BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, dimana di sekolah
terdapat peserta didik yang membutuhkan suatu perhatian yang dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Sekolah memiliki banyak sekali
kegiatan, sehingga perlu adanya suatu manajemen sekolah yang baik agar
kegiatan-kegiatan di sekolah dapat di laksanakan dengan baik. Siswa atau
peserta didik merupakan salah satu objek penerima layanan bimbingan dan
konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan bimbingan dan konseling
di sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan membuat suatu
perencanaan penyusunan program terlebih dahulu untuk kelancaran pelaksanaan
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling dalam
lingkup pendidikan formal merupakan seting terbesar dari layanan bimbingan dan
konseling, sehingga layanan konselor di sekolah merupakan fondasi/dasar
pembentukan manusia dan komunitas.[1] Konselor
memberi perhatian kepada siswa dan dapat bekerja sama dengan orang tua dan
guru. Konselor fokus pada pencapaian tugas-tugas dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Dengan makalah inilah, kami
menerangkan tetang memahami kinerja konselor di jenjang pendidikan dari TK, SD,
SMP, SMA.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kinerja di jenjang TK dan bentuk kolaborasi dengan guru?
2.
Bagaimana
kinerja di jenjang SD dan bentuk kolaborasi dengan guru?
3.
Bagaimana
kinerja di jenjang SMP dan bentuk kolaborasi dengan guru?
4.
Bagaimana
kinerja di jenjang SMA dan bentuk kolaborasi dengan guru?
C.
Tujuan Penulisan Masalah
1.
Untuk
mengetahui kinerja di jenjang Tk dan bentuk kolaborasi dengan guru.
2.
Untuk
mengetahui kinerja di jenjang SD dan bentuk kolaborasi dengan guru.
3.
Untuk
mengetahui kinerja di jenjang SMP dan bentuk kolaborasi dengan guru.
4.
Untuk
mengetahui kinerja di jenjang SMA dan bentuk kolaborasi dengan guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kinerja BK di Jenjang TK dan Kolaborasi dengan Guru
Pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai jenjang dan jenis, salah
satunya adalah pendidikan taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak merupakan salah
satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi
anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Pendidikan prasekolah
adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan
dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur
pendidikan luar sekolah.[2]
Tujuan bimbingan di taman kanak-kanak beranjak dari perkembangan
anak dan kemungkinan berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak.
Karena dalam setiap pencapaian perkembangan yang optimal anak pasti mengalami
hambatan dan kesulitan yang berbeda-beda. Maka dari itu sangatlah diperlukan
bimbingan dan konseling terhadap anak usia dini atau anak pada jenjang Taman
Kanak-Kanak (TK). Bimbingan di taman
kanak-kanak bertujuan membantu anak didik
agar dapat mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat
menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan
di sekolah dan masyarakat sekitar anak.[3]
Peran BK dan guru sangat penting dalam membantu peserta didik pada
masa-masa perkembangannya. Dengan adanya kolaborasi antara BK dan guru maka
akan lebih mudah dalam membimbing dan menyelesaikan permasalahan atau kesulitan
yang dialami peserta didik. Adapun peran BK dan guru :
1)
Membantu
anak lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifatnya, kebiasaannya dan
kesenangannya. Setiap anak didik di taman kanak-kanak memiliki karakteristik
masing-masing baik sifat, kemampuan, kebiasaan bahkan kesenangannya.
Karakteristik setiap anak berbeda satu sama lain. Bimbingan di taman
kanak-kanak berupaya membantu anak didik untuk mengenali berbagai karakteristik
yang dimilikinya.
2)
Membantu
anak mengembangkan potensi yang dimilikinya. Setiap anak didik di taman
kanak-kanak memiliki berbagai potensi dan potensi ini perlu dikembangkan
seoptimal mungkin. Bimbingan di taman kanak-kanak berupaya membantu anak
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
3)
Membantu
anak mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Walaupun usia anak taman
kanak-kanak masih tergolong relatif
muda, tetapi tidak menutup kemungkinan anak di usia itu juga mengalami berbagai
kesulitan, misal anaknya yang sesuai dengan taraf kemampuan intelektual, fisik dan sosial emosionalnya.[4]
Oleh karena itu guru perlu memiliki kemampuan untuk mengetahui
berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak didiknya dan berupaya untuk
membantunya semaksimal mungkin. Selain dari itu, guru juga perlu berorientasi
pada upaya perkembangan anak sesuai
dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anak. Artinya, bahwa proses
bantuan yang dilakukan guru di taman kanak-kanak bukan semata-mata membantu
mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatanyang dihadapi anak, akan tetapi
lebih dari itu yakni membantu proses perkembangan anak sehingga anak dapat
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin tanpa mengalami hambatan.[5]
B.
Kinerja BK di Jenjang SD dan Kolaborasi dengan Guru
Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di Sekolah
Dasar (SD) agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat
berkembang secara optimal. Pelayanan bimbingan di SD perlu disesuaikan dengan
berbagai kekhususan pendidikan di SD, terutama yang menyangkut karakteristik
peserta didik, tujuan pendidikan, dan kemampuan para pelaksananya yaitu guru
kelas.
1)
Karakteristik
Siswa SD
Siswa SD adalah mereka yang berusia
sekitar 6-13 tahun yang sedang menjalani tahap perkembangan masa anak-anak dan memasuki
masa remaja awal. Tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa SD
adalah[6] :
- Menanamkan serta mengembangkan kebiasaan
dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- Mengembangkan keterampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan berhitung;
- Mengembangkan konsep-konsep yang perlu
dalam kehidupan sehari-hari;
- Belajar bergaul dan bekerja dengan
kelompok sebaya;
- Belajar menjadi pribadi yang mandiri;
- Mempelajari keterampilan fisik sederhana
yang diperlukan, baik untuk permainan maupun kehidupan;
- Mengembangkan kata hati, moral, dan
nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
- Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan
lingkungan;
- Belajar menjalankan peranan sosial sesuai
dengan jenis kelaminnya.
- Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan
lembaga-lembaga sosial;
- Mengembangkan pemahaman dan sikap awal
untuk perencanaan masa depan.
Dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya, anak sering menemui
hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan sehingga mereka banyak
bergantung kepada orang lain, terutama orang tua, dan guru. Oleh sebab itu,
anak usia SD memerlukan perhatian khusus dari para guru. Penyelenggaraan
pengajaran, pelatihan, dan bimbingan diharapkan dapat menunjang pencapaian
tugas-tugas perkembangannya itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan
tujuan pendidikan SD.
2)
Bidang
Bimbingan dan Konseling di SD
Pelayanan bimbingan dan konseling di
SD mengacu pada perkembangan siswa SD yang tengah beradaptasi dengan lingkungan
yang Iebih luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan,
nilai, dan norma-norma. Materi bimbingan dan konseling di SD termuat ke dalam
empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier.
Dalam bidang bimbingan pribadi,
pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD menemukan dan memahami,
serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bidang
bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD dalam
proses sosialisasi untuk mengenal serta berhubungan dengan lingkungan sosial
yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab.
Dalam bidang bimbingan belajar,
pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengembangkan kebiasaan
belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta
menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang Iebih tinggi.
Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
SD mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk karier masa depan.[7]
3)
Jenis-Jenis
Layanan Bimbingan dan Konseling di SD
Layanan bimbingan dan konseling di
SD meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran,
konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Layanan orientasi di SD ditujukan untuk siswa baru guna memberikan pemahaman dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. Hasil yang
diharapkan dari layanan orientasi ialah dipermudahnya penyesuaian siswa
terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan di sekolah lain
yang mendukung keberhasilan siswa. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh
layanan orientasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan informasi bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan,
dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi digunakan
sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar,
mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil
keputusan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh jenis layanan informasi
ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat,
yaitu berkenaan dengan posisi duduk dalam kelas, kelompok belajar, kegiatan
ekstrakurikuler, program latihan, serta kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan
kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh Iayanan penempatan
atau penyaluran ialah fungsi pencegahan dan perkembangan atau pemeliharaan.
Layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami serta mengembangkan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang
cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang
berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Fungsi utama bimbingan yang
didukung oleh Iayanan pembelajaran ialah fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Layanan konseling perorangan memungkinkan siswa mendapatkan Iayanan Iangsung secara tatap muka
dengan guru kelas atau pembimbing dalam pembahasan dan pengentasan
permasalahannya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan
ialah fungsi pengentasan.[8]
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan
sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga,
dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan dapat juga dipergunakan sebagai acuan
untuk mengambil keputusan. Lebih jauh dengan layanan bimbingan kelompok para
siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan
membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai yang berhubungan
dengan hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani
permasalahan yang dibahas didalam kelompok. Dengan demikian, selain dapat
membuahkan hubungan yang baik di antara anggota kelompok, kemampuan
berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi, dan kondisi
lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai
hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok. Fungsi utama
bimbingan yang didukung oleh Iayanan bimbingan kelompok ialah fungsi pemahaman
dan pengembangan.
Layanan konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan
pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Layanan konseling
kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana
kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok
ialah fungsi pengentasan.[9]
Oleh sebab itu pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling belajar di SD dapat dilakukan dengan
pelaksanaan kegiatan jenis-jenis layanan sebagai berikut :
a)
Aplikasi layanan bimbingan belajar di SD
meliputi kegiatan berikut :
1.
Layanan orientasi, dilakukan dalam bentuk
pengenalan siswa terkait dengan lingkungan sekolah, lokasi perpustakaan, letak
buku-buku, ruang guru, administrasi serta
personil guru dan karyawan.
2.
Layanan informasi, dilakukan dalam rangka
memberikan penjelasan tentang tata tertib sekolah, jadwal pelajaran, dan aktivitas
belajar mengajar.
3.
Layanan penempatan dan penyaluran, terkait
dengan akademik atau belajar adalah penempatan kelas, penempatan posisi duduk dalam
kelas.
4.
Layanan bimbingan cara belajar (klasikal,
kelompok, individual), pentingnya cara belajar tidak terlepas dari karakteristik khas
dari masing-masing materi pelajaran yang
dipelajari.
5.
Layanan himpunan data, antara lain biodata
siswa, latar belakang keluarga (sosial-ekonomi-budaya), riwayat pendidikan,
prestasi belajar, kesehatan dan lain
sebagainya.[10]
6.
Layanan tampilan pustaka (bibliografi),
layanan ini menonjolkan adanya kelengkapan buku-buku perpustakaan yang
menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
b)
Aplikasi layanan konseling belajar di SD
meliputi kegiatan berikut :
1.
Layanan konseling kelompok dan individual
dalam rangka pemecahan masalah-masalah disiplin belajar, cara belajar, manajemen
waktu dan lain sebagainya
2.
Layanan konsultasi, dilakukan dengan pihak
yang dianggap memiliki kewenanagan terhadap siswa misalnya kepala sekolah,
orangtua.
3.
Layanan konferensi kasus, dilakukan dengan
melibatkan seluruh unsur pendidikan dan tenaga kependidikan untuk memecahkan
problematika individual maupun kelompok.
4.
Layanan kunjungan rumah (home visit),
dilakukan untuk mendapatkan data riil dan fakta aktivitas siswa serta pendapat
orangtua, tetangga, dan saudaranya tentang
aktivitas belajar, sekolah serta permasalahan lainnya.
5.
Layanan alih tangan kasus (referal).
dilakukan dalam rangka pemecahan masalah siswa yang sudah merupakan diluar
kewenangan maupun tanggungjawab guru.[11]
C.
Kinerja BK di Jenjang SMP dan Kolaborasi dengan Guru
Dalam jenjang pendidikan menengah pertama (SMP) konselor berperan
memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi diri yang
ada pada konseli, mengenali diri, menumbuhkan kemandirian. Konselor dapat
berperan dalam memfasilitasi peserta didik agar mampu mengambil keputusan
penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun yang
berkaitan dengan karier.[12] Dalam
melakukan bimbingan dan konseling seorang konselor dapat bekerja sama dengan
pihak-pihak lain, seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran dan orang tua.
Berikut merupakan peran konselor dalam lingkup sekolah menengah pertama:[13]
1)
Orientasi
Siswa
Hal ini mencakup orientasi awal peserta didik dan orang tuanya bagi
program, fasilitas kebijakan dan aktivitas siswa disekolah baru, dan kemudian
orientasi pra-masuk Sekolah Menengah Atas yang akan dituju oleh peserta didik
setelah lulus nantinya.
2)
Aktivitas
Penaksiran dan Asesmen
Sebagai tambahan bagi rekaman sekolah yang tipikal dan data tes
standar, para konselor bisa menggunakan observasi ataupu teknik lainnya untuk mengidentifikasi
sifat-sifat yang muncul dari setiap individu peserta didik.
3)
Konseling
Baik konseling secara individu individu maupun kelompok seharusnya
digunakan oleh para konselor sekolah secra maksimal untuk usia peserta didik di
jenang Sekolah Menengah Pertama. Dan kebanyakan praktik menunjukan kalau
konseling kelompok sering digunakan dari pada konseling secara individu.
4)
Konsultasi
Para konselor dapat menyediakan konsultasi kepada sekolah yang
dilayaninnya, orang tua dan administrator yang terkait kebutuhan dan
penyesuaian diri peserta didik setiap individu. Para konselor juga dapat
berkomunikasi dengan para penolong profesional yang masih berkaitan dengan sistem sekolah.
5)
Penempatan
Para konselor biasanya
terlihat dalam pelajaran dan penempatan kelas yang tepat bagi para peserta
didik. Penempatan biasanya dilakukan sesuai kebutuhan peserta didik, terkadang
didasarkan kepada kemampuan siswa.
6)
Perkembangan
Siswa
Dalam perkembanagn peserta didik Sekolah Menengah Pertama harus
lebih mendapat perhatian yang khusus adri para konselor sekolah, guru-guru, dan
para penolong profesional lainnya seperti, psikolog. Artinya konselor harus
memahami betul karakteristik peserta didik.
Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan
bimbingan dan konseling) di tingkat sekolah menengah pertama telah ada sejak
tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling.
Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran
dan posisi/ tempat yang jelas. Peran konselor, sebagai salah satu komponen
student support services, adalah mensuport perkembangan aspek-aspek pribadi,
sosial, karier, dan akademik peserta didik.
Berikut adalah tugas perkembangan masa remaja yang masuk pada kategori
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP):[14]
a.
Memiliki
hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
b.
Memiliki
peran kedewasaan atau feminin.
c.
Menerima
keadaan fisik yang dimiliki dan menggunakannya secara efektif.
d.
Memiliki
kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa lain.
e.
Mengembangkan
pemahaman tentang pernikahan dan kehidupan berkeluarga.
f.
Mulai
berusaha mandiri secara ekonomik dan memiliki aktivitas menghasilkan.
g.
Memiliki
sistem nilai dan etika sebagai panduan berperilaku.
h.
Menginginkan
dan memiliki perilaku yang merupakan perwujudan tanggung jawab sosial.
Proses pendidikan yang bersifat humanistik, mampu membimbing
peserta didik untuk mengenal, mengarahkan serta menyalurkan potensi berdasarkan
nilai-nilai yang berlaku di kehidupan masyarakat dan sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Upaya untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu
menunjukkan keunggulan diri, melalui proses pendidikan bermutu yang mencangkup
pada akademik dan ketrampilan hidup.[15]
Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor berkolaborasi dengan
guru mata pelajaran dalam upaya memperoleh informasi tentang siswa mengenai
prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya, membantu menyelesaikan masalah
siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran. Kolaborasi dalam bahasa inggris adalah “colaborative”
atau “colaboration” yang berarti bekerjasama. Idol dan Berran dalam
Schmidt, (2003:60) bahwa “in collaborative planning and implementing are joint effort” dalam perencanaan dan
pelaksanaan kolaboratif terdapat usaha bersama. Kolaborasi melibatkan guru mata
pelajaran maupun guru Bimbingan dan
Konseling atau Konselor yang bekerja sama pada bidang keterampilan komunikasi interpersonal,
sehingga siswa mampu mengakomodasi membina pertemanan, mampu berkomunikasi
tidak hanya dengan teman melainkan kepada seluruh personil lingkungan
sekolah. Vigotsky dalam Thalib (2010:92)
menyatakan “interaksi sosial merupakan landasan terjadinya perkembangan
kognitif. Selain itu, perkembangan biologis dan kultural tidak dapat dipisahkan
dalam perkembangan kognitif anak”. [16]
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan
konseling dengan guru dapat berkolaborasi dalam upaya memperoleh informasi
tentang siswa mengenai prestasi belajar,
kehadiran dan kepribadiannya. Serta membantu siswa dalam menyelesaikan masalah
dengan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan.
D.
Kinerja BK di Jenjang SMA dan Kolaborasi dengan Guru
BK bertujuan untuk memandirikan siswa agar dapat mencapai potensi
yang optimal dalam aspek pribadi, sosial, akademik, dan karier. Konselor
sebagai manajer dalam layanan BK mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar
terhadap keberhasilan pencapaian tujuan siswa. Peran dan tanggung jawab
tersebut, menuntut konselor untuk menunjukkan kinerja yang sesuai kompetensi
akademik dan standar kompetensi profesional.
Anak SMA adalah individu yang sedang dalam proses perkembangan
apalagi ia adalah seorang siswa, tentu banyak masalah yang dihadapinya baik
masalah pribadi, sosial maupun akademik dan masalah-masalah lainnya. Kenyataan
bahwa tidak semua siswa mampu menyelesaikan sendiri masalah pribadinya yang
sedang dihadapi. Maka tujuan bimbingan dan konseling pada jenjang SMA adalah
agar siswa yang dibimbing memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya serta mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pada masa SMA antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun merupakan masa
transisi dari masa anak-anak kemasa dewasa. Mereka banyak mengalami konflik
karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.[17]
Peran BK dan guru sangat penting, karena demi tercapainya program
layanan bimibingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling memerlukan
bantuan dari guru bidang studi. Bantuan tersebut dibutuhkan dalam upaya
memfasilitasi peserta didik baik secara pengembangan potensi maupun
penyelesaian masalah. Kerja sama yang baik antara guru bimbingan dan konseling
(konselor) dan guru bidang studi di sekolah akan mampu mengoptimalkan potensi
peserta didik serta layanan bimbingan dan konseling bisa terlaksana secara
maksimal. Dengan adanya kolaborasi antara gutu dan BK akan lebih mudah
menyelesaikan permasalahan atau kesulitan siswa. Peran BK dan guru[18] antara
lain :
1)
Membantu
dan memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2)
Membantu
guru pembimbing/ konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa tersebut.
3)
Membantu
mengembangkan suasana kelas,hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang
menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling.
4)
Membantu
guru mata pelajaran melaksanakan perannyadalam pelayanan bimbingan dan
konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai jenjang dan jenis, salah satunya
adalah pendidikan taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak (TK) merupakan salah
satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi
anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Bimbingan di taman
kanak-kanak bertujuan membantu anak didik agar dapat mengenal dirinya dan
lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan
dari kehidupan di rumah ke kehidupan di sekolah dan masyarakat sekitar anak.
Selanjutnya juga ada pelayanan bimbingan dan konseling yang perlu
diselenggarakan di Sekolah Dasar (SD) agar pribadi dan segenap potensi yang
dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Pelayanan bimbingan di SD perlu
disesuaikan dengan berbagai kekhususan pendidikan di SD, terutama yang menyangkut
karakteristik peserta didik, tujuan pendidikan, dan kemampuan para pendidik.
Kemudian dalam jenjang pendidikan menengah pertama (SMP) maupun pendidikan
menengah atas (SMA) konselor berperan memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan
pendidikan maupun yang berkaitan dengan karier.
DAFTAR PUSTAKA
Fiah, Rifda El.
2017. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Gumilang, Galang
Surya. 2017. Niche Konselor di Indonesia dalam Pendidikan Formal. Jurnal
Fokus Konseling, Vol. 3, No. 2.
Hastiani. 2014.
Model Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling Dengan Guru Mata Pelajaran Untuk
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpesonal Siswa Cerdas Istimewa, Jurnal
Edukasi, Vol. 1, No. 1.
Lesmana, Jeanete Murrad. 2007. Dasar-dasar konseling. Jakarta
: UPI Press.
Marianne, Robert. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Nurihsan,
Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung : PT Refika Aditama.
Risaldi, Sabil
dan Idris, Meity H. 2014. Bimbingan dan Konseling Implementasi pada PAUD.
Jakarta : Luxima.
Safara.2005. Metode
Pengembangan Kecerdasan Interpesonal Anak. Yogyakarta : Amara Books.
Setianingsih,
Eka Sari. 2016. Peranan
Bimbingan dan Konseling dalam Memberikan Layanan Bimbingan Belajar Di SD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Vol.
6 No. 1.
Sudrajat, Ahmad.
2008. Tujuan bimbingan dan konseling. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Suri, Dharlinda.
2014. Peranan Guru Taman Kanak-Kanak dalam Membantu Mengatasi Siswa Bermasalah.
Lentera STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 2.
Tohirin. 2009. Bimbingan
dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : Rajawali Pers.
Wardati dan
Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi dan Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta
: Prestasi Pustakaraya.
[1] Galang Surya
Gumilang, Niche Konselor di Indonesia dalam Pendidikan Formal, Jurnal Fokus
Konseling, Vol. 3, No. 2, 2017, hal. 196.
[2] Tohirin, Bimbingan
dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009),
hal. 37.
[3] Rifda El Fiah,
Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2017), hal. 27.
[4] Dharlinda
Suri, “Peranan Guru Taman Kanak-Kanak dalam Membantu Mengatasi Siswa Bermasalah”,
LENTERA STKIP-PGRI Bandar Lampung, Vol. 2, 2014, hal. 6.
[5] Sabil Risaldi
dan Meity H. Idris, Bimbingan dan Konseling Implementasi pada PAUD,
(Jakarta : Luxima, 2014), hal. 7.
[6] Achmad Juntika
Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2006), cet. 1, hal. 51.
[7] Achmad Juntika
Nurihsan, Bimbingan dan Konseling...., hal. 52.
[8] Achmad Juntika
Nurihsan, Bimbingan dan Konseling..., hal. 53.
[9] Achmad Juntika
Nurihsan, Bimbingan dan Konseling..., hal. 54.
[10] Eka Sari
Setianingsih, Peranan Bimbingan dan Konseling dalam
Memberikan Layanan Bimbingan Belajar Di SD, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Vol. 6 No. 1, 2016, hal.
84.
[11] Eka
Sari Setianingsih, Peranan Bimbingan dan Konseling dalam
Memberikan Layanan Bimbingan Belajar Di SD, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang Vol. 6 No. 1, 2016, hal.
85.
[12] Wardati dan
Mohammad Jauhar, Implementasi dan Bimbingan Konseling di Sekolah, (Jakarta
: Prestasi Pustakaraya, 2011). hal. 67.
[13] Robert
Marianne, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2011),
hal. 92-95.
[14] Galang Surya
Gumilang, Niche Konselor di Indonesia dalam Pendidikan Formal, Jurnal Fokus
Konseling, Vol. 3, No. 2, 2017. hal. 196.
[15] Safara, Metode
Pengembangan Kecerdasan Interpesonal Anak, (Yogyakarta : Amara Books,
2005). hal. 3.
[16] Hastiani,
Model Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling Dengan Guru Mata Pelajaran Untuk
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpesonal Siswa Cerdas Istimewa, Jurnal
Edukasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2014. hal. 66.
[17] Jeanete Murrad
Lesmana, Dasar-dasar konseling, (Jakarta : UPI Press, 2007), hal. 16.
[18] Ahmad Sudrajat,
Tujuan bimbingan dan konseling, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2008),
hal. 38.
No comments:
Post a Comment