna-warni, kristal dan begitu melimpahnya buah-buahan dan bunga, sekalipun di musim dingin.Dari tahun 975 sampai 1075 M Fustat menjadi pusat produksi keramik dan karya seni Islami – sekaligus salah satu kota terkaya di dunia. Ketika Dinasti Umayyah digulingkan Dinasti Abbasiyah pada 750 M, pusat pemerintahan Islam di Mesir dipindahkan ke Al-Askar – basis pendukung Abbasiyah. Kota itu bertahan menjadi ibukota pemerintahan hingga tahun 868 M. Sekitar 1168 M, Fustat dibumihanguskan agar tak dikuasai tentara Perang Salib.Berdirinya Cairo sebagai ibukota dan pusat pemerintahan diawali gerakan penumpasan golongan Syiah yang dilancarkan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Kongsi yang dibangun golongan Syiah dengan Bani Abbas untuk menjatuhkan Bani Umayyah akhirnya pecah. Penguasa Abbasiyah mencoba meredam perlawanan golongan Syiah Ismailiyah di bawah pimpinan Ubaidillah Al-Mahdi. Setelah sempat ditahan, Ubadilah akhirnya dibaiat menjadi khalifah bergelar Al-Mahdi Amir Al-Mu’minin (909 M). Pengganti Khalifah Ubaidilah Al-Mahdi, Muizz Lidinillah mulai mengalihkan perhatiannya ke Mesir. Ia menunjuk Panglima Jauhar Al-Katib As-Siqili untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 M, Mesir berada dalam kekuasaan Syiah Ismailiyah. Sejak itu, mereka membangun kota baru yang diberi nama Al-Qahirah atau Kairo yang berarti ‘penaklukan’ atau ‘kejayaan’. Pada 972 M, di Kairo telah berdiri Masjid Al-Azhar.[13] Kota Cairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu’izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Dinasti itu menorehkan kegemilangan selama 200 tahun. Di masa itu, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, dan Hijaz. Kairo tumbuh dan berkembang sebagai pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan Samudera Hindia. Kairo pun menggabungkan Fustat sebagai bagian dari wilayah administratifnya. Tak heran, jika Cairo tumbuh semakin pesat sebagai salah satu metropolis modern yang diperhitungkan dan berpengaruh.Pada era itu pula, Cairo menjelma menjadi pusat intelektual dan kegiatan ilmiah baru. Bahkan, pada masa pemerintahan Abu Mansur Nizar Al-Aziz (975 M – 996 M), Kairo mampu bersaing dengan dua ibu kota Dinasti Islam lainnya yakni, Baghdad di bawah Dinasti Abbasiyah dan Cordoba pusat pemerintahan Umayyah di Spanyol. Kini, Universitas Al-Azhar menjadi salah satu perguruan tinggi terkemuka yang berada di kota itu. Jika kedua dinasti lainnya mampu membangun istana, Bani Fatimiyah pun mampu mendirikannya. Selain itu, ketiga dinasti yang tersebar di tiga benua itu juga berlomba membangun masjid. Dinasti Abbasiyah di Baghdad bangga memiliki Masjid Samarra, Dinasti Umayyah memiliki Masjid Cordoba dan Fatimiyah memiliki Masjid Al-Azhar.Fatimiyah mencapai kemajuan yang pesat dalam administrasi negara. Karena, pada saat itu, dinasti itu mengutamakan kecakapan dibandingkan keturunan dalam merekrut pegawai. Toleransi pun dikembangkan. Penganut Sunni yang profesional pun diangkat kedudukannya laiknya Syiah. Toleransi antarumat beragama pun begitu tinggi. Siapapun yang mampu bisa duduk di pemerintahan. Kairo saat di Dinasti Mamluk. Sekitar tiga abad lamanya Mamluk menjadikan Kairo sebagai pusat pemerintahannya. Ketika Baghdad dihancurkan bangsa Mongol pada 1258 M, pasukan Hulagu Khan tak mampu menembus benteng pertahanan Kairo. Selama periode itu, Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang untuk Eropa dan dunia Timur.Kairo juga sempat dikuasai Turki. Sejak kekuasaan Turki berakhir pada 1517 M, kota itu sempat tenggelam. Kairo kembali menggeliat ketika pada awal abad modern, Muhammad Ali memimpin Mesir. Kota itu pun menjelma sebagai pusat pembaruan Islam zaman modern.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Islam masuk dan berkembang di Asia Tenggara mempunyai proses dengan berbagai macam saluran dalam penyebarannya, seperti melalui saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, saluran pendidikan, saluran kesenian dan saluran politik, akan tetapi Islam adalah agama yang diilhami dalam al-Quran sehingga mudah diterima oleh masyarakat setempat. Keseluruhan pejalanan sejarah umat Islam di Asia Tenggara telah menyebabkan terjadinya pergumulan sekaligus artikulasi dan asimilasi dengan budaya lokal, sehingga membuahkan budaya baru yang dinamis dan unik, sebuah peradaban Asia Tenggara.dengan diterimanya Islam secara damai, maka seiring pula dengan perkembangan peradaban Islan di berbagai aspeknya.
Adapun di Afrika Timur, faktor Islamisasi tampak jelas dengan kedatangan dan ekspansi Islam ke Afrika Selatan, antara lain dilakukan oleh para budak Melayu yang dibawa oleh orang-orang Eropa ke wilayah itu. Setelah dibebaskan dari Pulau Robben, tak jauh dari Cape Town, pada tahun 1793, Imam Abdullah membuat petisi pertamanya untuk pembangunan masjid. Saat itu, petisi tersebut sempat mendapat penolakan meski akhirnya memperoleh izin dari Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan masjid. Di Benua Afrika banyak negara yang penduduknya mayoritas Islam, seperti: Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Sahara Barat, Mauritania, Mali, Nigeria, Senegal, Gambia, Guinea, Somalia, dan Sudan. Sedangkan negara-negara di Benua Afrika yang minoritas Islam adalah: Zambia, Uganda, Mozambique, Kenya, Kongo, dan Afrika Selatan.
Islam memasuki benua Eropa melalui empat periode, yaitu: Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan pemerintahan umat Islam di beberapa pulau, di antaranya: Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan. Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492. Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di antara penguasa Mongol yakni Dinasti Khan yang beragama Islam. Kekuasaannya berpusat di Sungai Volga sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Tengah. Ia meninggalkan penduduk muslim di sekitar sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang Tartar, kemudian mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia. Mereka menjadi penduduk Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina.
Pada abad ke-20 perkembangan masjid di Australia cukup menggembirakan karena banyak masjid yang dibuat oleh arsitek yang berasal dari penduduk pribumi Australia.
Pusat peradaban dan Tokoh-Tokoh Dunia Islam Modern Kontemporer yaitu yang pertama berada di Mekkah pada masa Nabi Muhammad SAW, yang kedua berada di Madinah yang dulunya bernama Yasrib, Peradaban Madinah berkembang ketika Nabi Muhammad datang ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang lahan untuk pembangunan masjid Nabawi, yang ketiga berada di Bagdad yang didirikan di tepi barat Tigris di suatu waktu antara tahun 762 dan 767 oleh kekholifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Kalifah al-Mansyur, dan yang ke empat berada di Kairo yang dijuluki dengan kota seribu menara.



DAFTAR PUSTAKA

Engginer, Asghar Ali. 1999.  Asal usul dan peradaban islam. Bandung: Pustaka
Hitti, Philip K. 2002.  history of the Arabs. Jakarta: Serambi ilmu Semesta
Khalil, Muhammad. 2016. Sejarah Kebudayan Islam Untuk MA XII.  Jakarta: Kementerian Agama
Rahmawati. 2014. Islam Di Asia Tenggara. Jurnal Rihlah, vol. 11 No. 1
Supriadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Media


[1] Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara, Jurnal Rihlah, vol. 11 No. 1, 2014, hal. 105
[2] Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara,…,hal. 106
[3] Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara,…, hal. 105
[4] Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara,, hal. 106
[5] Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara,…, hal. 107
[6] Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara,…, hal. 108
[7] Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara,…, hal. 109
[8] Muhammad Khalil, Sejarah Kebudayan Islam Untuk MA XII, (Jakarta: Kementerian Agama, 2016), hal.165-168
[9] Muhammad Khalil, Sejarah Kebudayan Islam Untuk MA XII,…, hal.172

[10] Muhammad Khalil, Sejarah Kebudayan Islam Untuk MA XII,…, hal.177

[11]Hitti, Philip K, history of the Arabs, (Jakarta: Serambi ilmu Semesta. 2002). Hal, 89

[12]Engginer, Asghar Ali, Asal usul dan peradaban islam, (Bandung: Pustaka Pelajar, 1999), Hal 61-62

[13] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Media, 2008),hal. 123


No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer