Monday, July 06, 2020

STRATEGI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier. Semua perubahan prilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik.[1]
Bimbingan konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli utuk mengembangkan potensi dirinya ataupun memecahkan permasalahan yang dialaminya.
Perlu kita ketahui bahwa seorang klien (konseli) yang ditangani oleh seorang konselor memiliki karakteristik yang bermacam-macam antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu seorang konselor harus mengetahui dan memahami akan strategi-strategi dalam menangani bermacam-macam masalah yang dimiliki oleh setiap klien (konseli) sehingga ia mampu memberikan bantuan kepada klien secara maksimal untuk mencari jalan keluar akan masalahnya dengan strategi yang baik dan benar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian strategi bimbingan dan konseling ?
2.      Apa saja jenis dari strategi dalam bimbingan dan konseling ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian strategi bimbingan dan konseling.
2.      Untuk mengetahui apa saja jenis dari strategi dalam bimbingan dan konseling.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Strategi Bimbingan dan Konseling
Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, yang terdiri dari kata stratos (militer) dan ago (mempimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Pada awalnya, strategi berarti kegiatan memimpin militer dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan. Kemudian hal tersebut banyak diterapkam pula dalam bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan, dan pendidikan. Dengan makin luasnya penerapan strategi, Mintberg dan Waters (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan. Hardy, Langley, dan Rose (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) mengemukakan bahwa strategi dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.[2]
Strategi bimbingan dan konseling terdiri dari konseling individual, konsultasi, konseling kolempok dan bimbingan kelompok.
B.     Strategi dalam Bimbingan dan Konseling
1.      Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi.
Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu:
a.       Menghampiri klien (attending);
b.      Empati;
c.       Refleksi;
d.      Eksplorasi;
e.       Menangkap pesan utama;
f.        Bertanya untuk membuka percakapan;
g.      Beranya tertutup;
h.      Dorongan minimal;
i.        Interpretasi;
j.        Mengarahkan;
k.      Menyimpulkan sementara;
l.        Memimpin;
m.    Memfokuskan;
n.      Konfrontasi;
o.      Menjernihkan;
p.      Memudahkan;
q.      Diam;
r.        Mengambil inisiatif;
s.       Memberi nasihat;
t.        Memberi informasi;
u.      Merencanakan; dan
v.      Menyimpulkan.[3]

Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan diantaranya, yaitu:
1.      Tahap Awal Konseling
Menurut Cavanagh (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) menyebut tahap awal ini dengan istilah introduction, invitation, and environmental support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal adalah sebagai berikut:
a.       Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah.
Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien. Hubunga tersebut dinamakan a working relationship,  yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Kunci keberhasilan tahap ini diantaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan keterbukaan klien. Konselor hendaknya mampu menunjukkan kemampuanya untuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-pura, asli mengerti dan menghargai klien.
b.      Memperjelas dan mendiskripsikan masalah.
Pada tahap ini tugas konselor adalah membantu mengembangkan potensi klien sehingga klien dengan kemampunya dapat mengatasi masalahnya. Untuk mengatasi masalahnya  terlebih dahulu klien harus mampu menjelaskan masalahnya tersebut. Tugas konselor adalah membantu menjelaskan masalah yang dialami klienya.
c.       Membuat pejajakan alternative bantuan untuk mengatasi masaah.
Konselor berusaha mejajaki kemungkinan rancangan bantuan  yamg mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan lingkungannya yang tepat untuk mengatsi masalah klienya.
d.      Menegosiasikan kontrak.
Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat, tugas dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainya dengan pihak-pihak yang akan membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Dalam kontrak ini, konselor mengajak klien dan pihak lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya.[4]
2.      Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Pada tahap ini difokuskan pada; 1) penjelajahan masalah yang dialami klien, dan 2) bantuan yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali yang telah dijelajah tentang masalah klien. Menurut Cavanagh (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) menyebut tahap ini sebagai tahap action.
Tujuan pada tahap pertengahan adalah sebgai berikut:
a.       Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan linkungannya dalam mengatasi masalah.
b.      Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
c.       Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.[5]
3.      Tahap Akhir Konseling
Menurut Cavanagh (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut:
1.      Menurunya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.
2.      Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik.
3.      Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
4.      Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Adapun tujuan  dari tahap ini adalah:
a.       Terjadinya transfer of learning pada diri klien
b.      Melaksanakan perubahan perilaku klien agar mampu mengatsi masalahnya; dan
c.       Mengakhiri hubungan konseling.[6]
2.      Konsultasi
Konsultasi adalah salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seorang yang profesional. Brown dkk (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) menegaskan bahwa konsultasi bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa, tetapi secara tidak langsung melayani siswa melalui bantuan yang diberikan orang lain.[7]
Jadi, konsultasi adalah bantuan dari konselor kepada klien dimana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, yang membahas tentang masalah pihak ketiga, yaitu orang yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orang tuanya. Bantuan yang diberikan biasanya terkait dengan proses memandirikan konsulti agar mampu menghadapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya.
Pengertian tersebut mengindikasikan bahwa konsultasi sebagai bagian dari pelayanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan oleh guru pembimbing atau konselor sekolah kepada orang-orang dilingkungan peserta didik yang disebut sebagai pelanggan atau konsulti seperti orang tua, guru, atau saudara bahkan teman akrab yang peduli dengan kondisi atau masalah yang dihadapi individu yang menjadi tanggungjawabnya (sebagai pihak ketiga yang dikonsultasikan).[8]
Marsudi, (dikutip: Any Susilowati, Implementasi Layanan Konsultasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik) menyatakan bahwa konsultasi mengandung 4 aspek, yaitu konsultan, konsulti, klien atau konseli, dan proses konsultasi itu sendiri.
1.      Konsultan adalah individu yang secara profesional memiliki kewenangan untuk memberikan bantuan kepada konsulti dalam upaya  mengatasi masalah klien atau konseli.
2.      Konsulti adalah individu atau seorang profesional yang secara langsung memberikan bantuan pemecahan masalah terdapat konseli atau klien.
3.      Klien atau konseli adalah pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai masalah dengan kata lain pihak ketiga yang dikonsultasikan.
4.      Konsultasi adalah proses dari pemberian bantuan dalam upaya mengatasi masalah klien atau konseli secara tidak langsung.[9]
Adapaun tujuan konsultasi adalah sebagai  berikut:
a.       Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah.
b.      Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting
c.       Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar
d.      Memperluas layanan dari para ahli
e.       Mempeluas layanan pendidikan dari guru dan administrator
f.        Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku
g.      Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik.
h.      Menggerakkan organisasi yang mandiri.
Ada lima langkah proses konsultasi adalah sebagai berikut:
1.      Menimbulkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada konsulti
2.      Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan
3.      Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan
4.      Melakukan pemecahan masalah
5.      Melakukan alternative lain apabila masalah belum terpecahkan.[10]
3.      Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa).[11] Bimbingan  kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan danperkembangan individu, dalam arti bahwa bimbingan kelompok itu memberi dorongan dan motivasi kepada individu untuk mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki secara optimal. Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (konselor) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan.[12]
Bimbingan kelompok adalah bentuk layanan bimbingan  yang diberikan kepada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 sampai 12 peserta didik. Kegiatan bimbingan kelompok dapat memberikan manfaat dimana setiap siswa dapat saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, dalam mengemukakan ide atau pendapat, memperluas wawasan, memberikan pelajaran mengenai lingkungan, dan bentuk dinamika kelompok bagi para anggota kelompok.
Hal ini senada dengan yang apa yang dikemukakan Siti Hartinah (dikutip: Noor Jannah, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Pemilihan Kegiatan Extrakurikuler di SMP Negeri 1 Rantau”, 2015) bahwa: kegunaan bimbingan kelompok memang sangat besar dan dapat dikemukakan antara lain melalui bimbingan kelompok murid dilatih menghadapi suatu tugas bersama atau memecahkan suatu masalah bersama, dalam mendiskusikan sesuatu bersama, murid di dorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain.
Selain itu, pelaksanaan bimbingan kelompok memiliki kelebihan yaitu siswa dapat mengenal dirinya melalui teman-teman dalam kelompok, anak dapat membandingkan potensi dirinya dan sebaliknya, melalui kelompok dapat menghilangkan beban-beban moril seperti malu, kurang percaya diri, penakut dan sebagainya.[13]Penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, berikut adalah kegiatanya:
1.      Langkah awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan dan kegunaan bimbingan kelompok. Langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok. 
2.      Perencanaan kegiatan. Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan:
a.       Materi layanan;
b.      Tujuan yang ingin dicapai;
c.       Sasaran kegiatan;
d.      Bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok;
e.       Rencana penilaian; dan
f.        Waktu dan tempat
3.      Pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang telah direncanakan selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:
a.       Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengakapanya); persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi. Mengenai persiapan ketarampilan, untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, guru pembimbing diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik berikut ini.
1)        Teknik umum, yaitu “Tiga M”: mendengar dengan baik, memahami secara penuh, dan merespon secara cepat dan positif.
2)      Keterampilan memberikan tanggapan
3)      Keterampilan memberikan pengarahan.
b.      Pelaksanan tahap-tahap pelaksanaan .
a)      Tahap pembentukan
Temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Meliputi kegiatan:
1.    Mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan  kelomppk;
2.      Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok;
3.      Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri;
4.      Teknik khusus; dan
5.      Permainan penghangatan/pengakraban.
b)      Tahap peralihan
Meliputi kegitan:
1.     Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap   berikutnya;
2.      Menawarkan atau megamati apakah anggota sudah siap menjalankan pada tahap selanjutnya;
3.      Membahas suasana yang terjadi;
4.      Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; dan
5.      Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau tahap pembentukan.
c)      Tahap kegiatan
Meliputi kegiatan:
1.    Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik;
2.    Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topic yang dikemukakan pemimpin kelompok;
3.      Anggota membahas masalah atau topic tersebut secara mendalam dan tuntas; dan
4.      Kegiatan selingan.[14]
4.      Evaluasi kegiatan
Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis. Peserta juga diminta untuk mengemukakan (baik lisan maupun tertulis) tentang hal-hal yang paling berharga dan atau kurang disenangi selama kegitan bimbingan kelompok.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. Penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian “dalam proses” yang dapat dilakukan melalui:
a.    Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung;
b.      Mengungkapakan pemahaman peserta atas materi yang dibahas;
c.       Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok dan perolehan hasil dari keikutsertaan peserta;
d.      Mengungkapkan minat dan sikap tentang kemungkinan kegiatan lanjutan; dan
e.       Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
5.      Analisis dan tindak lanjut.
Hasil penilaian kegitan bimbinga kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggeraan bimbingan kelompok. Dalam analisis tersebut, hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkanya pembahasan topic atau masalah yang telah dibahas sebelumnya. Tindak lanjut dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegitan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.[15]
4.      Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhanya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien-klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupanya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dimana konseling kelompok memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya sesuai dengan minatnya sendiri.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok yaitu terdiri dari (1) tahap pembetukan; (2) tahap peralihan; (3) tahap kegiatan; dan (4) tahap pengakhiran. Tahap pembentukan temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. Tahap peralihan teamanya pembangunan jembatan anatara tahap pertama dan tahap ketiga. Tahap kegiatan temanya kegiatan pencapaian tujuan. Tahap pengakhiran temanya penilain dan tindak lanjut.[16]
Langkah-langkah konseling yang dilaksanakan dalam proses konseling kelompok ditujukan untuk mengubah perilaku konseli. Perubahan di harapkan terjadi karena dampak positif dari proses kelompok yang diikuti.[17]
Aplikasi konseling kelompok pada kelompok umur dapat dilakukan dalam katergori kelompok untuk anak-anak, kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok lanjut usia.[18]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Strategi bimbingan dan konseling adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.
2.      Strategi dalam Bimbingan dan Konseling meliputi:
a.       Konseling Individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa).
b.      Konsultasi adalah bantuan dari konselor kepada klien dimana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, yang membahas tentang masalah pihak ketiga, yaitu orang yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orang tuanya.
c.       Bimbingan kelompok adalah bentuk layanan bimbingan  yang diberikan kepada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 sampai 12 peserta didik. Kegiatan bimbingan kelompok dapat memberikan manfaat dimana setiap siswa dapat saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, dalam mengemukakan ide atau pendapat, memperluas wawasan, memberikan pelajaran mengenai lingkungan, dan bentuk dinamika kelompok bagi para anggota kelompok.
d.      Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhanya.


B.     Saran
Setelah adanya kajian tentang strategi dalam bimbingan dan konseling sebagaimana yang telah dipaparkan dalam makalah, penulis berharap semoga kita sebagai calon guru PAI akan lebih baiknya mengetahui apa itu bimbingan konseling dan apa saja jenis strategi dalam bimbingan dan konseling, sehingga kita dapat menerapkannya dalam masa sekarang dan masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Jannah, Noor. 2015. “Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Pemilihan Extrakurikuler di SMP Negeri 1 Rantau”, Jurnal Mahasiswa BK An-Nur Vol. 1 No. 1
Juntika Nurihsan, Ahmad. 2012. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Kamaluddin. 2011. “Bimbingan dan Konseling”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17 No. 4
Nuril Laili Sulistyowati, Anis. 2015.  “Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol.10 No. 2.
Sanyata, Sigit. 2010. “ Teknik dan Strategi Konseling Kelompok”, Paradigma No. 09
 Susilowati, Any.  “Implementasi Layanan Konsultasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik”.


[1] H. Kamaluddin, “Bimbingan dan Konseling”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17 No. 4, 2011, hal. 448
[2] Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hal.  9-10
[3] Ibid, hal.10-12
[4] Ibid, hal.12-13
[5] Ibid, hal. 14-15
[6] Ibid, hal. 15
[7] Ibid, hal. 16
[8] Any Susilowati, “Implementasi Layanan Konsultasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik”, hal. 11-12
[9]Ibid, hal. 13
[10] Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hal. 16-17
[11]Ibid, hal. 17
[12] Anis Nuril Laili Sulistyowati, “Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol.10 No. 2, 2015, hal. 416
[13] Noor Jannah, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Pemilihan Extrakurikuler di SMP Negeri 1 Rantau”, Jurnal Mahasiswa BK An-Nur Vol. 1 No. 1, 2015, hal. 40
[14] Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hal. 17-20
[15] Ibid, hal. 20-21
                [16] Ibid, hal.21-22
[17] Sigit Sanyata, “ Teknik dan Strategi Konseling Kelompok”, Paradigma No. 09, 2010, hal. 111
[18] Ibid, hal. 113

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

LAYANAN DALAM BIMBUNGAN KONSELING

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Mengacu dari Permendikbud No. 111 Tahun 2014, pada pasal 3 , Lay...

Postingan Populer