Sunday, July 05, 2020

MEMAHAMI KINERJA KONSELOR DI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, dimana di sekolah terdapat peserta didik yang membutuhkan suatu perhatian yang dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Sekolah memiliki banyak sekali kegiatan, sehingga perlu adanya suatu manajemen sekolah yang baik agar kegiatan-kegiatan di sekolah dapat di laksanakan dengan baik. Siswa atau peserta didik merupakan salah satu objek penerima layanan bimbingan dan konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan membuat suatu perencanaan penyusunan program terlebih dahulu untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling dalam lingkup pendidikan formal merupakan seting terbesar dari layanan bimbingan dan konseling, sehingga layanan konselor di sekolah merupakan fondasi/dasar pembentukan manusia dan komunitas.[1] Konselor memberi perhatian kepada siswa dan dapat bekerja sama dengan orang tua dan guru. Konselor fokus pada pencapaian tugas-tugas dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Dengan makalah inilah, kami menerangkan tetang memahami kinerja konselor di jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA.
B.          Rumusan Masalah
1.        Bagaimana kinerja di jenjang TK dan bentuk kolaborasi dengan guru?
2.        Bagaimana kinerja di jenjang SD dan bentuk kolaborasi dengan guru?
3.        Bagaimana kinerja di jenjang SMP dan bentuk kolaborasi dengan guru?
4.        Bagaimana kinerja di jenjang SMA dan bentuk kolaborasi dengan guru?
C.         Tujuan Penulisan Masalah
1.        Untuk mengetahui kinerja di jenjang Tk dan bentuk kolaborasi dengan guru.
2.        Untuk mengetahui kinerja di jenjang SD dan bentuk kolaborasi dengan guru.
3.        Untuk mengetahui kinerja di jenjang SMP dan bentuk kolaborasi dengan guru.
4.        Untuk mengetahui kinerja di jenjang SMA dan bentuk kolaborasi dengan guru.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Kinerja BK di Jenjang TK dan Kolaborasi dengan Guru
Pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai jenjang dan jenis, salah satunya adalah pendidikan taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.[2]
Tujuan bimbingan di taman kanak-kanak beranjak dari perkembangan anak dan kemungkinan berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak. Karena dalam setiap pencapaian perkembangan yang optimal anak pasti mengalami hambatan dan kesulitan yang berbeda-beda. Maka dari itu sangatlah diperlukan bimbingan dan konseling terhadap anak usia dini atau anak pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK).  Bimbingan di taman kanak-kanak bertujuan membantu anak didik  agar dapat mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan di sekolah dan masyarakat sekitar anak.[3]
Peran BK dan guru sangat penting dalam membantu peserta didik pada masa-masa perkembangannya. Dengan adanya kolaborasi antara BK dan guru maka akan lebih mudah dalam membimbing dan menyelesaikan permasalahan atau kesulitan yang dialami peserta didik. Adapun peran BK dan guru :
1)      Membantu anak lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifatnya, kebiasaannya dan kesenangannya. Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki karakteristik masing-masing baik sifat, kemampuan, kebiasaan bahkan kesenangannya. Karakteristik setiap anak berbeda satu sama lain. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak didik untuk mengenali berbagai karakteristik yang dimilikinya.
2)      Membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya. Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki berbagai potensi dan potensi ini perlu dikembangkan seoptimal mungkin. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
3)      Membantu anak mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Walaupun usia anak taman kanak-kanak masih tergolong  relatif muda, tetapi tidak menutup kemungkinan anak di usia itu juga mengalami berbagai kesulitan, misal anaknya yang sesuai dengan taraf kemampuan intelektual,  fisik dan sosial emosionalnya.[4]
Oleh karena itu guru perlu memiliki kemampuan untuk mengetahui berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak didiknya dan berupaya untuk membantunya semaksimal mungkin. Selain dari itu, guru juga perlu berorientasi pada upaya   perkembangan anak sesuai dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anak. Artinya, bahwa proses bantuan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak bukan semata-mata membantu mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatanyang dihadapi anak, akan tetapi lebih dari itu yakni membantu proses perkembangan anak sehingga anak dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin tanpa mengalami hambatan.[5]
B.       Kinerja BK di Jenjang SD dan Kolaborasi dengan Guru
Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di Sekolah Dasar (SD) agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan bimbingan di SD perlu disesuaikan dengan berbagai kekhususan pendidikan di SD, terutama yang menyangkut karakteristik peserta didik, tujuan pendidikan, dan kemampuan para pelaksananya yaitu guru kelas.
1)      Karakteristik Siswa SD
Siswa SD adalah mereka yang berusia sekitar 6-13 tahun yang sedang menjalani tahap perkembangan masa anak-anak dan memasuki masa remaja awal. Tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa SD adalah[6] :
  1. Menanamkan serta mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung;
  3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari;
  4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya;
  5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri;
  6. Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan, baik untuk permainan maupun kehidupan;
  7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
  8. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan;
  9. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
  10. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial;
  11. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
Dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya, anak sering menemui hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan sehingga mereka banyak bergantung kepada orang lain, terutama orang tua, dan guru. Oleh sebab itu, anak usia SD memerlukan perhatian khusus dari para guru. Penyelenggaraan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan diharapkan dapat menunjang pencapaian tugas-tugas perkembangannya itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan SD.
2)      Bidang Bimbingan dan Konseling di SD
Pelayanan bimbingan dan konseling di SD mengacu pada perkembangan siswa SD yang tengah beradaptasi dengan lingkungan yang Iebih luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai, dan norma-norma. Materi bimbingan dan konseling di SD termuat ke dalam empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier.
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD menemukan dan memahami, serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD dalam proses sosialisasi untuk mengenal serta berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab.
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang Iebih tinggi. Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk karier masa depan.[7]
3)      Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling di SD
Layanan bimbingan dan konseling di SD meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Layanan orientasi di SD ditujukan untuk siswa baru guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah dipermudahnya penyesuaian siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan di sekolah lain yang mendukung keberhasilan siswa. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan orientasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh jenis layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan posisi duduk dalam kelas, kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, program latihan, serta kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh Iayanan penempatan atau penyaluran ialah fungsi pencegahan dan perkembangan atau pemeliharaan.
Layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami serta mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh Iayanan pembelajaran ialah fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Layanan konseling perorangan memungkinkan siswa mendapatkan Iayanan Iangsung secara tatap muka dengan guru kelas atau pembimbing dalam pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan.[8]
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan dapat juga dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Lebih jauh dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas didalam kelompok. Dengan demikian, selain dapat membuahkan hubungan yang baik di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi, dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh Iayanan bimbingan kelompok ialah fungsi pemahaman dan pengembangan.
Layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok ialah fungsi pengentasan.[9]
Oleh sebab itu pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling belajar di SD dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan jenis-jenis layanan sebagai berikut :
a)      Aplikasi layanan bimbingan belajar di SD meliputi kegiatan berikut :
1.      Layanan orientasi, dilakukan dalam bentuk pengenalan siswa terkait dengan lingkungan sekolah, lokasi perpustakaan, letak buku-buku, ruang guru, administrasi serta personil guru dan karyawan.
2.      Layanan informasi, dilakukan dalam rangka memberikan penjelasan tentang tata tertib sekolah, jadwal pelajaran, dan aktivitas belajar mengajar.
3.      Layanan penempatan dan penyaluran, terkait dengan akademik atau belajar adalah penempatan kelas, penempatan posisi duduk dalam kelas.
4.      Layanan bimbingan cara belajar (klasikal, kelompok, individual), pentingnya cara belajar tidak terlepas dari karakteristik khas dari masing-masing materi pelajaran yang dipelajari.
5.      Layanan himpunan data, antara lain biodata siswa, latar belakang keluarga (sosial-ekonomi-budaya), riwayat pendidikan, prestasi belajar, kesehatan dan lain sebagainya.[10]
6.      Layanan tampilan pustaka (bibliografi), layanan ini menonjolkan adanya kelengkapan buku-buku perpustakaan yang menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
b)      Aplikasi layanan konseling belajar di SD meliputi kegiatan berikut :
1.      Layanan konseling kelompok dan individual dalam rangka pemecahan masalah-masalah disiplin belajar, cara belajar, manajemen waktu dan lain sebagainya
2.      Layanan konsultasi, dilakukan dengan pihak yang dianggap memiliki kewenanagan terhadap siswa misalnya kepala sekolah, orangtua.
3.      Layanan konferensi kasus, dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur pendidikan dan tenaga kependidikan untuk memecahkan problematika individual maupun kelompok.
4.      Layanan kunjungan rumah (home visit), dilakukan untuk mendapatkan data riil dan fakta aktivitas siswa serta pendapat orangtua, tetangga, dan saudaranya tentang aktivitas belajar, sekolah serta permasalahan lainnya.
5.      Layanan alih tangan kasus (referal). dilakukan dalam rangka pemecahan masalah siswa yang sudah merupakan diluar kewenangan maupun tanggungjawab guru.[11]
C.      Kinerja BK di Jenjang SMP dan Kolaborasi dengan Guru
Dalam jenjang pendidikan menengah pertama (SMP) konselor berperan memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi diri yang ada pada konseli, mengenali diri, menumbuhkan kemandirian. Konselor dapat berperan dalam memfasilitasi peserta didik agar mampu mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun yang berkaitan dengan karier.[12] Dalam melakukan bimbingan dan konseling seorang konselor dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain, seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran dan orang tua. Berikut merupakan peran konselor dalam lingkup sekolah menengah pertama:[13]
1)      Orientasi Siswa
Hal ini mencakup orientasi awal peserta didik dan orang tuanya bagi program, fasilitas kebijakan dan aktivitas siswa disekolah baru, dan kemudian orientasi pra-masuk Sekolah Menengah Atas yang akan dituju oleh peserta didik setelah lulus nantinya.
2)      Aktivitas Penaksiran dan Asesmen
Sebagai tambahan bagi rekaman sekolah yang tipikal dan data tes standar, para konselor bisa menggunakan observasi ataupu  teknik lainnya untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang muncul dari setiap individu peserta didik.
3)      Konseling
Baik konseling secara individu individu maupun kelompok seharusnya digunakan oleh para konselor sekolah secra maksimal untuk usia peserta didik di jenang Sekolah Menengah Pertama. Dan kebanyakan praktik menunjukan kalau konseling kelompok sering digunakan dari pada konseling secara individu.
4)      Konsultasi
Para konselor dapat menyediakan konsultasi kepada sekolah yang dilayaninnya, orang tua dan administrator yang terkait kebutuhan dan penyesuaian diri peserta didik setiap individu. Para konselor juga dapat berkomunikasi dengan para penolong profesional yang masih berkaitan  dengan sistem sekolah.
5)      Penempatan
Para konselor  biasanya terlihat dalam pelajaran dan penempatan kelas yang tepat bagi para peserta didik. Penempatan biasanya dilakukan sesuai kebutuhan peserta didik, terkadang didasarkan kepada kemampuan siswa.
6)      Perkembangan Siswa
Dalam perkembanagn peserta didik Sekolah Menengah Pertama harus lebih mendapat perhatian yang khusus adri para konselor sekolah, guru-guru, dan para penolong profesional lainnya seperti, psikolog. Artinya konselor harus memahami betul karakteristik peserta didik.
Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan konseling) di tingkat sekolah menengah pertama telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling. Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan posisi/ tempat yang jelas. Peran konselor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah mensuport perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik.  Berikut adalah tugas perkembangan masa remaja yang masuk pada kategori siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP):[14]
a.       Memiliki hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
b.      Memiliki peran kedewasaan atau feminin.
c.       Menerima keadaan fisik yang dimiliki dan menggunakannya secara efektif.
d.      Memiliki kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa lain.
e.       Mengembangkan pemahaman tentang pernikahan dan kehidupan berkeluarga.
f.        Mulai berusaha mandiri secara ekonomik dan memiliki aktivitas menghasilkan.
g.      Memiliki sistem nilai dan etika sebagai panduan berperilaku.
h.      Menginginkan dan memiliki perilaku yang merupakan perwujudan tanggung jawab sosial.
Proses pendidikan yang bersifat humanistik, mampu membimbing peserta didik untuk mengenal, mengarahkan serta menyalurkan potensi berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di kehidupan masyarakat dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Upaya untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu menunjukkan keunggulan diri, melalui proses pendidikan bermutu yang mencangkup pada akademik dan  ketrampilan hidup.[15]
Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dalam upaya memperoleh informasi tentang siswa mengenai prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya, membantu menyelesaikan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Kolaborasi dalam bahasa inggris adalah “colaborative” atau “colaboration” yang berarti bekerjasama. Idol dan Berran dalam Schmidt, (2003:60) bahwa “in collaborative planning and implementing  are joint effort” dalam perencanaan dan pelaksanaan kolaboratif terdapat usaha bersama. Kolaborasi melibatkan guru mata pelajaran maupun  guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor yang bekerja sama pada bidang  keterampilan komunikasi interpersonal, sehingga siswa mampu mengakomodasi membina pertemanan, mampu berkomunikasi tidak hanya dengan teman melainkan kepada seluruh personil lingkungan sekolah.  Vigotsky dalam Thalib (2010:92) menyatakan “interaksi sosial merupakan landasan terjadinya perkembangan kognitif. Selain itu, perkembangan biologis dan kultural tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan kognitif anak”. [16]
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling dengan guru dapat berkolaborasi dalam upaya memperoleh informasi tentang siswa  mengenai prestasi belajar, kehadiran dan kepribadiannya. Serta membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dengan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan.
D.      Kinerja BK di Jenjang SMA dan Kolaborasi dengan Guru
BK bertujuan untuk memandirikan siswa agar dapat mencapai potensi yang optimal dalam aspek pribadi, sosial, akademik, dan karier. Konselor sebagai manajer dalam layanan BK mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan pencapaian tujuan siswa. Peran dan tanggung jawab tersebut, menuntut konselor untuk menunjukkan kinerja yang sesuai kompetensi akademik dan standar kompetensi profesional.
Anak SMA adalah individu yang sedang dalam proses perkembangan apalagi ia adalah seorang siswa, tentu banyak masalah yang dihadapinya baik masalah pribadi, sosial maupun akademik dan masalah-masalah lainnya. Kenyataan bahwa tidak semua siswa mampu menyelesaikan sendiri masalah pribadinya yang sedang dihadapi. Maka tujuan bimbingan dan konseling pada jenjang SMA adalah agar siswa yang dibimbing memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pada masa SMA antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun merupakan masa transisi dari masa anak-anak kemasa dewasa. Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.[17]
Peran BK dan guru sangat penting, karena demi tercapainya program layanan bimibingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling memerlukan bantuan dari guru bidang studi. Bantuan tersebut dibutuhkan dalam upaya memfasilitasi peserta didik baik secara pengembangan potensi maupun penyelesaian masalah. Kerja sama yang baik antara guru bimbingan dan konseling (konselor) dan guru bidang studi di sekolah akan mampu mengoptimalkan potensi peserta didik serta layanan bimbingan dan konseling bisa terlaksana secara maksimal. Dengan adanya kolaborasi antara gutu dan BK akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan atau kesulitan siswa. Peran BK dan guru[18] antara lain :
1)      Membantu dan memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2)      Membantu guru pembimbing/ konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa tersebut.
3)      Membantu mengembangkan suasana kelas,hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling.
4)      Membantu guru mata pelajaran melaksanakan perannyadalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai jenjang dan jenis, salah satunya adalah pendidikan taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Bimbingan di taman kanak-kanak bertujuan membantu anak didik agar dapat mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan di sekolah dan masyarakat sekitar anak.
Selanjutnya juga ada pelayanan bimbingan dan konseling yang perlu diselenggarakan di Sekolah Dasar (SD) agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan bimbingan di SD perlu disesuaikan dengan berbagai kekhususan pendidikan di SD, terutama yang menyangkut karakteristik peserta didik, tujuan pendidikan, dan kemampuan para pendidik.
Kemudian dalam jenjang pendidikan menengah pertama (SMP) maupun pendidikan menengah atas (SMA) konselor berperan memfasilitasi peserta didik agar mampu mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun yang berkaitan dengan karier.



DAFTAR PUSTAKA

Fiah, Rifda El. 2017. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Gumilang, Galang Surya. 2017. Niche Konselor di Indonesia dalam Pendidikan Formal. Jurnal Fokus Konseling, Vol. 3, No. 2.
Hastiani. 2014. Model Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling Dengan Guru Mata Pelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpesonal Siswa Cerdas Istimewa, Jurnal Edukasi, Vol. 1, No. 1.
Lesmana, Jeanete Murrad. 2007. Dasar-dasar konseling. Jakarta : UPI Press.
Marianne, Robert. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : PT Refika Aditama.
Risaldi, Sabil dan Idris, Meity H. 2014. Bimbingan dan Konseling Implementasi pada PAUD. Jakarta : Luxima.
Safara.2005. Metode Pengembangan Kecerdasan Interpesonal Anak. Yogyakarta : Amara Books.
Setianingsih, Eka Sari. 2016. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Memberikan Layanan Bimbingan Belajar Di SD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Vol. 6 No. 1.
Sudrajat, Ahmad. 2008. Tujuan bimbingan dan konseling. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Suri, Dharlinda. 2014. Peranan Guru Taman Kanak-Kanak dalam Membantu Mengatasi Siswa Bermasalah. Lentera STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 2.
Tohirin. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : Rajawali Pers.
Wardati dan Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi dan Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.



[1] Galang Surya Gumilang, Niche Konselor di Indonesia dalam Pendidikan Formal, Jurnal Fokus Konseling, Vol. 3, No. 2, 2017, hal. 196.
[2] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), hal. 37.
[3] Rifda El Fiah, Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2017), hal. 27.
[4] Dharlinda Suri, “Peranan Guru Taman Kanak-Kanak dalam Membantu Mengatasi Siswa Bermasalah”, LENTERA STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 2, 2014, hal. 6.
[5] Sabil Risaldi dan Meity H. Idris, Bimbingan dan Konseling Implementasi pada PAUD, (Jakarta : Luxima, 2014), hal. 7.
[6] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung : PT Refika Aditama, 2006), cet. 1, hal. 51.
[7] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling...., hal. 52.
[8] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling..., hal. 53.
[9] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling..., hal. 54.
[10] Eka Sari Setianingsih, Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Memberikan Layanan Bimbingan Belajar Di SD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Vol. 6 No. 1, 2016, hal. 84.
[11] Eka Sari Setianingsih, Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Memberikan Layanan Bimbingan Belajar Di SD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Vol. 6 No. 1, 2016, hal. 85.
[12] Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi dan Bimbingan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Prestasi Pustakaraya, 2011). hal. 67.
[13] Robert Marianne, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2011),  hal. 92-95.
[14] Galang Surya Gumilang, Niche Konselor di Indonesia dalam Pendidikan Formal, Jurnal Fokus Konseling, Vol. 3, No. 2, 2017. hal. 196.
[15] Safara, Metode Pengembangan Kecerdasan Interpesonal Anak, (Yogyakarta : Amara Books, 2005). hal. 3.
[16] Hastiani, Model Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling Dengan Guru Mata Pelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpesonal Siswa Cerdas Istimewa, Jurnal Edukasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2014. hal. 66.
[17] Jeanete Murrad Lesmana, Dasar-dasar konseling, (Jakarta : UPI Press, 2007), hal. 16.
[18] Ahmad Sudrajat, Tujuan bimbingan dan konseling, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2008), hal. 38.

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer