BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan
upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun
karier. Semua perubahan prilaku tersebut merupakan proses perkembangan
individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui
interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan
pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai
pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan
peserta didik.[1]
Bimbingan konseling adalah proses
interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam rangka untuk membantu konseli utuk mengembangkan potensi dirinya
ataupun memecahkan permasalahan yang dialaminya.
Perlu kita ketahui bahwa seorang
klien (konseli) yang ditangani oleh seorang konselor memiliki karakteristik
yang bermacam-macam antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
seorang konselor harus mengetahui dan memahami akan strategi-strategi dalam
menangani bermacam-macam masalah yang dimiliki oleh setiap klien (konseli)
sehingga ia mampu memberikan bantuan kepada klien secara maksimal untuk mencari
jalan keluar akan masalahnya dengan strategi yang baik dan benar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian strategi bimbingan dan konseling ?
2.
Apa
saja jenis dari strategi dalam bimbingan dan konseling ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian strategi bimbingan dan konseling.
2.
Untuk
mengetahui apa saja jenis dari strategi dalam bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi Bimbingan dan Konseling
Istilah strategi berasal dari kata
benda strategos, yang terdiri dari kata stratos (militer) dan ago
(mempimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to
plan). Pada awalnya, strategi berarti kegiatan memimpin militer dalam
menjalankan tugas-tugasnya di lapangan. Kemudian hal tersebut banyak diterapkam
pula dalam bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan, dan pendidikan. Dengan
makin luasnya penerapan strategi, Mintberg dan Waters (dikutip: Achmad Juntika
Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) mengemukakan bahwa
strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan. Hardy, Langley, dan
Rose (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling, 2012) mengemukakan bahwa strategi dipahami sebagai rencana atau
kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan.
Berdasarkan beberapa pengertian
diatas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.[2]
Strategi bimbingan dan konseling
terdiri dari konseling individual, konsultasi, konseling kolempok dan bimbingan
kelompok.
B.
Strategi dalam Bimbingan dan Konseling
1.
Konseling Individual
Konseling individual adalah proses
belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang
konselor dan seorang konseli (siswa). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang
tidak dapat ia dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai
petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan
psikologi.
Banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu:
a.
Menghampiri
klien (attending);
b.
Empati;
c.
Refleksi;
d.
Eksplorasi;
e.
Menangkap
pesan utama;
f.
Bertanya
untuk membuka percakapan;
g.
Beranya
tertutup;
h.
Dorongan
minimal;
i.
Interpretasi;
j.
Mengarahkan;
k.
Menyimpulkan
sementara;
l.
Memimpin;
m.
Memfokuskan;
n.
Konfrontasi;
o.
Menjernihkan;
p.
Memudahkan;
q.
Diam;
r.
Mengambil
inisiatif;
s.
Memberi
nasihat;
t.
Memberi
informasi;
u.
Merencanakan;
dan
v.
Menyimpulkan.[3]
Secara umum proses konseling individual dibagi atas tiga tahapan
diantaranya, yaitu:
1.
Tahap
Awal Konseling
Menurut Cavanagh (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi
Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012) menyebut tahap awal ini dengan
istilah introduction, invitation, and environmental support. Adapun yang
dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal adalah sebagai
berikut:
a.
Membangun
hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah.
Pada tahap ini konselor berusaha
untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan
klien. Hubunga tersebut dinamakan a working relationship, yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan
berguna. Kunci keberhasilan tahap ini diantaranya ditentukan oleh keterbukaan
konselor dan keterbukaan klien. Konselor hendaknya mampu menunjukkan
kemampuanya untuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-pura, asli mengerti
dan menghargai klien.
b.
Memperjelas
dan mendiskripsikan masalah.
Pada tahap ini tugas konselor adalah
membantu mengembangkan potensi klien sehingga klien dengan kemampunya dapat
mengatasi masalahnya. Untuk mengatasi masalahnya terlebih dahulu klien harus mampu menjelaskan
masalahnya tersebut. Tugas konselor adalah membantu menjelaskan masalah yang
dialami klienya.
c.
Membuat
pejajakan alternative bantuan untuk mengatasi masaah.
Konselor berusaha mejajaki
kemungkinan rancangan bantuan yamg
mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan
lingkungannya yang tepat untuk mengatsi masalah klienya.
d.
Menegosiasikan
kontrak.
Kontrak konselor dengan klien
mengenai waktu, tempat, tugas dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung
jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainya dengan pihak-pihak yang
akan membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Dalam kontrak ini, konselor
mengajak klien dan pihak lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
kliennya.[4]
2.
Tahap
Pertengahan (Tahap Kerja)
Pada tahap ini difokuskan pada; 1)
penjelajahan masalah yang dialami klien, dan 2) bantuan yang akan diberikan
berdasarkan penilaian kembali yang telah dijelajah tentang masalah klien.
Menurut Cavanagh (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan
dan Konseling, 2012) menyebut tahap ini sebagai tahap action.
Tujuan pada tahap pertengahan adalah
sebgai berikut:
a.
Menjelajahi
dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan linkungannya dalam
mengatasi masalah.
b.
Menjaga
agar hubungan konseling selalu terpelihara.
c.
Proses
konseling agar berjalan sesuai kontrak.[5]
3.
Tahap
Akhir Konseling
Menurut Cavanagh (dikutip: Achmad
Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, 2012)
menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling
ditandai oleh beberapa hal berikut:
1.
Menurunya
kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan
kecemasannya.
2.
Adanya
perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik.
3.
Adanya
tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas
pula.
4.
Terjadinya
perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi
diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua,
teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Adapun tujuan dari tahap ini
adalah:
a.
Terjadinya
transfer of learning pada diri klien
b.
Melaksanakan
perubahan perilaku klien agar mampu mengatsi masalahnya; dan
c.
Mengakhiri
hubungan konseling.[6]
2.
Konsultasi
Konsultasi adalah salah satu
strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan
lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Konsultasi
dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seorang yang profesional.
Brown dkk (dikutip: Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling, 2012) menegaskan bahwa konsultasi bukan konseling atau
psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan
kepada siswa, tetapi secara tidak langsung melayani siswa melalui bantuan yang
diberikan orang lain.[7]
Jadi, konsultasi adalah bantuan dari
konselor kepada klien dimana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai
konsulti, yang membahas tentang masalah pihak ketiga, yaitu orang yang merasa
dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orang tuanya. Bantuan
yang diberikan biasanya terkait dengan proses memandirikan konsulti agar mampu
menghadapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya.
Pengertian tersebut mengindikasikan
bahwa konsultasi sebagai bagian dari pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan layanan yang diberikan oleh guru pembimbing atau konselor sekolah
kepada orang-orang dilingkungan peserta didik yang disebut sebagai pelanggan
atau konsulti seperti orang tua, guru, atau saudara bahkan teman akrab yang
peduli dengan kondisi atau masalah yang dihadapi individu yang menjadi
tanggungjawabnya (sebagai pihak ketiga yang dikonsultasikan).[8]
Marsudi, (dikutip: Any Susilowati,
Implementasi Layanan Konsultasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta
Didik) menyatakan bahwa konsultasi mengandung 4 aspek, yaitu konsultan,
konsulti, klien atau konseli, dan proses konsultasi itu sendiri.
1.
Konsultan
adalah individu yang secara profesional memiliki kewenangan untuk memberikan
bantuan kepada konsulti dalam upaya
mengatasi masalah klien atau konseli.
2.
Konsulti
adalah individu atau seorang profesional yang secara langsung memberikan
bantuan pemecahan masalah terdapat konseli atau klien.
3.
Klien
atau konseli adalah pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai masalah
dengan kata lain pihak ketiga yang dikonsultasikan.
4.
Konsultasi
adalah proses dari pemberian bantuan dalam upaya mengatasi masalah klien atau
konseli secara tidak langsung.[9]
Adapaun tujuan konsultasi adalah sebagai berikut:
a.
Mengembangkan
dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator
sekolah.
b.
Menyempurnakan
komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting
c.
Mengajak
bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar
d.
Memperluas
layanan dari para ahli
e.
Mempeluas
layanan pendidikan dari guru dan administrator
f.
Membantu
orang lain bagaimana belajar tentang perilaku
g.
Menciptakan
suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik.
h.
Menggerakkan
organisasi yang mandiri.
Ada lima langkah proses konsultasi adalah sebagai berikut:
1.
Menimbulkan
hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada konsulti
2.
Menentukan
diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan
3.
Mengembangkan
motivasi untuk melaksanakan kegiatan
4.
Melakukan
pemecahan masalah
5.
Melakukan
alternative lain apabila masalah belum terpecahkan.[10]
3.
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa).[11]
Bimbingan kelompok bersifat memberikan
kemudahan dalam pertumbuhan danperkembangan individu, dalam arti bahwa
bimbingan kelompok itu memberi dorongan dan motivasi kepada individu untuk
mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki secara optimal.
Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan
bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (konselor) pada sekelompok orang
dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan.[12]
Bimbingan kelompok adalah bentuk
layanan bimbingan yang diberikan kepada
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 sampai 12 peserta didik. Kegiatan
bimbingan kelompok dapat memberikan manfaat dimana setiap siswa dapat saling
menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, dalam mengemukakan ide atau
pendapat, memperluas wawasan, memberikan pelajaran mengenai lingkungan, dan
bentuk dinamika kelompok bagi para anggota kelompok.
Hal ini senada dengan yang apa yang
dikemukakan Siti Hartinah (dikutip: Noor Jannah, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Kelompok dalam Pemilihan Kegiatan Extrakurikuler di SMP Negeri 1 Rantau”, 2015)
bahwa: kegunaan bimbingan kelompok memang sangat besar dan dapat dikemukakan
antara lain melalui bimbingan kelompok murid dilatih menghadapi suatu tugas
bersama atau memecahkan suatu masalah bersama, dalam mendiskusikan sesuatu
bersama, murid di dorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai
pendapat orang lain.
Selain itu, pelaksanaan bimbingan
kelompok memiliki kelebihan yaitu siswa dapat mengenal dirinya melalui
teman-teman dalam kelompok, anak dapat membandingkan potensi dirinya dan
sebaliknya, melalui kelompok dapat menghilangkan beban-beban moril seperti malu,
kurang percaya diri, penakut dan sebagainya.[13]Penyelenggaraan
bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang
memadai, berikut adalah kegiatanya:
1.
Langkah
awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok
sampai dengan mengumpulkan peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok.
Langkah awal dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan
kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan dan kegunaan bimbingan kelompok.
Langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan
tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
2.
Perencanaan
kegiatan. Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan:
a.
Materi
layanan;
b.
Tujuan
yang ingin dicapai;
c.
Sasaran
kegiatan;
d.
Bahan
atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok;
e.
Rencana
penilaian; dan
f.
Waktu
dan tempat
3.
Pelaksanaan
kegiatan. Kegiatan yang telah direncanakan selanjutnya dilaksanakan melalui
kegiatan sebagai berikut:
a.
Persiapan
menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengakapanya); persiapan
bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi. Mengenai persiapan
ketarampilan, untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, guru pembimbing
diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik berikut ini.
1)
Teknik
umum, yaitu “Tiga M”: mendengar dengan baik, memahami secara penuh, dan
merespon secara cepat dan positif.
2)
Keterampilan
memberikan tanggapan
3)
Keterampilan
memberikan pengarahan.
b.
Pelaksanan
tahap-tahap pelaksanaan .
a)
Tahap
pembentukan
Temanya
pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Meliputi kegiatan:
1.
Mengungkapkan
pengertian dan tujuan bimbingan
kelomppk;
2.
Menjelaskan
cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok;
3.
Saling
memperkenalkan dan mengungkapkan diri;
4.
Teknik
khusus; dan
5.
Permainan
penghangatan/pengakraban.
b)
Tahap
peralihan
Meliputi
kegitan:
1.
Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada
tahap berikutnya;
2.
Menawarkan
atau megamati apakah anggota sudah siap menjalankan pada tahap selanjutnya;
3.
Membahas
suasana yang terjadi;
4.
Meningkatkan
kemampuan keikutsertaan anggota; dan
5.
Kalau
perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau tahap pembentukan.
c)
Tahap
kegiatan
Meliputi
kegiatan:
1.
Pemimpin
kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik;
2.
Tanya
jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas
yang menyangkut masalah atau topic yang dikemukakan pemimpin kelompok;
3.
Anggota
membahas masalah atau topic tersebut secara mendalam dan tuntas; dan
4.
Kegiatan
selingan.[14]
4.
Evaluasi
kegiatan
Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara
tertulis. Peserta juga diminta untuk mengemukakan (baik lisan maupun tertulis)
tentang hal-hal yang paling berharga dan atau kurang disenangi selama kegitan
bimbingan kelompok.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada
perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi
pada diri peserta. Penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat
penilaian “dalam proses” yang dapat dilakukan melalui:
a.
Mengamati
partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung;
b.
Mengungkapakan
pemahaman peserta atas materi yang dibahas;
c.
Mengungkapkan
kegunaan bimbingan kelompok dan perolehan hasil dari keikutsertaan peserta;
d.
Mengungkapkan
minat dan sikap tentang kemungkinan kegiatan lanjutan; dan
e.
Mengungkapkan
kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
5.
Analisis
dan tindak lanjut.
Hasil penilaian kegitan bimbinga kelompok perlu dianalisis untuk
mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk
penyelenggeraan bimbingan kelompok. Dalam analisis tersebut, hal yang menarik
ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkanya pembahasan topic atau masalah yang
telah dibahas sebelumnya. Tindak lanjut dapat dilaksanakan melalui bimbingan
kelompok selanjutnya atau kegitan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga
upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.[15]
4.
Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu
upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat
pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam
rangka perkembangan dan pertumbuhanya. Konseling kelompok bersifat pencegahan,
dalam arti bahwa klien-klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan
untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu
titik lemah dalam kehidupanya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi
dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam
pertumbuhan dan perkembangan individu, dimana konseling kelompok memberikan
dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya
sesuai dengan minatnya sendiri.
Prosedur konseling kelompok sama
dengan bimbingan kelompok yaitu terdiri dari (1) tahap pembetukan; (2) tahap
peralihan; (3) tahap kegiatan; dan (4) tahap pengakhiran. Tahap pembentukan
temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. Tahap peralihan teamanya
pembangunan jembatan anatara tahap pertama dan tahap ketiga. Tahap kegiatan
temanya kegiatan pencapaian tujuan. Tahap pengakhiran temanya penilain dan
tindak lanjut.[16]
Langkah-langkah konseling yang
dilaksanakan dalam proses konseling kelompok ditujukan untuk mengubah perilaku
konseli. Perubahan di harapkan terjadi karena dampak positif dari proses
kelompok yang diikuti.[17]
Aplikasi konseling kelompok pada
kelompok umur dapat dilakukan dalam katergori kelompok untuk anak-anak,
kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok lanjut usia.[18]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Strategi bimbingan dan konseling adalah suatu pola yang
direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau
tindakan.
2. Strategi dalam Bimbingan dan Konseling meliputi:
a.
Konseling
Individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa).
b.
Konsultasi
adalah bantuan dari konselor kepada klien dimana konselor sebagai konsultan dan
klien sebagai konsulti, yang membahas tentang masalah pihak ketiga, yaitu orang
yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orang
tuanya.
c.
Bimbingan
kelompok adalah bentuk layanan bimbingan
yang diberikan kepada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5
sampai 12 peserta didik. Kegiatan bimbingan kelompok dapat memberikan manfaat
dimana setiap siswa dapat saling menghargai dan menghormati pendapat,
kreativitas, dalam mengemukakan ide atau pendapat, memperluas wawasan,
memberikan pelajaran mengenai lingkungan, dan bentuk dinamika kelompok bagi
para anggota kelompok.
d.
Konseling
kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok
yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian
kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhanya.
B.
Saran
Setelah adanya kajian tentang
strategi dalam bimbingan dan konseling sebagaimana yang telah dipaparkan dalam
makalah, penulis berharap semoga kita sebagai calon guru PAI akan lebih baiknya
mengetahui apa itu bimbingan konseling dan apa saja jenis strategi dalam
bimbingan dan konseling, sehingga kita dapat menerapkannya dalam masa sekarang
dan masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, Noor. 2015. “Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Pemilihan
Extrakurikuler di SMP Negeri 1 Rantau”, Jurnal Mahasiswa BK An-Nur Vol.
1 No. 1
Juntika
Nurihsan, Ahmad. 2012. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Kamaluddin. 2011. “Bimbingan dan Konseling”, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Vol. 17 No. 4
Nuril Laili Sulistyowati, Anis. 2015.
“Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan Belajar
Siswa”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol.10 No. 2.
Sanyata, Sigit. 2010. “ Teknik dan Strategi Konseling Kelompok”, Paradigma
No. 09
Susilowati, Any. “Implementasi Layanan Konsultasi dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik”.
[1] H. Kamaluddin, “Bimbingan dan Konseling”, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Vol. 17 No. 4, 2011, hal. 448
[2] Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012),
hal. 9-10
[8] Any Susilowati, “Implementasi Layanan Konsultasi dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Peserta Didik”, hal. 11-12
[10] Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hal. 16-17
[12] Anis Nuril Laili Sulistyowati, “Layanan Bimbingan Kelompok untuk
Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa”, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Vol.10 No. 2, 2015, hal. 416
[13] Noor Jannah, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Pemilihan
Extrakurikuler di SMP Negeri 1 Rantau”, Jurnal Mahasiswa BK An-Nur Vol.
1 No. 1, 2015, hal. 40
[14] Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hal. 17-20
No comments:
Post a Comment